Pisah

2K 109 123
                                    

Hari ini Batz tidak mendapatkan kabar apapun dari Nae. Padahal semalam Nae bilang hanya akan ke Chiangmai.

Menjelang tengah malam, Nae juga tidak kunjung pulang. Batz yang sudah sangat mengantuk, tidur terlebih dahulu dengan posisi meringkuk.

Menjelang subuh, Nae baru datang. Dan ia akan pergi sebelum Batz terbangun.

Hampir selama seminggu ia seperti itu. Meski ia tidur di sofa, namun ia tetap mengecup kepala Batz pelan saat ia pulang.

Hari ini, tepat seminggu Batz tidak bertemu Nae. Tiap pagi juga air matanya selalu mengalir karena merindukan Nae.

***

Hampir sama dengan Batz, Nae juga sama tersiksanya. Ia menghabiskan malamnya dari satu club ke club yang lain.

Hingga hari ini, Aom mendapat telepon dari Tina bahwasanya Nae datang ke club tempatnya bekerja dengan seorang wanita.

Semenjak tiga hari lalu, Nae juga selalu datang bersama wanita yang sama.

"Dia dimana?" tanya Aom kepada Tina begitu sampai di sebuah club. "Biasanya orang seperti Nae pake ruang private sih" ucap Tina merangkul pinggang Aom.

"Yuk temenin aku" ajak Aom menggandeng lengan Tina. Tina mengangguk. "Bentar, aku izin dulu" ucap Tina dan dijawab anggukan oleh Aom.

Usai izin, Tina kembali menghampiri Aom. "Yuk, aku udah dapet ruangannya" ucap Tina kembali merangkul Aom dan berjalan menuju ruangan Nae.

Sesampainya di depan ruangan, Aom mengelus lengan Tina guna mereda kegugupannya.

"Dia ga sendiri, kamu tau orangnya?" tanya Aom merasa de javu saat ia memergoki Nae dengan wanita lain kala BatzNae belum menikah.

"Aku belum pernah melihatnya. Gatau juga siapa. Aku tahu kekhawatiranmu. Kita hadapi bersama ya" ucap Tina mengecup pucuk kepala Aom.

Aom mengangguk dan waswas melihat Tina membuka pintu ruangan Nae.

Kala pintu terbuka, terlihat Nae sedang bersama seorang wanita yang mereka tidak kenali.

Tidak ada yang aneh. Memang Nae terlihat hangover, namun posisinya bersandar pada sofa sedangkan wanita tersebut dalam keadaan sepenuhnya sadar dan memainkan hpnya.

"Hai.." sapa Aom memecahkan kecanggungan diantara mereka.

"Hai.." jawab wanita tersebut sedikit canggung.

"Aku Aom. Sahabat dari Nae" ucap Aom mengulurkan tangannya.

Wanit tersebut berdiri dan menyambut uluran tangan Aom. "Aku Ninew, teman sekolah Nae" ucap wanita tersebut bernama Ninew.

"Oh, pantas saja kamu tidak pernah melihat dirimu" ucap Tina tersenyum. Ninew mengangguk dan tersenyum.

"Mari duduk" ajak Ninew mempersilahkan para sahabat Nae untuk duduk bersama.

"Ada apa dengannya?" tanya Aom menatap Nae yang sudah sangat hangover. Bahkan sekarang Nae mencari posisi berbaring yang nyaman tanpa menyadari kedatangan TiAom.

"Dia sangat stres. Ini pelampiasannya. Aku juga gatau apa masalahnya. Dia selalu diam dan terus minum. Saat sudah ga sadar, dia baru sedikit berucap. Dia berkali-kali bilang bahwa ia terlalu mencintai Batz dan sangat sedih akan perpisahan yang tidak pernah ia pikirkan" ucap Ninew menjelaskan.

"PISAH??" teriak TiAom bersamaan.
Ninew mengangguk ragu.

"Sejak kapan kamu bersama Nae?" tanya Tina menelisik Ninew.

"Tiga hari yang lalu. Hampir tiap malam ia menjemputku untuk menemaninya minum. Eh tapi tenang aja, aku tidak macam-macam dengannya" ucap Ninew segera mengklarifikasi kedekatan mereka.

"Maaf jika pandangan kami terkesan mencurigaimu. Kami mempunyai masa lalu yang tidak baik" ucap Aom menjelaskan agar Ninew tidak salah paham.

"Oke. Aku mengerti. Wajar sih, kalian pasti sangat peduli pada Nae makanya sampai seperti ini. Tapi kalian beneran gatau kalau mereka mau pisah?" tanya Ninew menyelidik.

Tina menatap Aom meminta penjelasan. Aom menggeleng menandakan ia tidak tahu apa-apa.

"Batz ga ada ucapan apa-apa. Dia beneran ga ada omongan laen?" tanya Aom menatap Ninew penasaran.

"Ga ada. Pokoknya habis jemput aku, dia ngajak ke club berbeda tiap harinya. Dia akan diam dan mempersilahkanku memesan apapun. Karena dia tahu aku tidak minum. Terus dia minum sampe hangover. Dia meracau mencintai Batz dan tidak ingin berpisah. Gitu aja" ucap Ninew menjelaskan.

"Kamu ga minum?" tanya Tina menatap Ninew. Ninew menggeleng. "Aku kalo ga mesen soda ya jus. Dia mengajakku karena tau aku tidak minum. Dia tahu tidak akan kuat menyetir, makanya butuh aku untuk mengantarkannya pulang. Setelah itu, yaudah aku mengantarkannya ke rumah dan aku pulang ke apartemenku" jawab Ninew santai.

TiAom mengangguk percaya. "Jangan mikir macam-macam. Aku hetero dan sudah mempunyai pacar lelaki. Nae juga kenal" ucap Ninew kembali menjelaskan. TiAom sedikit kaget dan kembali mengangguk canggung.

"Gpp. Aku mengerti perasaan kalian. Jadi ini gimana selanjutnya?" tanya Ninew menatap TiAom.

"Dia selalu tidur gini?" tanya Tina menatap Nae yang sedang tidur dengan posisi meringkuk.

"Iya. Biasanya, saat dia tidur, aku akan teleponan atau video call dengan pacarku. Dia juga bingung bagaimana mengatasi Nae. Nanti setelah dua jam, Nae akan bangun dan minta diantarkan pulang" ucap Ninew menghubungi pacarnya bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi untuk saat ini.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Tina menyelidik. "Nih. Lagi chat pacarku kalau ga bisa teleponan dulu" ucap Ninew menunjukkan hpnya. TiAom mengangguk.

"Maafkan kami ya" ucap Aom penuh rasa bersalah. "Gpp, Aom. Santai aja. Justru aku merasa senang karena dapat bertemu kalian, setidaknya kita bisa membantu Nae bersama. Jujur, aku bingung" ucap Ninew menghela napasnya.

"Oke. Masalahnya adalah pisah. Ada omongan ga sebelumnya?" tanya Aom. "Oh iya, dia tadi bilang kalau pengacaranya akan segera mengurusnya" ucap Ninew yang lagi-lagi membuat TiAom terkejut.

"SERIUS??" teriak TiAom bersamaan. "Iya, ngapain juga aku bohong. Nae sahabatku. Aku juga gamau kalau ia seperti ini terus menerus" ucap Ninew menatap nanar ke arah Nae yang sedang tidur terlelap.

"Ini ada apa ya? Semuanya terlihat baik-baik aja. Batz juga ga pernah cerita. Masa iya tiba-tiba pisah?" tanya Aom seperti bertanya pada dirinya sendiri.

Tina dan Ninew menggeleng menandakan tidak tahu tentang apapun. Lalu mereka bertiga menghela napas lelah setelah sebelumnya secara bersamaan menatap Nae yang tidak terusik oleh keberadaan mereka.

Ms. CEO (II)Where stories live. Discover now