ANNORA-44

9.3K 225 6
                                    

DAVE POV

Kami sedang berada dimobil untuk menuju rumah sakit, tadi setelah tiba di bandara Annora merasakan sakit pada bagian perutnya dan ia terus meronta kesakitan, aku sangat mengkhawatirkannya dan memutuskan untuk membawanya kerumah sakit. Aku tidak ingin ia terluka barang sedikitpun, ia adalah pertamaku katakan aku berlebihan tapi itu memang kenyataannya ia bagaikan pertama yang sangat mahal. Ialah wanita yang kusayangi setelah ibuku, sosoknya bagaikan ibuku. Ia selalu tersenyum lembut padaku dan bahkan ia memperlakukanku layaknya ia mengurus anaknya. Aku mengusap punggung tanggannya dan menatapnya.

"Kau masih bisa bertahan, bukan?" Ia hanya menggangguk dan melempar pandangannya keluar jendela. "Tidak perlu cemas, kau akan baik-baik saja" aku mengecup puncak kepalanya. "Tidurlah, perjalanan kita masih jauh"

"Aku tidak ingin tidur"

"Lalu?"

"Aku hanya ingin berjalan-jalan ketaman" pintanya seraya menatapku.

"Kau sedang sakit" ia mengerucutkan bibirnya dan aku dengan cepat mengecup bibirnya. "Aku berjanji kita akan ketaman, setelah kau merasa lebih baik. Bagaimana?"

Ia hanya mengangguk semangat dan memeluk lenganku dengan erat. "Baiklah, aku akan tidur. Bangunkan aku jika kita sudah sampai" aku hanya mengecup keningnya dan mengelus punggung tangannya.

Setibanya kami dirumah sakit aku segera meminta perawat untuk membawa kami keruang pemeriksaan, aku tidak bisa menunggu lama lagi karena aku begitu khawatir akan dirinya. Sedari tadi aku terus menggenggam telapak tangannya mencoba untuk menahan emosiku dan memberinya kekuatan.

"Kau akan baik-baik saja, percayalah padaku" aku menyemangatinya dan ia hanya mengangguk. "Apapun yang terjadi aku selalu bersamamu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu"

"Tapi Dave, aku takut"

"Percayalah, Tuhan selalu menjagamu dan bayi kita" ucapku dengan mengecup keningnya lembut. Ia terus menyembunyikan wajahnya pada cekungan leherku.

"Selamat malam, tuan" sapa dokter pria pada kami berdua. Aku hanya mengangguk. "Ada yang bisa saya bantu?"

Aku memandang wajah dokter pria itu selama beberapa detik. "Isteriku memiliki keluhan"

"Baiklah" ucapnya dan beralih menatap Annora. "Mari nyonya berbaringlah biar saya periksa" ia tersenyum pada Annora dan menyuruhnya untuk berbaring diatas ranjang kecil.

"Tunggu" aku menahannya yang ingin menaiki ranjang. "Apa disini tidak ada dokter wanita?"

"Tidak ada tuan, hari ini adalah jadwal jam saya praktik" jawabnya seraya tersenyum.

"Dave kumohon" aku hanya menghembuskan nafasku berat dan menginjinkannya untuk menaiki ranjang kecil. "Keluarlah, dan tunggu aku di meja itu" perintahnya.

"Tidak, aku ingin melihatmu"

"Dave, kumohon. Aku hanya ingin mengecek kandunganku"

"Tidak sayang, lakukanlah Dok" perintahku pada dokter muda itu.

Aku terus mengawasi dokter pria itu, sungguh aku tidak sangat menyukai apabila dokter kandungan dirumah sakit ini adalah seorang pria. Aku tidak ingin milikku dilihat oleh pria lain, aku akan mencari rumah sakit yang memiliki dokter kandungan seorang wanita bukan seorang pria.

"Tarik nafas nyonya" perintah dokter itu seraya ingin menempelkan stethoscope nya kearah bagian dadanya. Aku sedikit menggeram saat benda itu sudah melekat pada dada wanitaku, rasanya aku ingin menarik benda itu dan menggantikan dengan diriku. "Baiklah nyonya, kau bisa kembali ke mejaku" perintah dokter itu dan berjalan kearah mejanya.

Aku menuntun Annora dan meletakan lenganku pada pinggangnya dengan erat.

"Baiklah tuan" ia mulai membuka pembicaraan. "Isteri anda baik-baik saja, hanya saja janin dalam rahim isteri anda masih sangat rentan untuk diajak perjalanan jauh dan sangat rentan akan guncangan, aku harap untuk saat ini jangan mengajak isteri anda untuk melakukan perjalanan jauh karena saya sangat khawatir akan janin yang berada didalam rahim isteri anda" ujarnya panjang lembar aku hanya mengangguk mengerti. "Baiklah, saya akan memberikan vitamin pada anda nyonya. Anda bisa mengecek kandungan kembali pada bulan depan" cih, aku tidak akan pernah mengajak isteriku mengecek kandungannya disini aku akan mengajaknya dirumah sakit lain yang berada dikota ini.

Aku segera berpamitan pada dokter itu dan menuntun Annora kearah penebusan obat dan mengambil vitamin yang sudah dituliskan oleh dokter itu.

"Kau ingin makan malam?" Tanyaku setelah kami sudah duduk didalam mobil. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. "Apa yang kau inginkan untuk malam ini, hm?" Tanyaku seraya mengendarai mobil ini dan sesekali meliriknya.

"Apa itu tidak masalah jika aku memesan lasagna?" Tanyanya hati-hati.

"Tentu tidak, itu keinginan bayi kita bukan?" Ia hanya mengangguk malu. "Tak perlu menyembunyikan wajah malumu, baiklah kau bisa menahannya sebentar? Mungkin akan sedikit lebih lama untuk menuju restoran yang memiliki lasagna terlezat dikota ini"

Ia tersenyum dengan sangat lebar. "Tentu" ujarnya seraya mengarahkan lenganku pada perutnya, aku segera mengusap lembut perutnya yang mulai berisi.

"Tidurlah, aku akan membangunkanmu jika kita sudah sampai" ia menggeleng. "Mengapa?"

"Jika aku tertidur, aku merasa kasihan padamu"

"Kasihan?"

Ia mengangguk dan melanjutkan. "Ya kasihan, kau tidak memiliki teman bicara sewaktu aku tertidur" ujarnya kemudian. Aku mengelus puncak kepalanya.

"Hei, aku tidak akan kesepian aku merasa sedang ditemani oleh anak kita" ucapku dengan mengusap perutnya. "Tidurlah"

Ia tersenyum dan mengecup pipiku dengan lembut. "Bangunkan aku bila kita sudah sampai"

Senyumku mengembang saat ia mengecup pipiku dengan mesra, aku sungguh merasa sangat dicintai olehnya. Aku melirik kearah kursi penumpang dimana ia berada ia sudah terlelap dalam tidurnya, aku menyentuh punggung tangannya dan mengusap jari manisnya yang sudah dihiasi cincin pernikahan kami. Oh God rasanya seperti mimpi aku bisa merengkuhnya kembali bersamaku. Aku terus mengusap punggung tangannya sampai aku merasakan suara getaran ponsel milik Annora, aku segera menggapainya dan menerima panggilan telpon, aku mengerutkan keningku saat melihat nomor yang tertera didepan layar. Aku segera menggeser tombol hijau untukku terima panggilan itu.

"Hei, ku dengar kau sudah kembali dari bulan madu, apa benar? Ah aku sudah sangat merindukanmu, seharusnya kau mengabariku terdahulu dan tidak kembali kenegera ini dengan diam-diam. Mengapa kau diam saja? Kau tahu? Saat kita masih bersama kau itu sangat cerewet bahkan aku sampai lelah menjawab semua pertanyaanmu" ada sedikit jeda dari seberang sana. "Kau begitu pendiam sejak kau bertemu dengan suami tercintamu itu. Ia sudah merubahmu dan ia sudah mencuci otakmu untuk melupakanku. Kau tau sayang? Bahkan kita akan menikah, namun kau memutuskan hubungan kita dan kau memilih untuk tinggal bersama dengan suami tercintamu itu" Aku menghentikan mobilku pada bahu jalan. Aku merasakan ketegangan pada diriku saat mendengar ucapan yang keluar dari seseorang yang berasal dari masa lalu Annora. "An, dengarkan aku baik-baik. Aku akan berusaha merebutmu kembali dan memenangkan hatimu kembali untukku. Karena yang kutahu kau adalah milikku. Tidak seorangpun yang dapat memisahkan kita, kau bahkan sudah berjanji padaku untuk hidup selamanya denganku. Tunggu aku sayang. Aku mencintaimu" panggilan telpon di matikan oleh seberang sana. Aku segera menatap kearah sesosok wanita cantik yang sedang tertidur pulas. Aku dengan hati-hati membelai permukaan wajahnya dan menatap seluruh wajahnya.

"Kau milikku sayang, kau tidak akan bisa lepas dariku. Selamanya kau akan tetap milikku" ucapku tegas dan mengecup bibirnya dengan penuh emosi yamg kutumpahkan pada ciuman sepihakku.

Iya aku tau ini pendek banget, maklum lagi buntu otaknya. See u guys xoxo.

ANNORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang