(19) Latihan - bag 3

222 29 0
                                    

Aku menatap batu yang melayang di tengah-tengah ruangan yang suhunya 40° celcius. Keringatku bercucuran, menetes deras. Ruangan ini khusus untuk latihan, warnanya abu-abu, berlantaikan kayu. Batu pualam bertebaran di seluruh sisi ruangan.

Moniq kesal sekali ketika Tuan Will mengajakku berlatih di ruangan ini.

"Kenapa harus di ruangan itu sih Yah? Kan banyak ruangan lain. Kalau di sana, aku mana bisa masuk."

Ruangan ini memang khusus untuk dua orang. Bukan karena tidak cukup, ruangan ini sangat luas, perkiraanku luasnya bisa sampai 400m². Agak aneh karena dari luar, ruangan ini terlihat kecil, bahkan lebih kecil dari kamarku.

***

"Konsentrasi. Lihat Batu itu. bayangkan bentuknya. Lalu pejamkan matamu. Dan bayangkan bentuknya. Kemampuan telepati biasanya berdekatan dengan telekinetik. Artinya kau seharusnya bisa menggerakkan batu itu." Tuan Will mencoba mengarahkan.

Sangat sulit ketika mencoba, tidak semudah bicara. Tapi tekadku kuat. AKU HARUS BISA.

....

....

....

Seluruh ruangan bergetar. Batu-batu perlahan terangkat dan terus terangkat. Rambutku terasa melayang. Ah, tidak, AKU PUN MELAYANG.

Aku agak takut. Kubuka mataku. Tetesan keringatku pun ikut melayang.

Tuan Will tetap tenang dan tersenyum melihatku. Dia juga melayang.

"Tetap konsen Zo. Tenang. Dengan ketenanganlah kau bisa mengontrol kemampuanmu. Ternyata telekinetik mu jauh lebih kuat dibandingkan telepati mu."

Setelah itu, aku coba menurunkan semuanya perlahan. Kepalaku sedikit sakit. Ruangan itu terasa lebih dingin, tidak sepanas tadi.

***

Setelah Lima jam dalam ruangan, akhirnya kami keluar. Moniq menunggu di luar ruangan dengan bimbang. Dia mondar-mandir tidak karuan.

"Bagaimana? Cepat ceritakaaaaaan." tanya Moniq gemas.

"Sekarang kita bisa bicara tanpa ada yang tau."

"KAMU SUDAH BISA MENGGUNAKAN KEMAMPUANMU?" Moniq berteriak kegirangan. "Ini pasti akan seru. SERUUUUU."

"Zo. Kamu harus terus berlatih. Setiap hari. Setelah ini kamu bisa latihan dengan Moniq atau Andrew." kata Tuan Will sangat puas dengan hasil latihanku.

"Aku tidak mau latihan di ruangan itu. PANAS. Ogah." Ucap moniq. "Mandi dulu sana. Keringat kamu bauuuu. Sana cepat."

***

Kulihat Fibi sedang berbicara dengan Chyl. Padahal Fibi biasanya tidak pernah sedekat itu walaupun mereka seangkatan. Moniq berlari ke arah mereka dan ikut berbincang. Senang melihat mereka akur seperti itu.

"Zo, sini cepat. kita main kartu." Ucap Moniq.

Kami main kartu remi. suasana malam itu sejuk, tak begitu dingin. Kami main di ruang tengah. Ruangan ini penuh dengan buku di sekelilingnya, seperti perpustakaan, tapi bukan. Di beberapa sisi ada foto-foto yang terpajang. Disana ada foto Ibu Moniq, Nyonya Arum.

"Itu Nyonya Arum kak. Kau belum bertemu dengannya?" Ucap Fibi sambil terus bermain.

"Aaaaah, Curang! Pasti kamu pakai kemampuanmu kan? Ayo ngaku. Masa, dari tadi menang terus sih." Kata Moniq jengkel.

"Stttttt jangan bicara begitu. Mereka kan belum tau tentang hal ini."

"Bodo amat! Kamu curang!"

"Kakak berhasil? Waaaah... hebat." Ucap Fibi.

"Tapi masih dalam jarak dekat. Masih harus banyak latihan."

Aku lihat Chycil tersenyum, dan Moniq cemberut melihat Chycil.

"Kamu mau makan atau minum apa zo?"

Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan di dalam pikiranku.

"Siapa ini? Siapa?"

"Ibu dari Moniq."

"Bunda. Bawa apa??? Susu coklat kah?"

Nyonya Arum berdiri sambil membawa 4 gelas susu coklat hangat.

###

494 kata

Maaf, bilangnya 2 bagian. akhirnya jadi 3 bagian.

mohon vote dan komentarnya.
terima kasih.

Mathur Suwon. Mathur Suwon.

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang