Nyonya Besar

3.5K 147 61
                                        

Usai makan siang di resto milik Nae, mereka berangkat menuju bandara. Semua keperluan BatzNae sudah diurus oleh Nae.

Sesampainya di bandara, Nae memberikan kunci mobilnya kepada supir pribadi dan pesan kepada kepala pegawai.

"Ini kunci, perlakukan seperti biasa" ucap Nae memberikan kunci dengan wajah tegasnya. "Baik, miss" jawab supir tersebut mengambil

"Aku titip rumah seperti biasa. Kami pergi 10 hari. Itu jadwalku. Gatau kalo lanjut. Nanti aku kabari" ucap Nae menepuk pundak kepala pegawainya dengan tangan kanan sambil tersenyum sementara tangan kirinya merangkul pinggang Batz.

Mereka menaiki pesawat pribadi Nae dan segera terbang menuju Swiss.

Di dalam pesawat, mereka duduk berhadapan.

"Udah lama merencanakan ini?" tanya Batz menatap Nae. "Ga juga. Aku hanya merindukanmu dan membalas waktu yang terbuang" ucap Nae tersenyum sangat manis.

"Manisnyaaa" ucap Batz menggoda Nae. "Hahaha kamu baru sadar?" ucap Nae menaikkan kedua alisnya.

"Apakah kamu tahu aku adalah pembohong ulung?" goda Batz ikut menaikkan kedua alisnya. "Shit! Kamu belajar ngeselin gini darimana sih?" tanya Nae sedikit heran dengan respon-respon Batz yang kadang tidak bisa ia balas.

"Iya, aku emang ngangenin kok. Sudah tau" jawab Batz menatap mata Nae dengan tatapan mengejek.

"Astagaaa.. Kamu jelek!" kesal Nae membanting pelan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Maaf, nomor yang anda tuju tidak terdaftar" ucap Batz semakin menggoda Nae.

"Ya Tuhan, Phichyaphakh Batz. Kamu salah makan apa sih?" Nae sudah bingung menghadapi godaan istrinya yang semakin banyak memakai kalimat mesin.

"Maaf, nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan" ucap Batz tidak menghiraukan kalimat Nae.

"Oh, God! Are you fucking kidding me, my lovely wife?" kesal Nae menatap tajam Batz.

Batz tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Nae yang sudah memerah terbakar emosi.

Lalu Nae tersenyum manis melihat Batz yang tertawa lepas. Ia sangat bahagia melihat Batz bahagia.

Batz yang melihat Nae tersenyum langsung menghentikan tawanya dan menatap heran ke arah Nae.

"Kamu kenapa?" tanya Batz menyelidik ke arah Nae. "Aku benar-benar beruntung memilikimu. Aku sangat mencintaimu. Terima kasih telah lahir dan memilihku sebagai masa depanmu" ucap Nae menatap dalam mata Batz tulus.

"Kamu mabok udara?" tanya Batz bingung dan sukses mendapat timpukan tisu dari Nae.

"Kamu tuh bisa ga sih ga ngerusak momen romantis? Bukannya balik romantisin malah ngeselin. Sejak kapan juga kamu ngeselin terus kaya gini? Kamu salah makan tah, Yang? Kamu stres kerja? Udah ku bilang..."

Cup.

"Berisik" Batz berlalu ke kamar mandi setelah mengecup bibir Nae sekilas.

Wajah Nae yang tadinya penuh kekesalan berubah menjadi merona dan sedikit panas di bagian pipinya.

Tidak ada yang berubah. Batz memang bukan tipe orang yang banyak bicara. Ia bertindak.

Tapi Nae masih bingung mengapa Batz sekarang berucap layaknya mesin.

Nae menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari tersenyum mengingat kelakuan istri tercintanya yang semakin hari membuat cintanya terus bertambah.

"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Batz mengelus rambut Nae di sampingnya. "Kamu cantik" ucap Nae mengecup perut Batz yang sedang berdiri.

"Ya, sudah tau" jawab Batz berlalu meninggalkan Nae menuju kamar setelah sebelumnya mengacak rambut Nae.

Ms. CEO (II)Where stories live. Discover now