Aku merasa belakangan hari ini aku berprilaku sensitif terhadap Dave, seperti semalam aku tidak ingin tidur berdua dengannya dan itu mengakibatkan ia mengerut kesal denganku dan terpaksa ia memilih tidur diatas sofa. Seperti saat ini aku menatapnya yang masih meringkuk di atas sofa aku mendekatkan dirinya dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Aku mencium dahinya dan beranjak untuk menuju toilet aku merasa perutku mual entah kenapa. Aku keluar dari toilet seraya membersihkan sudut bibirku dengan handuk.
"Kau kenapa, sayang?"
Aku mengangkat wajahku dan menatapnya yang sedang mengusap matanya untuk menyesuaikan cahaya lampu yang berada dikamar.
"Tidak, hanya mual sedikit"
"Apa kau yakin?" Ia bertanya kembali.
"Ya, aku serius"
Ia bangkit dan mulai mendekati diriku. "Apa kau serius? Wajahmu pucat"
"Benarkah?" Aku menatapnya terkejut dan berjalan kearah cermin.
"Iya bukan?" Tanyanya seraya memeluk diriku dari belakang.
"Entahlah, Dave aku merasa mual"
Ia membalikan tubuhku untuk menghadapnya. "Kita harus kerumah sakit"
Aku mengelus lengannya. "Tidak perlu, aku hanya butuh istirahat saja"
"Apa kau serius?" Tanyanya dengan nada yang sangat khawatir. "Aku tidak ingin kau tersiksa"
"Percaya padaku" aku meyakinkan dirinya.
"Baiklah" ia mulai menggendongku dan menaruh tubuhku di atas kasur. "Kau harus istirahat, aku akan memesan sarapan untuk kita"
"Tapi, Dave-"
Ia membungkam bibirku dengan ciumannya. "Aku tidak menerima penolakan sayang" ucapnya setelah mengakhiri ciumannya. "Aku akan membersihkan diriku"
Aku menghembuskan nafasku dan menatap dinding atas kamarku dan memegang perutku. "Apa aku hamil? Ah tapi bagaimana bisa, aku bahkan baru menikah dengannya beberapa hari yang lalu"
"Sayang?"
Aku menolehkan wajahku kearahnya yang sedang menggosokkan rambutnya dengan handuk.
"Apa kau baik-baik saja?" Ucapnya seraya duduk di sisi ranjang dan mengusap rambutku.
"Sedikit, hanya saja aku ingin meminum teh hijau"
"Baiklah aku akan memesankan untukmu" ia mulai bangkit dan menuju kearah telpon yang berada di kamar hotel. "Kau ingin memesan yang lain?" Tanyanya sebelum menghubungi pelayanan kamar.
Aku hanya menggeleng, "Tidak"
Ia mulai berbicara pada seorang pelayan dan sesekali melirikku. Aku mencoba mengubah posisiku menjadi duduk dan menghidupkan televisi untuk mencari sesuatu yang menarik.
"Mereka akan segera mengantarkannya" ia mulai dan memilih duduk disampingku.
"Aku akan menunggunya" aku mulai memindahkan kepalaku pada bahu kanannya.
Ia mengusap lembut rambutku sesekali ia mengecup dahiku. "Aku mencintaimu"
Aku menolehkan wajahku untuk melihatnya. "Aku sudah tau itu tuan"
Ia mendekatkan wajahnya padaku dan mulai menciumku dengan lembut, ia semakin menarik tengkuk lebih dalam agar ia dapat memperdalam ciumannya. Aku menarik ujung bajunya agar ia mau berhenti menciumku.
"Maafkan aku telah membuatmu tidak bisa bernafas" ucapnya seraya menyatukan dahiku dengannya.
"Kau memang selalu seperti itu" ia hanya tertawa kecil dan menyandarkan kepalaku pada bahunya kembali. "Dave"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNORA
Romance⚠ PART MASIH LENGKAP DAN DI PRIVATE!!! Selamanya kau akan tetap menjadi milikku.