(40) Api

94 15 0
                                    

Kebakaran besar terjadi di gudang senjata milik TNI-AL di Jakarta, sabtu dini hari. Ledakan itu menghabiskan seluruh bangunan utama serta bangunan di sekitarnya. Semuanya rata dengan tanah, tidak ada barang yang bisa diselamatkan. Tim pemadam baru berhasil memadamkan api setelah 5 jam.

Setelah api padam, semua orang terkejut dengan apa yang mereka temukan di sana. Seorang pemuda yang tergeletak tanpa luka, tanpa pakaian sehelai pun. Semua orang heran dan tak habis pikir tentang pemuda itu. Dari mana dia berasal? Apa yang dilakukannya di tempat itu?

Berita itu dengan cepat sampai ke telinga tuan will. Aku dan andre diminta oleh tuan will untuk mencari tahu segala hal tentang pemuda itu. Kami mencurigai pemuda itu sebagai kaki tangan bill. Siang itu juga kami berangkat menuju rumah sakit tempat dia dirawat.

"Jika benar dia anak buah bill, aku sama sekali belum pernah melihatnya. Kita tidak memiliki data tentang pemuda ini zo." Andre coba mengingatkanku akan bahaya tugas ini.

"Kita punya kau. Aku juga bisa menjaga diri. Kau belum tahu kemampuanku."

"Kakek pernah menjelaskan kepadaku. Aku hanya belum..."

"Tenang andre. Kita hanya datang menjenguk."

"Aku khawatir ini adalah jebakan."

Kekhawatiran andre ada benarnya. Aku akan lebih waspada.

Saat ini kami berada di dalam salah satu kamar mandi yang ada di Rumah Sakit tempat pemuda itu dirawat. Kami langsung melangkah dengan santai, keluar dari kamar mandi dan mulai mencari letak kamar pemuda itu.

Aku mulai mencari dengan membaca pikiran pegawai rumah sakit di bagian resepsionis. Cukup mudah, ruangan dengan penjagaan paling ketat, itulah ruangannya. Ada belasan polisi yang berjaga, tapi tentu saja bukan halangan bagiku. Dengan kemampuanku, mereka tidak bisa merasakan kehadiran kami. Kami masuk dengan mudah.

Pemuda itu masih terbaring lemah di atas kasurnya. Seorang suster sedang mencatat perkembangannya. Aku coba membaca pikiran suster.

"Dia tidak terluka sama sekali."

"Ya, aku melihatnya. Sangat mencurigakan. Apalagi yang kau dapat?"

"Tak ada bekas benturan apalagi luka bakar. Tapi aku tidak bisa masuk ke dalam pikirannya. Aneh."

Suster itu keluar meninggalkan kami bertiga. Kami tidak bisa apa-apa jika pemuda itu tetap dalam keadaan tidak sadar seperti ini.

"Dia sudah keluar?" Pemuda itu bicara.

Matanya terbuka, memandang langit-langit dengan pandangan datar. Aku dan andre berdiri kaku. Kami tak bisa berkata apa-apa seakan bisu.

"Aku menunggu kalian. Terutama kau." Mata pemuda itu mengarah padaku dengan pandangan yang lemah.

"Kau menungguku?..."

"Ya. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku tidak punya cara lain untuk menemukanmu selain dengan cara seperti ini. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu kan?" Pemuda itu mulai bangkit dan turun dari ranjangnya. Dia berjalan menuju jendela dan memandang ke luar.

"Apakah kami mengenalmu?" Tanya andre yang masih tidak berpindah posisi.

"Kau ada di sana waktu itu. Aku ada di sana. Mungkin kau terlalu cepat pergi, jadi tidak menyadari kehadiranku di sana. Kemampuanmu cukup membuat dia kesal. Dia sangat menginginkan kemampuanmu."

"Kau... Kau anak buah bill?" Andre tiba-tiba berada di sampingnya dan memukul wajah pemuda itu. Aku coba menghentikannya.

"Hentikan andre. Kita ke sini bukan untuk balas dendam. Untuk apa kau ingin bertemu denganku? Apa yang diinginkan bill dariku?" Tanganku masih menahan tangan andre yang masih mencoba untuk memukulnya.

"Aku di sini bukan mewakili bill. Aku keluar dari kelompok bill. Aku..."

Andre lepas dari peganganku dan berhasil memukul pemuda itu. Saat pukulan ketiga dilancarkan oleh andre, tiba-tiba tubuh pemuda itu berubah menjadi merah. Pemuda itu terbakar. Seluruh tubuhnya dibalut oleh api, namun anehnya ia tidak terlihat kesakitan sama sekali. Api itu hanya seperti pakaian yang menempel pada tubuhnya.

Andre langsung menghentikan pukulannya dan mundur menghindari pemuda itu. Tak lama kemudian api yang membakar tubuhnya padam.

"Aku hanya ingin bicara. Tolong." Pakaian pemuda itu sekarang compang-camping karena terbakar. Dia berjalan ke arah sofa lalu duduk. "Silahkan duduk. Zo, kau bisa mengamankan tempat ini kan? Aku tidak ingin tiba-tiba ada yang mengganggu perbincangan ini."

"Tidak perlu, kita pergi saja dari tempat ini ke tempat yang lebih aman." Andre menarikku dan segera menyentuh tubuh pemuda itu. Kami pindah ke pulau yang pernah kukunjungi sebelumnya. "Di sini tidak akan ada yang mengganggu. Pertama, sebutkan dulu namamu."

"Aku Erik dan kemampuanku sudah kalian lihat. Aku direkrut oleh bill karena kemampuanku tidak dapat dia ambil."

"Lantas mengapa kau keluar dari kelompoknya?"

"Dia telah membunuh kedua orang tuaku serta adik perempuanku." Air mata menetes deras dari pipinya. Matanya memperlihatkan kebencian.

Andre yang tadinya terlihat sinis berubah menjadi agak lunak. Dia pasti mengerti bagaimana perasaan pemuda itu.

"Aku melarikan diri. Tentu dengan perjuangan yang tidak mudah. Bill punya banyak anak buah yang loyal terhadapnya. Terutama mereka yang tidak memiliki kemampuan. Mereka menelan ideologi yang bill ajarkan mentah-mentah."

"Apakah yang dia katakan jujur?" Andre memandangku.

"Entahlah, aku tidak bisa membaca pikirannya. Bagaimana bisa kau memblok pikiranmu?"

"Bill membuat serum yang bisa membuatnya kebal dengan kemampuan seperti yang kau miliki. Efeknya tidak permanen. Dia membuat hanya untuk dirinya sendiri. Aku mencuri beberapa..."

"Itu yang menyebabkan kakek terbunuh." Tubuh andre gemetar ketika mendengarnya. "Bagaimana dia bisa tahu kami akan datang ke tempat itu?"

"Itu... Aku tidak tahu. Yang kutahu, bill memang menyadari bahwa kalian sudah mengikuti kami sampai ke Mumbai. Di sana dia memiliki banyak anak buah. Mungkin salah satu anak buahnya mengenali kalian dan menaruh sesuatu tanpa kalian ketahui. Semacam gps. Mungkin."

"Apakah ada anak buah bill yang memiliki kemampuan menghilangkan diri? Seperti yang dimiliki anak buah guru yoga."

Andre dan erik memandangku dengan wajah terkejut. Mereka menyadari bahwa yang kukatakan itu sangat masuk akal.

"Aku tidak tahu. Tapi mungkin ada... Seseorang yang tidak aku kenal."

"Bukankah tuan will memiliki anak buah yang bisa mendeteksi dan merasakan kemampuan orang lain?"
Andre bertanya kepadaku. Matanya masih melotot.

"Ya. Muhyi. Tapi kemampuannya terbatas..... Kecuali.... kita menggunakan kemampuan chycil. Klonnya pasti bisa melihat orang itu. Dia pasti menyadarinya, sama seperti ketika dia menyadari anak buah guru yoga."

Kami hendak kembali ke rumah dan segera menemui chycil dan yang lainnya. Namun andre berpikir tentang nasib erik. Dia tidak mungkin bisa kami bawa ke rumah.

"Kecuali efek serumnya sudah hilang, kau bisa memastikan apakah dia berbohong atau tidak." Ucap andre.

"Kau bahkan bisa membunuhku jika kau mau." Erik duduk pasrah memandangi laut. "Setidaknya aku bisa jauh dari orang kejam itu. Jika kau membunuhku, berjanjilah satu hal."

"Apa?" Jawabku.

Erik berdiri dan mendekatiku. Dia menggenggam tanganku kemudian berkata,"Tolong kau balaskan dendamku. Bunuh bill."

###
1029 kata

Terima kasih lagi-lagi aku ucapkan untuk kalian para pembaca setiaku.

Vote dan komentarnya masih sangat sedikit sekali... Hm....
Jauh tertinggal dengan kawanku yang sudah mencapai 14rb pembaca.

Sedikit iri dengan pencapaiannya.
Tapi tetap kuucapkan banyak-banyak terimakasih untuk kalian semua.

Terimakasih banyaaaaaak

Januari 2017

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang