Setelah istirahat 3 hari lamanya, akhirnya Fibi diperbolehkan pulang ke rumah, maksudku rumah Moniq. Ayah dan ibuku datang menjenguk pada hari senin dan ikut pulang ke Malang. Aku selama 3 hari ini menghabiskan waktuku untuk berlatih bersama Andrew. Jono dan Muhyi yang menggantikan Andrew menjaga Fibi di rumah sakit. Cerita tentang Wendy membuat kami harus lebih siap menghadapi mereka. Sekolah akan aman-aman saja selama kami tidak berada di sana. Marta juga bisa ikut menjaga sekaligus memberi informasi tentang keadaan di sana dengan kemampuannya. Namun situasinya sedikit berbeda dengan Uthe. Beberapa anak buah Guru Yo selalu menjaga dirinya tanpa sepengetahuannya.
Dunia kami benar-benar banyak berubah apalagi setelah rumah kami dihancurkan entah bagaimana caranya. Rei memiliki kemampuan daya tahan tubuh dapat menembus tembok, sedangkan Wendy dapat berubah wujud, menyamar. Tidak ditemukan barang bukti berupa bahan peledak di rumah kami seakan rumah kami hancur oleh ledakan angin. Setelah diselidiki lebih lanjut, semua lukisan ibu hilang tak bersisa, bahkan lukisan yang belum selesai pun ikut hilang.
"Mungkin saja Wendy yang mengambilnya." Ucap Moniq saat kami berbincang mengenai hal ini.
"Tapi bagaimana cara dia melakukannya?" Ucap Chycil.
Demi kebaikan bersama, akhirnya Chycil ikut tinggal bersama kami semua dan Moniq bisa menerimanya, malah mereka semakin akrab saat Fibi masih di rumah sakit.
"Bagaimana ceritanya mereka bisa begitu akrab kak?" tanya Fibi yang terlihat kaget saat sampai di rumah.
"Sudah, syukuri saja." Jawabku.
Dalam latihan, baru pertama aku melihat kemampuan Andrew. Kemampuan akan menurun kepada anak dengan sempurna atau berbeda. Terkadang kurang atau lebih atau berbeda sama sekali. Khusus kemampuan langka hanya ada dua kemugkinan, menurun ke pada anak atau tidak, biasanya bisa lebih jauh, ke cucu atau cicitnya. Andrew sendiri dapat membaca pikiran seperti ayah dan adiknya. Di sisi lain ternyata dia juga memiliki kemampuan yang lainnya.
"Aku dapat menghilangkan benda. Sebenarnya memindahkan benda ke dimensi lain. Kata Ayah, kemungkinan besar ini kemampuan dari buyut kami, entah yang mana." Ucap Andrew pada saat kami berlatih bersama.
Sebuah kemampuan yang cukup berbahaya jika dikuasai dengan sempurna. Untuk saat ini Andrew baru bisa menghilangkan benda sebesar kulkas dua pintu. Untuk benda bergerak, Andrew belum bisa. Jika dipaksakan, hasilnya lebih menyeramkan, akan terbelah sebagian. Bayangkan jika yang dipindahkan adalah manusia.... sudah bisa dipastikan MATI.
Kemajuan yang kubuat cukup baik. Aku bisa menggerakkan dengan bebas benda dengan ukuran yang sama dengan Andrew. Aku bisa mengangkat bahkan menghancurkannya, tapi untuk jarak yang dekat. Aku masih berlatih di ruangan, belum mencoba berlatih di luar. Andrew sendiri sudah dapat menguasai kemampuannya dalam jarak pandang matanya.
"Aku dapat memindahkan benda ke dalam dimensiku selama benda itu terlihat oleh mataku." Ucapnya.
Chycil pun ikut berlatih bersama Moniq, sedangkan Fibi kali ini merasa sangat iri kepada mereka karena tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melihat mereka berlatih. Chycil dilatih untuk dapat memepertahankan diri dengan klonnya. Klonnya saat ini mampu untuk ikut bertarung. Klonnya dibuat mampu meyerang dan bertahan terhadap serangan yang ditujukan kepadanya. Jumlahnya pun telah bertambah.
"Biasanya hanya ada 6 sampai 10 klon, tapi aku sekarang mampu membuat klonku hingga 30 klon." Ucap Chycil. "Moniq juga membuat kemajuan yang keren lho."
"Apaan sih. Aku kan tidak bisa sehebat kamu." Sahut Moniq.
"Sekarang Moniq bisa membaca pikiran orang dari jarak 200 meter bahkan bisa membuatnya pingsan." Sambung Chycil.
"Ya. Dan aku masih belum bisa berbuat apa-apa." Fibi yang terlihat cemberut memotong perkataan Chycil.
Sekarang sudah bulan Desember, Tuan Will menyuruh kami berkumpul untuk membicarakan sesuatu. Andrew sendiri sudah pergi lebih dulu dengan Muhyi, mencari Rei dan Wendy ke Bandung, Ke rumah Wendy.
"Sangat tidak mungkin jika mereka tinggal di sana. Namun tidak ada salahnya jika kita memeriksanya. Andrew mengerjakan tugasnya dan sekarang aku akan memberikan tugas untuk kalian." Tuan Will berbicara dengan wajah yang serius.
"Andrew sudah menceritakan kemajuan yang kalian capai selama latihan. Aku rasa kalian sudah layak menjalankan tugas. Besok kalian akan berangkat ke Pontianak."
***
Kami datang melalui Bandara Internasional Supadio yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Jaraknya 17 km dari Kota Pontianak. Di Bandara kami sudah ditunggu oleh Riki, Kepala dari pasukan Tuan Will wilayah Kalimantan.
"Selamat datang di Kalimantan Tuan dan Nona. Semoga perjalanannya menyenangkan." Ucap Riki.
"Mobil kami yang mana?" Tanya Moniq kepadanya.
Riki segera menyerahkan kunci mobilnya. Kami pun pergi berempat, tanpa pengawalan. Kami pun hanya boleh mengendarai sebuah mobil sedan kecil, Toyota Starlet berwarna putih. Kami ditugaskan untuk mendatangi sebuah rumah tua di dekat sebuah universitas yang ada di sana, yang diduga pernah ditempati oleh kakek buyut kami, Jack. Suasana di sini sungguh nyaman, masih banyak pepohonan dan jalannya tidak macet seperti di jakarta. Tidak berapa lama, kami pun sampai ke tempat yang dituju.
Ukuran rumahnya tidak seberapa besar namun halamannya cukup luas dan berjauhan dengan rumah yang lain. Pagarnya sudah berkarat dan rapuh, dedaunan berserakan, terlihat seperti telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
"Aku cek dulu sebentar." Ucap Chycil.
Aku pun mencoba merasakan apakah ada orang di sana. Yap, tak ada seorang pun.
"Ayo kita masuk, tidak ada siapa-siapa di sana." Ucapku.
Kami memasuki rumah itu tanpa halangan. Pintu tidak terkunci, kami pun masuk. Di ruangan depan tak ada satupun foto yang terpajang di dinding. Namun sofa dan meja masih tertata, semua perabotan masih berada di tempatnya, hanya kotor, tanpa kerusakan, debu di mana-mana. kami pun berpencar karena yakin tidak ada yang berbahaya di sini. Moniq dan Fibi ke lantai dua yang sepertinya adalah kamar tidur. Aku dan Chycil di lantai bawah, mengecek dapur dan ruangan lain. Lalu kami bertemu kembali di bawah.
"Banyak pakaian di lemari, seakan sengaja ditinggalkan." Ucap Fibi.
"Tapi tidak ada satupun Koper atau tas, uang serta barang berharga yang terlihat. Tidak ada barang elektronik." Sambung Moniq.
"Di bawah, perabotan lengkap, bahkan ada cucian yang belum diambil di mesin cuci." Ucap Chycil.
"Menurutku mereka yang tinggal di sini pergi dengan terburu-buru. Tidak ada yang menemukan foto atau apapun?" tanyaku.
Semua menggelengkan kepala. Sesaat kemudian terdengar suara "Tut tut tut."
"Kalian dengar?" Tanyaku.
"Seperti suara radar." Jawab Fibi penasaran.
Kami mencari sumber suara itu yang sepertinya dari bawah.
"Kak, ada ruangan bawah tanah." Ucap Chycil.
###
979 kata
Bzo_soetedjo
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoey
Ciencia FicciónAku hanya seseorang yang menyukai seni dan tidak terlalu peduli dengan keadaan dunia ini. setelah virus menyebar dan banyak orang menjadi korban, mau tidak mau aku harus ikut ambil bagian dalam misi menyelamatkan umat manusia.