(9) Telepati

333 33 1
                                    

Membaca pikiran???

Dia???

Memangnya ada hal semacam itu???

Dia mengatakan sesuatu yang mustahil. Tidak mungkin.

"Mungkin sulit untuk diterima. Namun inilah kenyataannya. Aku dan ayahku memiliki kemampuan yang sama. Kami dapat membaca pikiran orang lain. Bukan kemampuan yang tiba-tiba datang dan pergi. Kami pun perlu belajar dan berlatih. Ayahku sendiri bisa membaca pikiran orang dari jarak 100 meter dan sudah bisa memblok jikalau bertemu orang dengan kemampuan yang sama." jelasnya, panjang lebar.

"Maksudmu, kau tidak hanya satu-satunya? Selain kau dan ayahmu. Masih banyak yang lain?"

Untuk apa aku bertanya? Seakan-akan aku percaya akan kata-katanya saja.

INI TIDAK MASUK AKAL.

"Yang seperti kami sangat jarang. Aku sendiri baru bisa membaca pikiran orang dengan jarak belasan meter. Aku juga belum pandai memblok. Tapi... yang sepertimu jauh lebih jarang. Langka."

Dia mengatakan sesuatu yang jauh lebih tidak masuk akal.

"Tidak ada yang masuk akal dalam hal ini. Aku pun awalnya tidak percaya. Bahkan ayahku berpikir, kemampuannya tidak akan menurun kepadaku."

Aku terduduk lemas di kursi kelas. Yang lain masih belum menyadari apa yang sedang terjadi.

"Kau dan adikmu, kemungkinan besar adalah seorang telepati... itu karena nenekmu adalah seorang telepati. Ibumu tidak tahu hal itu."

...

...

...

APA YANG SEBENARNYA DIA KATAKAN???

...

...

...

Seketika dia pergi meninggalkanku.

Aku masih terbujur lemas di kursi ini.

"Aku akan menemuimu lagi setelah ini. Maafkan aku."

Fibi akhirnya menyadari keadaanku.

"Kakak, kau tak apa-apa??? Jangan katakan kalau dia menyatakan cinta kepadamu??? Diam. Iya kan? Diam. Pasti aku benar.... Kakak."

"Kenapa Fi? Perempuan itu menyukai kakakmu? Hehehe, impossible." sahut Uthe.

"Ayo cepat bereskan ruangan ini. Aku banyak tugas kampus nih." ujar Angel dengan sedikit kesal.

"Katakan kau menerimanya. Katakan." Fibi dengan semangat.

"Aku butuh waktu untuk sendiri"

.... Aku berjalan sendirian ...
Sebagian melihatku... Heran...
Terutama adikku

Dia berdiri tegak keheranan

"Aku akan menemuimu di rumah... Setelah semua yang di sini beres kak." tukasnya.

Aku berjalan ke kantin sekolah yang untungnya masih buka.

Aku memesan susu coklat seperti biasa.

Aku habiskan secepatnya.

Kalimat itu masih terngiang.

Telepati

Aku?

Ti...dak...mung...kin!!!

Aku ini sudah gila kah?

"HAH? Apa??? Siapa???" Seseorang di sudut kantin yang dari tadi duduk membaca buku kebingungan...

Aku tidak mungkin seorang telepati.

"Siapa??? Apa???" Dia semakin kebingungan dan akhirnya pergi ketakutan.

Aku meneruskan untuk berjalan pulang.


###

370 KATA

Masih banyak bab yang akan saya tulis
Terima Kasih untuk pembaca

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang