"Sayang.." Batz menghampiri Nae yang masih terpaku di pintu ruangan Batz.
"Aku keluar dulu" ucap Peter tersenyum paksa melihat BatzNae.
"Sayang.. Tadi bukan seperti yang kamu lihat. Dengar penjelasanku ya" ucap Batz menggenggam kedua tangan Nae. Nae menghela napasnya dan mengangguk.
Batz menutup pintu ruangannya serta menguncinya. Lalu ia menarik tangan Nae dan mengajaknya duduk di sofa berhadapan. Batz mengecup bibir Nae dan memeluk Nae.
Nae hanya diam karena ia ingin mendengar penjelasan Batz terlebih dahulu.
"Baiklah.. Jadi begini.." Batz melepaskan pelukannya namun tetap menggenggam kedua tangan Nae. Ia menatap mata Nae agar istrinya dapat melihat kejujuran melalui tatapan matanya.
"Tadi kami sedang membahas proposal tentang proyek baru. Kami memang berdiri karena aku harus menjelaskan detail dengan berdiri di sampingnya. Lalu aku hendak mengambil pena merahku untuk memberi catatan revisi namun kakiku tersandung kabel data yang memang tadi sempat terjatuh ketika aku mengabarkan kamu via chat. Saat aku tersandung dan akan jatuh, Peter reflek memegang pinggangku lalu kamu membuka pintu" ucap Batz dan senyum di akhir kalimat menatap Nae.
Nae yang daritadi menatap Batz intens dengan penuh amarah seolah menguap begitu saja saat mendengar penjelasan Batz. Tidak ada keraguan dalam cerita Batz. Nae yakin Batz berkata jujur.
Tanpa berpikir panjang, Nae mencium bibir Batz dan melumat bibir bawah Batz penuh cinta.
Batz membalas ciuman Nae dengan melingkarkan tangannya di belakang leher Nae untuk memperdalam ciuman mereka. Sementara Nae memegang pinggang Batz dan sedikit mengangkat Batz agar duduk menyamping di pangkuannya.
Mereka terus berciuman hingga Batz merasa bibirnya sedikit bengkak akibat Nae yang enggan melepas ciuman mereka. Meski terlepas untuk mengambil napas namun Nae akan kembali menciumnya.
Setelah dirasa puas meskipun tidak akan pernah puas, Nae melepas ciuman mereka dan mengecup bibir Batz.
Batz mengusap bibir Nae dengan ibu jarinya lalu menenggelamkan wajahnya di leher Nae.
"Aku kanget banget sama kamu" ucap Batz mengeratkan pelukannya di leher Nae.
"Aku teramat sangat merindukanmu, sayang" ucap Nae mengusap punggung Batz.
Mereka terus berpelukan hingga hp Batz berbunyi.
"Bentar ya" ucap Batz dan dibalas anggukan oleh Nae setelah sebelumnya Nae melihat nama pemanggil adalah Newty yang ia tahu merupakan salah satu teman dekat Batz di kantor ini.
"Iya.. Oke. Oke. Tunggu, gw cek dulu" jawab Batz via telpon dan memutuskan sambungannya.
"Ada apa, sayang?" Tanya Nae mencium pipi Batz setelah melihat Batz menaruh hp nya.
"Ada kerjaan, sayang. Aku dimintai tolong untuk cek email. Kamu aku tinggal kerja gpp?" Tanya Batz merapihkan rambut Nae.
"Gpp, sayang. Aku tidur disini aja ya. Aku juga lelah. Ngantuk. Tapi kamu kerja disini ya. Aku mau disayang-sayang sama kamu" ucap Nae manja menatap Batz dengan tatapan menggoda.
"Hih.. Manja banget. Iya. Aku ambil laptop dulu. Kamu tiduran aja" ucap Batz berdiri dan mengambil laptop dari meja kerjanya.
Sementara itu, Nae sudah memposisikan dirinya untuk tidur dengan nyaman.
Tidak lama kemudian, Batz duduk dengan posisi bantal yang sedang dipakai Nae menempel di paha kanan Batz.
Usai membuka laptopnya, Batz mulai mengusap-usap rambut Nae hingga ia merasa telah sangat lelah.
