Saat malam hari, Nae mendapat telepon bahwasanya investor dari Jepang ingin bertemu untuk membahas masalah pekerjaan.
Alhasil, acara mereka liburan kembali tertunda. Namun, Nae berjanji akan menggantinya di lain waktu.
"Sayang.. Maaf ya, liburan kita tertunda lagi" ucap Nae sendu menatap Batz.
"Gpp, sayang. Investor ini kan penting" ucap Batz mengelus pipi Nae. Nae mengangguk dan mengecup bibir Batz. "Makasih, sayang, udah pengertian banget sama aku. Aku janji akan mengganti liburan kita di lain waktu" ucap Nae menatap mata Batz dalam.
"Iya, sayang. Tapi aku gamau kemana? Kamboja? Gaklah. Mending ke negara lain. Turki gitu? Atau Dubai?" usul Batz mencoba bernegosiasi dengan Nae.
Pasalnya, setelah mereka makan malam, BatzAomDarin berbincang bahwa mereka mempunyai firasat tidak enak saat Peach bilang ngeranjau.
"Hahahaha emang kenapa, sayang? Kan kalian yang ngajak berpetualang" tanya Nae menggoda Batz.
"Perasaanku ga enak ngeliat senyummu. Kalo kamu mau ke Kamboja ya sendiri aja. Kami bertiga ga ikut" ucap Batz mulai kesal.
"Iya, sayang, iya. Kita ga jadi ke Kamboja. Tapi gatau ya kapan lagi bisa liburannya. Soalnya bakal banyak meeting sesudah ini" ucap Nae menjelaskan.
"Iya, ngerti. Nanti mungkin aku ngajak Aom aja jalan-jalan" ucap Batz dan dijawab anggukan oleh Nae.
"Asal jangan kecapekan. Ga masalah. Tinggal sebut aja mau kemana. Oke, sayang?" tanya Nae dan Batz mengangguk cepat.
Keesokan harinya, mereka berpamitan pulang.
"Makasih banyak ya, Peach. Ini pemandangan sangat baru dan luar biasa buat kami. Makasih udah ngijinin buat ngeliat semuanya" ucap Batz tulus.
"Santai aja, Batz. Pintu gw selalu terbuka untuk kalian. Kapanpun" ucap Peach yang lagi-lagi selalu tersenyum.
Tidak lama kemudian, heli Nae datang dan mereka kembali ke rumah Nae.
Setelah hari itu, Nae kembali disibukkan dengan tugas, rapat dan konco-konconya yang membuatnya hanya bertemu Batz di pagi dan malam hari.
Namun, hari ini adalah hari Minggu dimana Nae mengosongkan semua jadwalnya.
Pagi ini, Batz sudah duduk di depan TV kamarnya. Sedangkan Nae bersiap untuk jogging di halaman rumahnya.
"Jangan putihlah" ucap Batz.
Nae yang sedang memegang handuk kecil berwarna putih kembali ke arah lemari pakaiannya dan mengambil handuk berwarna lain.
"Ijo mah norak" ucap Batz.
Lagi, Nae kembali ke lemari pakaiannya dan mengganti handuknya.
"Kuning? Hmm.. Terlalu mati warnanya" ucap Batz.
Nae menghela napas dan kembali lagi ke lemari pakaiannya lalu mengambil handuk berwarna lain.
"Hey.. Sayang.. Kamu mau kemana?" tanya Batz begitu ia melihat Nae keluar dari arah lemari pakaian.
"Mau joging, sayang. Kenapa?" tanya Nae mendekati Batz dan mencium pucuk kepala Batz.
"Kok anduknya yang itu? Kan itu punyaku. Pake yang putih loh, sayang. Yang biasa aku siapin itu" ucap Batz menarik handuk yang berada di leher Nae.
Batz berdiri dan mengambil handuk putih lalu ia taruh di leher Nae. Handuk yang sama dengan Nae ambil pertama kali.
"Tadi aku pake ini kata kamu jangan. Aku udah tiga kali bolak-balik tapi kamu ga setuju. Makanya aku pake handukmu" ucap Nae bingung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eh.. Kapan aku ngomong gitu?" tanya Batz heran.
"Tadi. Aku ganti ijo, norak. Aku ganti kuning, warnanya mati" ucap Nae menatap Batz penuh kebingungan.
"Hahahahaha ya ampun, sayaaaanggg. Tadi aku lagi liat-liat majalah. Terus aku komentarin bajunya. Bukan komentarin handukmu" ucap Batz tertawa akan kesalahpahaman mereka.
"Hadeeeehhh.. Yaudahlah. Aku joging dulu ya, sayang" ucap Nae mengecup bibir Batz yang masih tertawa. Batz mengangguk namun masih tertawa. Ia kembali duduk dan melihat majalahnya lalu tertawa lagi.
Sementara Nae ikut tersenyum dan menggelengkan kepalanya mengingat kelakuan mereka di pagi hari.
"Pas gitu salah pahamnya" ucap Nae tertawa dan mulai berjalan ke arah luar rumahnya.
Usai Nae joging, ia membersihkan dirinya dan mengajak Batz sarapan bersama.
"Enak ga, sayang?" tanya Batz menatap Nae penuh harap.
"Enak kok. Kamu yang buat?" tanya Nae menatap Batz. Batz mengangguk antusias. "Ini enak, sayang. Makasih ya" ucap Nae dan dijawab anggukan oleh Batz.
"Nanti belajar masak yang enak-enak yang lainnya ya" ucap Nae tersenyum saat mereka sudah menyantap habis sarapannya.
"Semuanya itu enak tau, sayang. Bedanya cuma karena namanya aja. Saat terdengar keren, biasanya derajat penilaian lebih tinggi dan lebih mahal" ucap Batz sedikit ketus.
"Eh.. Maksudnya?" tanya Nae heran.
"Kaya tadi, nasi goreng, biasa aja. Pas fried rice, langsung wah. Lainnya gini
Vegetables Cooked in Coconutmilk terlihat keren padahal ya Sayur Lodeh" ucap Batz ketus."Hadeeeeehhh" Nae menghela napasnya pasrah karena memang benar yang Batz ucapkan.
"Bener kan, Yang?" tanya Batz menatap Nae. Nae mengangguk setuju.
"Lagi, Yang. Mixed Vegetables with Peanut Sauce Dressing harganya bisa kaya steak padahal itu gado-gado" ucap Batz kesal. Nae tertawa melihat Batz kesal akan nama makanan yang memang mempengaruhi harga.
"Iya, sayang. Aku juga punya nama" ucap Nae mengikuti Batz. "Apaan, sayang?" tanya Batz memajukan wajahnya.
" Deep Fried Beef and Vegetables Wrap" ucap Nae menaikkan kedua alisnya. "Eh.. Itu apaan?" tanya Batz bingung.
"Martabak telur" jawab Nae terkekeh lalu mereka berdua tertawa bersama.
"Pagi hari yang indah" batin Nae mengingat pagi ini ia terus-terusan tertawa.
"Nah kan.. Cuma karna beda pake bahasa inggris, harga langsung beda banget. Padahal mah ya makanannya itu-itu aja. Terus porsinya lebih dikit" ucap Batz yang disetujui oleh Nae.
"Tapi aku juga kadang ga suka sama makanan tradisional yang dibawa ke restoran. Estetikanya berkurang. Ga mantep" ucap Batz menatap Nae yang kembali melihatnya bingung.
"Misalnya mie tektek. Saat tradisional lan ada mamang-mamang yang keliling. Nah itu jauuuuhhhh lebih enak daripada yang udah masuk mall dan resto" ucap Batz dan membuat Nae tertawa.
"Kamu merindukan makanan tradisional?" tanya Nae dan dijawab anggukan dari Batz. "Belum sih. Tapi ya cuma sedih aja. Di rumahmu makanannya wah semua" keluh Batz.
Nae berdiri dan mengecup bibir Batz sembari mencondongkan badannya sedikit menunduk.
"Aku melakukan yang terbaik untukmu, sayang. Nanti kalo kamu mau makan apapun. Bilang aku ya, sayang" ucap Nae dan segera dijawab anggukan cepat oleh Batz.
Lalu mereka berjalan ke arah sofa ruang keluarga bersama. Batz menaruh kepalanya di pundak Nae dan Nae mengelus rambut Batz serta menciuminya sesekali.
Nae sangat bahagia saat ini. Bersama dengan orang yang dicintainya dan sedang menanti apa yang selama ini menjadi mimpinya.
