BAB 2

27.2K 1.6K 741
                                    

Pertemuan yang begitu singkat namun lo mampu buat jantung ini berdegup lebih dari dua kali


"Woy gue minta kecap, pelit amat sih lo!" pekik Asep merebut kecap yang kini berada di tangan Fira. Kini mereka ada di kantin. Waktu belajar kini telah berganti dengan jam istirahat, semua siswa akan pergi ke tempat keramat, kemana lagi jika tidak kantin sekolah. Mereka mengisi perut yang sedang demo meminta asupan makanan, juga menambah energi yang terkuras abis akibat kebanyakan berpikir.

"Sabar bentar, baru juga megang kamvret, cari aja botol kecap yang lain." Fira berdecak sebal kepada Asep menunggu sebotol kecap dari Fira.

"Anjrit, bakso gue keburu dingin bego, ngalah dong sama gue kaga liat perut gue kerempeng. Udah kaya busung lapar." Asep memelas mengubah mimik mukanya berubah sendu pada Fira agar dirinya mengalah.

"Kebalik cowok yang ngalah bukan cewek yang ngalah banci lo. Terus apa hubungan bakso sama lo? Gue udah tahu dari dulu keless, perut kerempeng lo itu emang dari dulu. Bukan karena busung lapar, tapi kurang jajan," cibir Fira mengejek Asep pergi di hadapan mahluk aneh ini, dengan membawa sebotol kecap.

"Marah sih boleh, tapi balikin dong kecapnya. Masa gue makan bakso bening, dasar cewek jadi-jadian!" teriak Asep yang mengundang amarah dari Fira. Dengan langkah cepat dia kembali menuju tempat Asep berdiri, dan memberi kecap oleh dirinya sendiri sampai sebotol kecap ludes setengah lagi.

"Tai lo, kebayakan coeg! Yaelah masa gue makan bakso gini amat, beli kaga punya duit lagi berasa bakso kuah comberan." Asep protes dia begitu kesal, bagaimana tidak bakso yang bewarna bening berubah jadi hitam pekat seperti tinta.

"Makan tuh habisin nanti mubazir," ucap Fira dengan nada selembut mungkin. Setelah itu dia pergi meninggalkan Asep dengan derita akibat ulah dirinya. Fira menghampiri meja yang berada di pojok kantin, disana ada sahabatnya kamilla, Ira dan Ghina.

"Lama banget sih lo, ngapain aja di warung mpok Mimin?" tanya Ira sewot sendiri.

"Lo tadi mojok dulu yah, sama si Asep?" tuduh Ghina.

"Apaan sih lo tuduhannya kaga bermutu banget, kalo dituduh mojok sama Jaki most- wanted sekolah gue sih mau," kata Fira kegenitan dengan tatapan berharap.

"Lo aja yang keganjenan," selidik Kamilla.

Mereka kini hanyut dalam percakapan. Namun, diganggu oleh Wawan yang celingukan mencari Asep. Karena meja Wawan berada di samping mereka. "Woy, lo liat si Asep kaga?" tanya Wawan melempar gumpalan tisu yang mengenai Ghina sedang tertawa lepas.

"Pyuh ... Sialan lo, kaga ada bedanya sama Asep. Sebelas duabelas petakilan, asin lagi!" gerutu Ghina kesal akibat ulah Wawan memakan gumpalan tisu dengan kesal.

"Kurang asem lo Wan. Tapi kok lidah gue asin yah?" tanya Ghina polos menatap sahabatnya lalu beralih menatap Wawan dengan tajam.

"Bekas gue gali lobang, itu upil gue," ucap Wawan polos membuat Ghina membulatkan kedua matanya, dan memasang wajah jijiknya.

"Anying!" runtuk Ghina membuat semuanya menatap Ghina iba, dan ada yang merasa puas dengan mereka menertawakan Ghina.

"Ya maaf, abisnya lo pada dipanggil dari tadi kaga nyaut. Itu kuping, apa daging jadi?"

Setelah beberapa detik Asep dating, dengan wajah sendunya. Memegang erat mangkuk bakso itu. Saat dia menyimpan di atas meja, membuat Wawan cengo dan akhirnya langsung tertawa mengejek.

"Anjrit itu apa bakso? Kaya tai tahu nggak. Lo serakah amat sih takut kehabisan kecap ya lo, hahaha." ledek Wawan membuat muka Asep merah padam.

"Sep, itu bakso, apa borak?" tanya Kamilla membuat yang lainnya tertawa.

With You AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang