Batz membersihkan tangan Nae yang berlumuran darah. Darin mengipasi Nae dan memberikan wewangian disekitar hidungnya. Sementara Aom dan Fon sedang menenangkan Mamah Nae.
"Aom.." Ucap Mamah Nae menatap Aom. Aom mengangguk. "Iya, Mah. Papah ditemukan bersama tiga jenazah lainnya" ucap Aom menaruh wajahnya di pundak Fon.
Bruk.
Mamah Nae pingsan di pelukan Fon. Darin segera keluar untuk memanggil dokter. Dokter memeriksa Nae dan Mamahnya.
Mereka memasukkan dua kasur untuk Nae dan Mamahnya setelah Nae diberikan pengobatan pada tangannya.
"Jadi gimana?" Tanya Fon pada Darin yang berada dalam pelukan Aom.
"Aku akan meninjau lokasi, kak, untuk kebenarannya. Setelah itu baru konfirmasi ke semuanya. Kamu mau ikut aku?" Tanya Darin menatap Aom. Aom mengangguk menyetujui.
Tidak lama kemudian, Nae siuman dan menatap Batz yang matanya memerah dan sembab.
"Sayang.." Ucap Nae mengelus pipi Batz. Batz menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Nae. Mereka kembali menangis.
DarinAom menghampiri Nae sementara Fon membuatkan minum untuk mereka semua.
"Gw mau ninjau ke lokasi sama Aom. Nanti gw kabari lagi" ucap Darin menatap Nae.
Nae berdiri dan memeluk Darin erat dengan tetap menangis. Darin membalas pelukan Nae tidak kalah erat.
"Maafin gw, sungguh gw menyesal udah ngebentak lo. Maafin gw" ucap Nae yang menaruh wajahnya di pundak Darin.
"Iya, gw paham. Gpp. Kita saling menguatkan ya" ucap Darin mengusap rambut Nae.
Nae mengangguk namun tetap memeluk Darin dan masih menangis di pundaknya.
Tidak berapa lama, telepon Darin bergetar menandakan ada pesan masuk.
Darin membuka pesannya dan memperlihatkan pada Nae bahwasanya heli Nae sudah berangkat ke Amerika guna membawa DarinAom ke lokasi.
"Pergilah. Hati-hati. Saling mendoakan, saling menguatkan" ucap Nae di depan wajah Darin. Darin mengangguk dan memeluk Nae sekilas.
"Mamah?" Tanya Nae menatap Darin seakan bertanya. "Iya. Biarkanlah beliau istirahat. Lo juga istirahat. Kasian istri lo" ucap Darin menatap Batz.
Nae menatap Batz yang sedang duduk menatapnya. Tatapannya yang penuh cinta seakan merubuhkan segala emosi yang sedang merajai tubuh Nae.
Nae tersenyum dan menghampiri Batz lalu memeluknya.
"Maafkan aku, sayang" ucap Nae mengecup pelipis Batz. "Seperti katamu, saling mendoakan, saling menguatkan" ucap Batz mengecup bibir Nae.
***
DarinAom sudah meninjau lokasi, mereka mendapati jenazah Papah yang sudah terbujur kaku, pucat dan dingin.
Dengan segera, mereka membawa jenazah Papah untuk segera diurus dan dikebumikan.
Setelah memberitahu Nae, DarinAom segera mengikuti jenazah Papah yang dibawa kembali ke Thailand.
Sementara itu di rumah sakit.
"B.. Papah sedang dalam perjalanan menuju Thailand. Aku akan ikut mengurus pemakaman. Kamu gpp aku tinggal?" Tanya Nae yang saat ini sedang duduk di sofa bersama Batz.
"Aku ikut kamu" ucap Batz mengelus pipi Nae. "Tapi.." Ucapan Nae terpotong dengan jari telunjuk Batz yang ia taruh di bibir Nae.
"Di sini ada Papah dan kak Fon. Aku ingim melihat Papahmu untuk terakhir kalinya. Aku ikut denganmu ya" ucap Batz dan dijawab dengan kecupan di keningnya oleh Nae.
"Terima kasih, sayang" ucap Nae setelah melepas kecupannya. Batz mengangguk mengerti.
***
Setelah berpamitan pada Mamah, Papah dan juga Kak Fon, BatzNae dan Mamah Nae pergi menuju Thailand untuk mengurus pemakaman Papah.
Jenazah Papah datang bersama AomDarin dan beberapa pegawai Nae setelah sebelumnya BatzNae dan Mamah telah sampai terlebih dahulu.
Semua sudah diurus, pemakaman berlangsung khidmat. Seluruh tayangan TV di dunia menampilkan suasana pemakaman Tuan Suthatta.
Seluruh orang ikut berbelasungkawa. Tidak sedikit yang turut andil dalam pemakaman.
Untuk pertama kalinya Nae merasa sangat sakit melihat senyum yang terukir di wajah pucat Papahnya.
Mamah sudah berkali-kali pingsan saat melihat jenazah Papah. Darin dan Aom bergantian mengurus Mamah, sementara Nae terus bersama Batz.
***
Seminggu setelah kepergian Papah, Nae mulai kembali bekerja. Batz masih mengambil libur dan hanya berada di samping Nae.
Saat ini, Batz sedang memeluk Nae dari samping. Mereka sedang duduk di sofa dalam ruangan Nae.
"Sayang.." Ucap Batz mengelus pipi Nae. "Ada apa, sayang?" Tanya Nae lembut mengusap rambut Batz.
"Kapan kita mau program?" Tanya Batz memainkan kancing baju kemeja Nae.
Batz berpikir, dengan keberadaan anak, Nae tidak akan terlalu merasa kesepian. Dan Batz akan melawan ketakutannya demi kebahagiaan Nae.
Ia tidak ingin menjadi terlalu egois lagi. Sekarang saatnya ia memberikan Nae kebahagiaan setelah selama ini Nae selalu membahagiakannya.
"Kamu serius?" Tanya Nae tidak percaya. "Kamu meragukanku?" Tanya Batz menaikkan kedua alisnya.
Nae tersenyum dan mengecup bibir Batz singkat.
"Besok akan aku atur jadwalnya bersama temanku ya" ucap Nae dan dijawab anggukan oleh Batz.
Sementara itu Mamah Batz sudah pulang bahkan beliau berminap di rumah Nae untuk menemani Mamah Nae yang masih dalam keadaan berduka bersama dengan Fon.
AomDarin sibuk dengan pekerjaan masing-masing namun mereka semakin dekat dan saling berbagi mengingat sahabat mereka sangat membutunkan kekuatan dari mereka.
Sedangkan Papah Batz masih berkutit dengan usahanya.
-----
Maaf ya pendek.
Gw ga suka nih kalo bahas orang tua meninggal. Baper. HeheheUdahan ya sedih-sedihnya. Kita buat konflik baru aja. Hahaha
Sampai jumpa di post selanjutnya dengan konflik yang lainnya tapi gatau kapan mau ngetiknya hahaha
