BAB 17

8.3K 526 49
                                        

Anggaplah perasaan untuk dirimu ini tidak pernah ada, tidak akan pernah datang. Karena aku tahu perasaan yang aku miliki hanya beban untukmu

***

Hari semakin panas, teriknya matahari yang membakar kulit. Membuat semua murid enggan untuk berjalan-jalan di luar sana. Begitu juga dua sepasang ini, Kamilla dan Adrian. Mereka berhasil menjalani hukumannya. Kejadian tadi saat Kamilla mengatakan perasaan sebenarnya pada Adrian, membuat mereka bungkam di sepanjang koridor sekolah tanpa ada percakapan.

Setibanya di kelas Kamilla duduk dalam diam, disaat jam istirahat begitu juga Adrian menuju bangku dan duduk terdiam. Sebagian orang yang masih ada di kelas melihat mereka berdua. Gilang, Asep dan Wawan menghampiri Adrian yang terdiam dengan tatapan sulit dimengerti.

"Kenapa lo Ndri?" tanya Gilang mendekat.

"Muka lo kusut amat, kaya duit yang di kasih emak gue. Lecek," timpal Wawan.

"Lo ada masalah mending lo--,"

"Pergi!" usir Adrian tidak terbantahkan sebelum Asep menyelesaikan ucapannya.

Dan mereka bertiga pergi menuju bangku masing-masing. Tapi tidak dengan Gilang yang selalu memperhatikan Kamilla yang sedang membenamkan kepala di meja, dengan kedua bahu terguncang.

Kamilla menangis?

Gilang terus mendekati Kamilla sampai dia duduk di sebelahnya, dan dengan gerakan refleks dia menepuk bahu gadis itu. Bukannya bangkit Kamilla terdiam tetapi bahunya tidak terguncang seperti tadi.

"Mil, Lo nangis? Kenapa?" tanya Gilang.

Mereka terdiam sesaat. Adrian melihat Kamilla dengan Gilang ada rasa aneh yang menyelusup. Getaran aneh yang selama ini rasakan Adrian sudah beberapa lama, tapi Adrian tidak mampu berkata dia terus menepis perasaan itu.

Kamilla bangkit menatap Gilang dengan mata merah. Kedua kalinya Gilang melihat Kamilla menangis. Dia menatap Kamilla seolah bertanya lewat tatapan, ada apa? Kamilla hanya tersenyum samar. Menatap Gilang lalu dengan gerakan tiba-tiba Kamilla, memegang tangan Gilang lalu berkata tanpa suara.

Tapi Gilang tahu apa yang di ucapkan Kamilla. Satu kata 'sakit' yang memiliki arti begitu luar biasa. Gilang hanya diam tapi bisa merasakan kesakitan Kamilla, yang pernah dialami dulu.

Kamilla lebih diberi luka fisik, dari pada hati yang selalu datang menghantui kehidupannya.

Adrian menangkap bekas air mata di pipi Kamilla juga mata dan hidung. Dia marah dengan keadaan seperti ini. Dia benci lihat Kamilla menangis. Rasa tidak rela datang saat Kamilla dan Gilang berduan, tetapi dia tepis perasaan itu jauh-jauh. mungkin ini efek karena tidak pernah melihat Kamilla dengan cowok lain selain dirinya.

BRUGG

Adrian menendang meja penyangga sampai patah. Dengan emosi yang menggebu Adrian pergi keluar kelas, dan membuka pintu dengan kakinya begitu keras. Hingga menimbulkan suara nyaring saat pintu itu bertubrukan dengan dinding, hingga jendela di samping pintu ikut bergetar.

Semua orang kaget dengan perbuatan Adrian seperti itu. Walau Adrian sering kesal dia hanya diam atau melontari kata-kata sinis. Tidak sampai seperti ini karena Kamilla tahu Adrian bukan tipe orang emosian tanpa sebab. Bahkan dia melihat Adrian seperti itu, berlari keluar mengejar Adrian. Dia takut setelah ini Adrian menjauh atau membencinya. Karena saat itu Adrian terdiam tidak berbicara saat Kamilla bilang dia menyukai Adrian.

Matanya perih saat dia berlari, angin masuk ke dalam mata ditambah perih di hatinya yang menjalar. Membuat suasana mendukung untuk menangis. Tapi dia sekuat tenaga untuk tetap kuat. Di arah berlawanan Kamilla melihat ketiga sahabatnya.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang