(38) Virus

70 14 0
                                    

Aku dan moniq dalam perjalanan menuju Depok. Berita yang tersebar masih tidak jelas. Masih samar-samar. Kami masih menunggu kabar dari tuan will atau andrew.

Stasiun Jatinegara lumpuh. Sudah puluhan orang tewas dan terus bertambah akibat virus yang belum diketahui. Lokasinya tidak bisa didekati siapapun. Yang mendekati seketika tewas dengan mengeluarkan darah dari sekujur tubuh. Virus itu menyebar lewat udara. Belum ada keterangan lebih lanjut.

"Ke mana kita jon?" Aku bertanya saat kami masih di dalam perjalanan.

"Salah satu rumah rahasia Tuan."

"Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan informasi yang sangat minim." Sahut moniq.

"Hard Drive!!!"

Aku berteriak di dalam mobil dan membuat yang lain kaget.

"Hard Drive apa?" Tanya moniq.

"Hubungi Andrew. Hard Drive dari kakek masih kusimpan di dalam tas ranselku yang ada di kamar. Tas ransel hitam milikku. Aku lupa memberikannya bahkan lupa membahasnya."

"Astaga. Aku juga lupa. Hard Drive yang kita dapat di Kalimantan ya?" sahut moniq.

Dengan sigap moniq menghubungi andrew dan memintanya untuk mengecek isi hard drive. Sangat mungkin ada data tentang virus itu atau semacamnya. Tapi kenapa kakek tidak mengingatkan aku tentang hal ini sebelumnya? Apakah dia juga lupa? Yah... Mungkin saja.

Setelah beberapa jam berlalu, kami pun sampai di tempat yang kami tuju. Sebuah rumah rahasia. Letaknya di daerah perumahan yang dekat dengan sungai Ciliwung. Warga di sini terlihat cukup panik. Beberapa ada yang sedang berkemas, bersiap-siap untuk pergi entah ke mana.

Rumah ini berbeda dari rumah-rumah tuan will yang lain. Aku tidak tahu kalau tuan will juga memiliki rumah di daerah perumahan. Rumahnya besar, namun dengan halaman yang kecil. Tidak sama dengan rumah tuan will yang selalu dengan halaman yang besar.

"Ini rumah rahasia Tuan. Nanti juga kau akan tahu apa perbedaannya dengan rumah tuan will yang lain." Jono berkata saat kami memasuki pintu gerbang komplek.

Tanpa penjagaan yang berlebihan seperti biasanya. Rumah ini hanya rumah umum yang cukup besar. Rumah dua lantai berwarna abu-abu. Ada beberapa cctv di setiap sudut halaman. Kiri dan kanan rumah ini tidak ada yang menghuni. Tetangga terdekat jaraknya dua rumah setelah rumah ini. Itupun kalau masih ada yang menempati. Kulihat sepertinya penghuninya sudah pergi.

Blok ini sudah sepi, kecuali rumah yang ada di seberang rumah ini. Penghuninya adalah seorang Kakek berumur sekitar 60an, yang masih asik menyirami tanaman di depan rumahnya. Tapi blok lain sepertinya masih ada beberapa yang juga tidak pergi. Kalau dipikir-pikir, mau pergi ke mana mereka? Jatinegara cukup jauh dari sini. Tidak mungkin virus itu sampai di sini.

***

Rumah ini menggunakan kunci sandi. Bahkan pagarnya saja otomatis terbuka saat mobil kami berhenti di depan pagar. Setelah mobil terparkir di garasi, jono turun dan segera membuka pintu rumah. Kami segera masuk dan aku tak tahu harus berbuat apa. Untuk apa aku di sini sementara kenalanku masih di luar sana menghadapi bahaya.

"Bagaimana dengan murid-muridku? Mereka harus kuberi tahu." Ucapku sambil mondar-mandir tidak jelas di ruang tengah.

"Ya. Kau harus menghubungi mereka.  Segera menjauh dari kota-kota besar. Kita hanya bisa menyarankan hal itu. Selebihnya kita tidak bisa berbuat apa-apa." Ucap moniq yang masih sibuk menelepon entah siapa. Aku tidak ingat siapa yang sedang ia hubungi.

Di mana jono?
Aku tidak melihatnya.

"JON?"

Aku mencarinya ke atas namun dia tidak ada di sana. Aku turun kembali dan mengecek kamar di lantai satu. Kubuka satu per satu  pintu. Salah satu pintu kubuka dan ternyata adalah ruangan yang menuju ke bawah tanah.

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang