(23) GladiResik

226 29 0
                                    

Jam 1, semua sudah siap pada posisinya. Kami kembali berdoa, karena Gladiresik juga merupakan proses yang tidak main-main. Gladiresik merupakan cerminan dari pementasan yang sesungguhnya.

Lingkaran yang kami buat kali ini cukup besar, hampir semuanya hadir. Kami saling berpegangan tangan, menundukkan kepala dan berdoa dengan khusyuk. Suasana hening beberapa saat. Lalu kami melakukan tos, seluruh tangan berkumpul di tengah dan

"SEMANGAT!!!"

***

Semua bersiap pada posisinya, aku dan para senior duduk di tempat penonton, di barisan ke 5. Kenapa tidak di barisan pertama? Agar sudut pandangku lebih luas. Di samping kiri ku ada Angel ditemani pacarnya, Naren. Di sebelah kanan ku ada Vania sebagai asistenku, diikuti oleh Anin dan yang lainnya. Kucoba mencari di mana Moniq dan Fibi, tapi tak terlihat.

Angel berdiri dan mengucapkan kalimat pembuka,
"Kita saksikan, pementasan dari Teater Semut, produksi ke 22, dengan judul 'Kontra[diksi]', selamat menyaksikan."

Semuanya berdiri dan memberikan tepuk tangan.

"plok plok plok plok...."

Waktu tepat pukul 1.30 dan Gladiresik dimulai.

Marta berdiri di tengah panggung dengan cahaya yang hanya menerangi dirinya. Asap muncul dari kiri dan kanan panggung, diikuti pemain lain yang masuk dengan cara merangkak.

Pementasan mengalir tanpa ada kendala sedikitpun....

***

Pementasan ditutup dengan berkumpulnya semua pemain di atas panggung, menghadap ke penonton, kemudian Marta berkata "Jika semua orang benar," dan semua ikut berkata "Siapa yang benar?" Lampu padam.

Kami semua berdiri dan bersorak, bertepuk tangan. Wajah mereka semua terlihat bahagia. Angel orang pertama yang menyalamiku, disusul Vania, Anin, Tika dan yang lainnya. Aku meminta lampu untuk dinyalakan kembali, lalu berjalan menuju ke atas panggung. Mereka semua memandangku, seperti ingin menangis, "Baru Gladi, ini baru Gladi. Tapi kalian keren." Pecah sudah tangis mereka. Tiba-tiba seseorang lari menghampiriku dan memelukku. Ternyata itu Chycil.

"Terimakasih atas bimbingannya kak." Alhasil yang lain pun ikut memelukku. Aku pun tak kuasa menahan haru, air mata menetes di pipiku.

Ketika mereka semua melepaskan pelukan mereka, seseorang menepuk pundakku dari belakang. Moniq berdiri dan tersenyum, memberikan tangannya untuk bersalaman.

"Selamat, acaranya besok pasti akan sukses. Kudengar tiket sudah habis terjual. Berapa yang kamu jual?" ucap Moniq tanpa melepaskan tanganku.

"800 tiket. Selamat ya kakakku yang bodoh." Fibi langsung memelukku.

"Kalian tadi nonton dari sebelah mana sih?" tanyaku.

"Kami di sana, penata cahaya." Fibi menunjuk arah Prio yang masih sibuk berbicara dengan zahra.

Lalu Moniq berbisik kepadaku, "Kulihat tadi kamu dipeluk sama Chyl ya? Kalau aku tidak dapat hal yang sama... Aku akan mencekik lehernya sampai mati!"

Aku menatap wajahnya yang kelihatan serius.

"Bercandaaaaa, hehehehe. Tapi aku beneran mau meluk kamu." Dia pun memelukku dan kembali berbisik. "Aku cemburu saat melihat kalian, dan kuharap dia juga cemburu melihat kita."

Semuanya masih saling memberi selamat satu sama lain. Lalu Marta meminta kita berkumpul kembali, membuat lingkaran, duduk sila. Kami memulai pengarahan untuk besok.

***

Sekolah meminjamkan 3 ruang kelas kepada kami, 2 untuk perempuan, 1 untuk laki-laki, karena jumlahnya memang lebih banyak perempuan. Kami menginap guna untuk menyatukan Rasa agar pementasan berjalan jauh lebih baik lagi.

Sekarang masih sore, tapi mereka ku larang untuk keluar. Kami masih berkumpul di Auditorium, membereskan beberapa barang.

"Setelah ini, kita kumpul di ruang C, ruang kelas laki-laki, tapi yang perempuan tas dan perlengkapannya ditaruh dulu di kelas masing-masing, di ruang A dan B." Vania menjelaskan kepada mereka semua saat pengarahan.

Tentunya aku, Fibi dan Moniq tidak membawa banyak barang. Aku coba membantu Chycil.

"Barangmu cukup banyak, boleh aku bantu?"

Dia tersenyum dan mengangguk. Kami berjalan bersama ke ruang A, kubawakan tasnya yang cukup besar. Untunglah Moniq sedang di kantin bersama Fibi.

"Akan kuajak dia ke kantin. Tapi kakak hutang satu kepadaku. Dasar bodoh."

Kami berjalan tanpa mengucapkan apa-apa. Setelah aku menaruh tas Chycil, aku pun pergi. Tiba-tiba dia menarik tanganku dan menyalamiku. "Sekali lagi terimakasih kak." Audrey, Rifqa, Ara, Poppy dan Riva yang dari tadi sudah berada di ruangan itu, melihat kami dan terdiam. Aku tidak berani membaca pikiran mereka. Lalu aku berjalan cepat ke arah kantin.

###

649 kata

Selamat membaca...
Kalau bosan, protes aja di kolom komentar
pissss

terima kasih votenya

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang