Mia menunduk mendengar penuturan suaminya itu. Antara terkejut, senang, bingung dan perasaan lainnya yang mengusik.
"Kenapa?" tanya Kyungsoo melihat perubahan wajah Mia.
"Tidak, hanya saja ini terlalu mendadak," ucap Mia pelan. "Kyungsoo mungkin sekarang kau lelah. Mandilah dulu baru nanti kita bicarakan."
Dengan berat hati karena tak mendapatkan jawaban yang memuaskan dan pasti, Kyungsoo melepaskan pegangannya lalu masuk ke dalam kamar.
"Hhhh~" desah Mia lalu membereskan pekerjaan yang tersisa.
***
Mia menonton TV yang menyala di depannya. Tapi pikirannya jelas melayang entah kemana. Semua orang bisa melihat dari cara pandangannya sekarang.
Tak lama, ia kembali sadar saat Kyungsoo keluar dari kamar dan menatapnya. Mia hanya menunduk, suaminya lalu duduk di samping kanannya.
Hening.
Benar-benar hening. Hanya suara TV yang memecah keheningan itu. Kyungsoo diam-diam mencuri pandang ke arah Mia. Sedangkan yang dipandang hanya mengalihkan perhatiannya pada objek lain. Benar-benar canggung.
Seperti awal kenal saja.
"Jadi apa yang ingin kita bahas?" tanya Mia gugup. Karena setelahnya, ia memaki diri sendiri dalam hati, kenyataannya bahwa dia terlihat bodoh sekarang.
"Perihal anak," jawab Kyungsoo tegas. Mia mengatur napas lalu berusaha untuk setenang mungkin. Ini akan menjadi pembicaraan yang cukup serius, pikirnya.
"Hmm?" tanya Mia memberanikan diri menghadap ke Kyungsoo.
"Apa yang mengganggu pikiranmu itu soal anak?" tanyanya to the point. Mia menunduk, ia meremas piyamanya sendiri untuk menghilangkan perasaan yang terasa campur aduk dalam benaknya.
"Tak apa, aku tidak akan memaksamu untuk memberikan jawabannya sekar-"
"Oh, kau benar. Yang mengganggu pikiranku memang itu. Anak," jawab Mia pelan. "Kita sudah menikah selama kurang lebih 3 tahun. Aku sebenarnya tak masalah kita sampai saat ini hidup berdua. Hanya saja, akhir-akhir ini beberapa orang menyinggungku soal itu."
Kyungsoo mengangguk lalu mengusap pundak Mia pelan. Berusaha untuk menenangkan istrinya itu dan bertanya, "Siapa?"
"Hampir semua orang yang ada di sekitar kita. Kak Lia, ayah, ibu, bahkan kakak iparmu jauh-jauh dari Amerika menelfonku hanya untuk menanyakan itu ..." sambung Mia.
Kyungsoo mencoba menenangkan Mia semampunya. Sudah sejak lama Mia tak mencurahkan isi hati padanya. Ia kasihan juga.
"Maaf, ayah dan ibu mungkin mendesakmu untuk memiliki anak dan aku tidak bisa membantumu untuk menjelaskannya pada mereka berdua," jelas Kyungsoo. "Mereka mendesak karena kedua cucu mereka ada di Amerika."
"Tak apa, aku mengerti dengan perasaan mereka. Kau bayangkan saja sendiri, kita sudah lama menikah tapi tak juga mendapatkan momongan," sanggah Mia sambil tersenyum gentir.
Perlahan Kyungsoo mendekatkan diri pada Mia lalu memeluknya. Mencoba untuk berbagi rasa. Mia menerima pelukan yang terasa hangat itu. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada sang suami.
"Maaf, aku juga terlalu sibuk bekerja dan tak mencoba untuk diskusi denganmu mengenai hal ini," ucapnya meminta maaf.
"Sudahlah, jangan terus menyalahkan diri sendiri," ucap Mia pelan. Kyungsoo hanya tersenyum menanggapinya. "Sekarang kita mulai diskusikan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will you marry me- YES!!!
FanfictionKarena yang manis, bisa terasa walau hanya dengan hal kecil. Bagaimana jadinya jika Kyungsoo menikah dan menjalani rumah tangga di saat masih kuliah? 🌻cover by: Irishlevyona 🌻Februari 2016 - 12 Januari 2017 🌻rank : amnesia, kirain enggak penting...