(26) Perubahan

217 23 1
                                    

Dunia ini begitu kecil. Ternyata Rei adalah sepupu Uthe. Uthe terlihat sedikit shok. Setahunya, Rei sudah meninggal dalam kecelakaan setahun yang lalu. Uthe hadir dan melihat sendiri proses pemakamannya.

Malam itu kami ber-8 berbicara tak kenal waktu. Akhirnya terkuak sudah rahasiaku, Moniq, Fibi serta Chycil. Marta pun akhirnya mengakui bahwa dirinya juga memiliki kemampuan. Berkat itu, Angel, Anin, Uthe dan Rifqa jadi mempercayai kami.

Pada posisi ini, kami jelas mengkhawatirkan bagaimana nasib pementasan kami besok. Tapi perjuangan anak-anak dalam berlatih harus kami dukung. Kami sepakat untuk tetap melanjutkan pementasan.

***

Minggu, November 2016

Ariq coba membangunkan anak-anak yang lain walau ini masih pukul 5. Tapi memang harusnya jam 7 kami sudah di sekolah. Kami belum persiapan, sarapan dan lain-lain. Maka dari itu kami bergegas untuk mandi dan sebagainya.

Nyonya Arum sudah menyiapkan makanan untuk sarapan. Kali ini dia tidak masak sendirian, dia tidak sanggup menyediakan masakan untuk kami yang jumlahnya puluhan ini.

Aku berangkat lebih dulu untuk memastikan apakah keadaan aman.

"Semalaman kami berjaga, situasi aman terkendali. Namun dengan kemampuan Rei, kami tidak bisa berbuat banyak. Dia bisa bersembunyi di mana saja." Kata Bagus menjelaskan situasi kepadaku.

"Tidak bisakah kita mendeteksi kehadirannya?" Tanyaku.

"Muhyi, Dia punya kemampuan deteksi kemampuan, tapi dia baru datang jam 10 nanti."

"Kenapa lama betul?"

"Dia sedang menjalankan tugas di Papua. Perjalanan yang cukup jauh Tuan."

Aku berjalan menuju Auditorium. Saat aku memasuki ruangan, aku melihat seseorang memakai topi merah, dengan jaket abu-abu.

"Siapa itu?" Tanyaku curiga.

Dia menoleh. Ternyata itu Chycil. "Kakak datang terlalu pagi."

"Kamu lebih pagi dari aku. Sembrono sekali kamu, datang sendirian seperti ini."

"Kakak tidak usah khawatir, klonku mengatakan Rei tidak ada di sekitar sini."

Chycil terlihat sangat manis dengan rambut yang diikat, topi merah dan sweeter abu-abu. Aku terus memperhatikannya tanpa menoleh kemanapun.

"Kamu kesini dengan siapa?"

"Aku izin ke Moniq untuk diantar Jono. Setelah sampai, Jono kembali ke rumah. Pementasan tetap akan dilaksanakan kan kak?" Tanyanya sambil melihatku. Wajah manisnya terlihat pesimis.

"Tentu saja kita harus tetap pentas. Tidak hanya karena kalian, aku juga memikirkan penonton yang sudah membeli tiket."

Dia langsung memelukku, "Terima kasih kak." ucapnya.

"Kamu... maukah... setelah pementasan nanti... kita berdua... berbicara... berdua..." Aku berbicara dengan telepati.

"Iya. Aku mau. Terserah kakak mau di mana. Tapi makanan kakak yang traktir ya." Kata Chycil setelah melepaskan pelukannya, memandangku dengan wajahnya yang cantik.

"Kamu terlihat cantik dengan topi itu."

"Di mata kakak, aku akan selalu terlihat cantik. Iya kan?" Chycil terlihat malu-malu, berjalan keluar.

Aku mengejarnya dari belakang. Begitu keluar Auditorium, Moniq sudah berada di luar.

"Tuh kaaaaaaan Kamu kenapa pergi ninggalin aku sih? Berduaan sama dia pula. Iya aku cemburu. Kalau di hadapanku tidak usah malu untuk bicara, ngomong saja langsung." Kata Moniq sedikit kesal kepada kami.

"Maaf membuat kamu cemburu. Tapi aku dan kakak tidak sengaja bertemu di sini." Ucap Chycil menjelaskan.

"Heh, dengan kemampuan kakak, yang mana sekarang aku tidak bisa membaca pikirannya, bukan tidak mungkin dia merencanakan hal ini."

"Jadi kamu tidak percaya pada orang yang kamu sayangi? Kurasa, kakak tidak akan melakukan hal yang memalukan seperti itu. Dia tidak akan mau membaca pikiran kita. Paling-paling kakak hanya berbicara dengan telepatinya."

"Aku... aku ... aku... Kamu ngeselin!!!" Moniq berbalik badan dan pergi.

"Kak, sana kejar dia. Aku sebenarnya tidak ingin menyakiti perasaannya. Bagaimanapun, dia sudah sangat banyak membantu kita. Sampaikan permintaan maafku."

"Baiklah. Tapi kamu jangan keluyuran. Tunggu kakak di sini. Aku akan suruh Ariq dan Jamal untuk mempercepat kedatangan ke sini."

Aku mengejar Moniq yang sepertinya ingin kembali ke rumahnya.

"Moniq... Tunggu."

"Ngapain ngejar aku? Sana pergi sama pacarmu yang cantik itu."

"Kamu kok jadi ngambek begini sih? Kakak kan kebetulan bertemu tadi di dalam Audit. Maaf kalau kakak membuatmu kesal. Chycil juga bilang maaf tadi. Dia tidak mau membuat kita jadi tidak akur begini."

"Ya tapi susah kak. Aku menyukai kakak yang jelas dari awal lebih menyukai Dia yang sekarang... Kakak tidak mau membaca pikirannya sih." Moniq terlihat lesu. "Dia sudah mulai nyaman sama kakak."

"Aku tidak akan membaca pikiran kalian berdua, dan soal hal itu, dia sudah bicara langsung kepadaku. Tapi nyaman bukan berarti di menyukaiku kan?"

"Kak. Dia itu perempuan. Dia tidak akan mengatakan lebih dulu, tidak akan berani jujur. Kamu baca saja pikirannya kalau tidak percaya. Perasaannya ke kamu sudah berubah. Di kepalanya hanya ada dua hal saat ini. Pementasan, dan kamuuuuu."

###

719 kata

semoga tidak bosan membacanya
maaf yaa
agak sibuk belakangan ini.
terima kasih para pembacaku.

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang