Lebur

2.2K 126 171
                                    

Saat pagi hari, mereka sudah duduk bersama di meja makan. Tidak ada lagi tatapan hangat dari keduanya. Hanya ada luapan rindu yang tertahan gengsi tinggi.

Dentingan sendok garpu menjadi pengiring hati yang bersedih. Mereka makan dalam diam hingga suapan terakhir. Hanya ada lirikan mata dan helaan nafas yang terjadi diantara keduanya.

"Aku akan ke Maldives, urusan bisnis bersama orang sana. Soal itu, akan kita lanjutkan saat aku pulang. Semua kepemilikanku masih menjadi punyamu. Kalian masih punyaku. Aku pergi dulu. Jaga dirimu dan abang adek" ucap Nae berdiri, berjalan menghampiri Batz dan mengecup kening Batz.

Batz memejamkan matanya.

"Aku menyayangimu" ucap Nae dan mengalihkan kecupannya ke pucuk kepala Batz.

Batz membuka matanya dan membiarkan air matanya mengalir.

Saat Nae hendak pergi, Batz berlari dan menahan pergelangan tangan Nae.

Nae terhenti dan menatap Batz. Batz menangkup wajah Nae dan mencium bibir Nae. Menyalurkan semua rasa yang terpendam.

Nae membalas ciuman Batz hingga Batz melepasnya. Lalu Nae mengecupnya dan tersenyum.

"Aku menyayangimu. Aku harap ada perubahan" ucap Batz menatap sendu mata Nae. Namun, tatapannya sarat akan cinta. Nae tersenyum dan mengangguk.

Lalu ia berjalan ke arah pintu utama diiringi dengan didampingi oleh Batz.

Saat sampai pintu utama, tangisan abang adek menggema yang membuat keduanya menghentikan jalan mereka.

"Aku pergi" ucap Nae dan dijawab anggukan oleh Batz. Nae berjalan menuju helinya sementara Batz berjalan ke arah kamar mereka untuk segera menemui abang adek.

***

Tiga hari berada di Maldives, makin memperunyam pemikiran Nae. Semua analisa bertentangan dengan hatinya. Ia kalut.

Hari ini ia memberitahukan pada Batz bahwa akan sampai di Thailand ketika malam hari. Batz antusias menerima pesan tersebut.

Ia berharap ada keajaiban untuk hubungan mereka. Setidaknya, dengan Nae memberikan pesan, ada setitik cahaya untuk cinta yang sempat redup diantara mereka.

Naasnya, cinta tersebut memang masih redup. Ada bara di sana. Namun, bukan sebatas tentang cinta. Lebih kepada nafsu yang beralaskan cinta.

Malam itu, Nae datang dan disambut dengan wajah berbinar oleh Batz. Batz masih memaksakan matanya untuk tetap terbuka menanti kehadiran sang pemilik hati.

Ia duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan hp nya. Hingga suara langkah kaki terdengar, Batz tersenyum lebar.

Ia berdiri, bersiap menyambut Nae dengan ketulusan cintanya. Begitu Nae membuka pintu, Batz tersenyum sumringah dengan tatapan penuh cinta.

Nae membalas senyum Batz seraya melepas sepatunya. Batz sudah membawa tas Nae untuk ia taruh di atas meja.

"Minumlah" ucap Batz yang sudah menyiapkan air mineral di atas meja. Nae mengangguk. Ia duduk di sofa ruang tamu dan meneguk habis air yang disediakan oleh Batz.

Setelah itu, Nae membuka blazernya dan menatap Batz yang sedang membantunya melepaskan blazernya.

Setelah blazer terlepas, Nae menangkup wajah Batz dan mencium bibir Batz.

Hati Batz tersenyum. Ia sangat senang. Ini adalah awal yang sangat baik untuk memanaskan lagi cinta mereka yang sempat membeku.

Ciuman Nae berubah menjadi cumbuan menuntut. Batz yang memang juga merindukan Nae, membiarkan Nae melakukan apapun pada dirinya.

Ms. CEO (II)Where stories live. Discover now