(7) Miliknya

472 37 0
                                    

Aku memilih berjalan kaki karena suara-suara adikku, Fibi, masih terus menggema di kepalaku. Daripada aku tertabrak di jalan karena sepeda yang kukendarai oleng, lebih baik jalan perlahan.

Sesekali aku berhenti hanya untuk mengumpulkan nyawaku. Perjalanan yang biasanya tak sampai 5 menit, sekarang terasa begitu lama.

"Kakak! Kenapa lama sekali sih? Kami sudah menunggu dari tadi." Salah seorang muridku berdiri di depanku dan memarahiku dengan tangan  di pinggang.

"hhei, kak zo kan baru kali ini terlambat. Santai saja dong." Salah seorang yang lain membelaku. "Kakak tidak apa-apa? Seperti nya sakit ya? Apa kita libur saja hari ini?"

"Itu tidak mungkin. Waktu kita tidak banyak." 

Aku tidak tahu siapa saja yang sedang bicara. Pandanganku seperti kabur. Mereka tak perlu tahu apa yang terjadi karena aku tak ingin Chycil juga ikut tahu.

Ya, chycil teman-teman mereka juga, anak kelas 3. Tahun ini akan segera lulus dan pergi menjauh dariku. Pasti.

Dia ada di sana, di pojok ruangan tempat kami berlatih. Seperti biasanya, sedang membaca, kadang menggambar, kadang mendengarkan lagu dengan headsetnya. Lebih sering menyendiri, bukan berarti tidak punya teman. Kupikir dia memilih untuk seperti itu, mungkin dia sangat menyukai ketenangan. Sebenarnya aku pun begitu, tidak terlalu suka dengan kebisingan, namun tetap lebih suka berbincang dengan manusia. Perbedaan kami sangat besar. Benar kata Fibi, dia tidak akan pernah menyukaiku, setulus apapun perasaanku.

"Hari pementasan sudah di depan mata. Sudah tinggal menghitung hari. Sekarang selasa. Sabtu nanti kalian sudah pentas. Kita harus latihan, seburuk apapun keadaanku." ujarku kepada mereka.

Mereka sudah siap dengan kostum dan properti masing-masing. Biasanya aku datang lebih awal, masih harus menunggu mereka berganti kostum dan pemanasan terlebih dahulu.

"Bisa kita mulai kak? Langsung ke adegan berapa?" tanya vania, asistenku, anak kelas 2.

"Kemarin sudah sampai adegan 5 kak. Mau diulang dari awal atau dilanjutkan?" Sambut tiaragil, salah satu anak yang cukup gila, pemikirannya.

"Lanjutkan dulu, lalu kita ulang dari awal. Jangan sampai ada kesalahan. Anggap kalian sudah pentas. Aku dan Vania serta siapapun yang sedang tidak di atas panggung adalah penontonnya."

***

Latihan berjalan normal seperti biasanya sampai tiba waktu ashar.

"Yak istirahat 20 menit." ucap vania dengan lantang. "Kakak sebenarnya kenapa sih? Beda banget. Tidak seperti biasanya."

"Iya, tidak ada semangatnya. Sakit kak?" Ridha menambahkan.

"KIta pasti latihan kak walau tidak ada kakak. Lebih baik kakak pulang saja. Aku bisa menangani latihan ini." ucap Ara, salah satu senior. "Masih ada Rifqa, Chycil, Poppy, Audrey, Ayya, Riva....."

Dia masih terus berbicara sementara pikiranku melayang entah kemana. Mataku hanya menuju ke satu orang yang dari setadi tenang membaca komik yang dibawanya.

"Aku tidak apa-apa. Tolong kau belikan susu coklat. Aku butuh itu sekarang." Pintaku pada siapapun yang menyahut nantinya.

Untuk pertama kalinya, aku tidak bisa bahagia walau ada dia di dekatku. Ada apa ini.

Tak berapa lama, "Nih kak. masih hangat. lekas kau minum." Cautsa berkata sembari menyodorkan susu coklat kesukaanku.

Setelah itu kami melanjutkan latihan. Proses latihan berjalan lancar. Adegan-adegan sudah mulai terlihat rapih dan kuat. Hanya ada beberapa pemain yang kurang fokus.

"Yohana, Via, Aisy, ayolah. Ini adegan penting. Walau pada adegan ini kalian hanya masuk sebentar, tapi tetap harus serius. Jangan lepas fokus. Peem, volume suaranya ditambah lagi. Ayya, artikulasi nya. NADYA MANDA. TARO HAPE DI TAS!"

Yap, aku sudah kembali normal. Setidaknya bagi mereka.

***

"Tok Tok Tok"

Ketukan pintu terdengar keras. Siapa yang....

"Poppy, tolong bukakan." Ucapku kepada Poppy.

poppy berjalan menuju pintu. beberapa terlihat lelah, beberapa penasaran terhadap tamu tak dikenal itu.

"Palingan Bang Sobar." ucap Ariq, Pj panggung.

"Perempuan. Bang sobar ganti kelamin? Hehehe." ucap Audrey sambil tertawa kecil.

Perempuan...? Tidak mungkin dia.

DIA

BAGAIMANA DIA TAU ...

Dia tak tahu di mana aku mengajar...
Bagaimana bisa?

"Aku tahu banyak hal zo. Maaf aku datang mendadak. Aku bosan di rumah besar tanpa teman. Di sini lebih menyenangkan, banyak teman. Boleh kan aku melihat latihannya?" Moniq bicara dengan santainya.

"Ba.. ba.. bagaimana..." Aku tak sanggup bicara...

"Aku,, tahu,, banyak hal. Jangan terkejut begitu."

"Siapa itu kak? Cantik banget." Bisik Marta. "Seumuran denganku ya?"

"Lebih muda dua tahun.... Mungkin." Jawabku. "Diam, aku mau bertanya kepadanya. Bagaimana kau bisa masuk? Kau bukan siswa sekolah ini. Maaf, jangan tersinggung."

"Tak apa. Memang benar, aku bukan siswa di sekolah ini tapi.... ayahku adalahpemiliknya."

###
691 KATA

Beberapa nama saya ambil dari beberapa orang yang saya kenal.
Tapi hanya nama saja, tidak lebih. Mohon maaf jika ada kata-kata saya yang menyinggung atau tidak berkenan. Semua hal dalam cerita ini tidak benar-benar terjadi.
Terima Kasih yang sudah membaca .

VOTE DAN KOMEN SANGAT DITERIMA.

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang