Satu minggu berlalu. Saat ini mereka sudah bersiap akan berangkat mengikuti perjalanan Nae.
"Sungai Mekong?" Tanya Aom begitu melihat rute pemberhentian mereka. "Ngapain kita kesini?" Tanya Darin heran dengan perjalanan pilihan Nae.
"Lewat sungai dangkal ini, tiga kali kita berjingkat, kita sampai di Laos. Tiga kali lagi kita berjingkat, kita sudah kembali ke Thailand!" Ucap Nae semangat.
AomDarin dan Batz menggeleng malas karena semua juga sudah tahu akan hal itu. Namun Nae sangat menikmati prose imigrasinya.
"Sayang.. Kamu serius cuma mau ngasih tau ini?" Tanya Batz sedikit putus asa.
"Ya gak dong, sayang. Yuk" ajak Nae menggenggam tangan Batz.
Setelah melewati bukit, mereka sampai di sebuah kampung dengan sejalut jalan aspal kecil.
Lalu mobil Nae sudah siap mengantar sampai terminal. Mereka melakukan perjalanan selama 30 menit dalam kesunyian.
Begitu terlihat bukit, mobil Nae berhenti di jalur jalan setapak. Mereka berjalan bersama dengan Nae terus menggenggam tangan Batz.
Tidak sampai 30 meter, berdirilah sebuah portal. Dijaga oleh empat pemuda berseragam loreng yang langsung mencegat mereka.
Melakukan body checking dari mulai dada sampai betis. Tidak ada ancaman.
Mereka melakukannya dengan muka datar bagaikan rutinitas hormat bendera, lalu membiarkan rombongan Nae berjalan tanpa berkata-kata.
Lalu mereka berjalan dengan percaya diri. Setapak rimbun perlahan mulai ditembusi sinar matahari dari kanan kiri. Terang menyambut dari depan dan jalan itu usai. Berakhir di sebuah mulut bukit yang membuka lapang.
AomBatzDarin tercengang melihat puluhan-mungkin sampai empat puluh- manusia kaukasoid, laki perempuan, tergeletak seperti ikan asin dijemur.
Badan pucat mereka malang melintang dan semua wajahnya memperlihatkan kalau mereka sedang beristirahat.
Kehadiran Nae dan yang lainnya tidak digubris. Beberapa melirik lalu kembali memejamkan mata.
"Ini tempat apa, sayang?" Tanya Batz heran dengan tempat yang mereka datangi.
"Ini tempat cari uang, sayang. Yang ini namanya lokal 13. Kalau tadi kita masuk dari desa lain, kita bisa masuk ke lokal yang lain lagi dan di sini, mereka susah nertemu meski kerja di tempat yang sama. Yuk lanjut" ucap Nae makin mengeratkan genggamannya pada Batz.
"Bahaya banget nih orang" gumam Darin pada Aom dan Aom mengangguk setuju bahwa Nae mengerikan.
Tidak lama kemudian, Nae mengajak BatzAomDarin ke sebuah rumah kayu yang tidak jauh dari bukit tadi.
Ketika sampai, BatzAomDarin tertegun. Di tempat jin buang anak seperti ini terlihat rentangan kabel telepon lalu jajaran mobil pickup aneh karena ukurannya yang mini dan tak beratap, tampak pula terparkir dua dump truck dengan bak penuh berisi dedaunan hijau.
Tidak lama kemudian, seorang yang Nae kenal datang menghampiri mereka.
"Hai, ladies.. Apa kabar, Nae?" Ucap seorang lelaki memeluk Nae sekilas dan tersenyum kepada BatzAomDarin.
"Hai, Peach. Baik. Gimana nih? Istri dan sahabatku pada heran ngeliat perkebunanmu" ucap Nae terkekeh.
"Hahaha gayamu, Nae. Jangan khawatir. Dia juga pertama kali aku ajak kesini sama kok kaya kalian. Bingung dan heran juga. Ya tapi memang inilah yang ada" ucap Peach yang mendapat sapaan Bos dari beberapa orang yang lalu lalang.
"Peach adalah bos di sini. Ia sahabatku saat SMP. Gak terlalu deket sih pas sekolah, tapi saat menapaki dunia bisnis, kami cukup dekat" ucap Nae dan dijawab anggukan oleh Peach.
"Dan Nae ini wanita bisnis luar biasa. Awalnya aku heran saat Nae ingin ke perkebunan ini lagi. Namun, ia memeberitahukan bahwa kalian ingin ke tempat yang tidak biasa. Aku sangat menyetujuinya" ucap Peach santai dan tersenyum menatap Nae. Nae membalas senyum Peach dan merangkul pinggang Batz.
"Mereka ini siapa?" Tanya Darin heran dengan beberapa orang yang lalu lalang dan beberapa pegawai yang tatapannya datar.
"Calon pekerja" jawab Peach tersenyum. Ia sangat suka tersenyum. "Kamu tersenyum terus. Tapi mengapa para pegawaimu berwajah datar ya?" Tanya Aom heran.
"Hahaha mereka bosan dengan kerjaan monoton. Sedangkan aku sangat menikmati hidup" ucap Peach yang lagi-lagi tersenyum.
"Mereka kerja apa?" Tanya Batz mengamati dua orang yang baru saja masuk.
Di dalam sini terdapat lima pemuda pribumi berwajah keras, berseragam loreng dan bersenjata.
"Lihat saja" ucap Peach kembali tersenyum.
---
"Bos, ada teman saya yang mau bekerja" ucap seorang yang lebih terlihat bersih dan sedikit bule.
"Sudah pernah memetik sebelumnya?" Tanya seseorang yang tampak senior kepada seorang yang kurus, kotor dan bukan bule.
"Belum" jawab lelaki bukan bule tersebut.
"Hmmm... Baik, kamu bisa mulai besok. Upah di sini tujug ratus seminggu" ucap senior tadi dengan wajah datarnya.
"Dollar? US?" Bukan bule tadi tergagap.
"What else?" Jawab sang senior.
----
BatzAomDarin terperangah mendengarnya. Sedemikian mudah?? Bahkan mereka tidak menanyakan siapa namanya, apa kebangsaannya, tidak melihat paspornya dan 700 dolar!!
Ini gila!
Ini diluar nalar!
Ini.. Ini.. Ini bahaya!----
"Sekarang keluarkan alat mandi dan baju dalam, sisanya tetap dalam ransel. Hey! Antarkan dia ke gudang penyimpanan tas!" Ucap senior memerintah satu temannya.
"Mau bekerja di ladang mariyuana atau opium?" Si senior bertanya lagi.
Bukan bule terlihat tersentak.
"Mmm-maaf, maksudnya?" Tanya si bukan bule heran.
"Kalau memetik opium, kamu harus ikut training dulu dua minggu. Kalau mariyuana bisa langsung kerja" ucap si bos kembali membuat bukan bule tersentak.
"He'll take the grass, he's staying here with me" jawab teman bukan bule untuk meredakan kegugupan temannya.
"Oke. Ini kausmu. Ini kartu absen. Isi namamu sendiri. Mulai metik besok pagi, shift pertama" ucap senior menyerahkan sebuah kaos oblong yang masih berbungkus plastik.
Hijau warnanya. Bersaon gambar daun ganja di sentral, dengan tulisan putih tercetak tegas jelas :
MARIJUANA PICKER. LOCAL No. 13. UNITED GRASS WORKER-LAOS.Setelah itu bukan bule keluar bersama dengan temannya yang bule membawa kaus oblong tersebut.
----
BatzAomDarin melongo melihat pemandangan di depan mereka. Sementara Nae dan Peach terkekeh melihat ekspresi ketiganya.
Peach mengajak mereka keluar dari rumah kayu tersebut menuju sebuah rumah lebih layak.
"Hidup ini relatif. Apa yang kamu pikir salah di sini bisa jadi sahih di tempat lain. Racun bisa jadi obat. Obat bisa jadi racun" ucap Peach tersenyum pertanda mengerti melihat keterkejutan para tamunya.
"Relax, sayang. Matahari tidak muncul 12 jam di setiap tempat. Semua bergantung di mana kakimu berpijak. Dan sekarang kita ada di Golden Triangle, so.. Forget about the rest of the globe" ucap Nae yang menirukan ucapan Peach saat pertama kali ia kesini.
Peach mengangguk dan tersenyum menatap Nae. Nae membalas senyuman Peach dan BatzAomDarin hanya mengangguk lemah serta memberikan senyum paksanya.