chapter 34

21 4 0
                                    

"kenapa ini bisa terjadi dok ?"

"Koma yang ia alami selama ini membuat sebagian memorinya hilang , atau mungkin sebelum ia mengalami koma ia pernah ingin melupakan memori nya karna suatu alasan yang menyebabkan otaknya bekerja selama koma menghapusnya perlahan lahan"

Ibu clara hanya bisa menangis sesengukan . Suatu alasan ? jika memang karna suatu alasan , rasanya ia tau apa alasan clara . Ia hanya tak ingin membuat orang orang di sekitarnya mengkhawatirkan clara . Ia tau pasti anak gadis nya itu terlalu baik . Bahkan ia lebih memikirkan perasaan orang lain di banding keadaan nya yang jauh lebih butuh di fikirkan .

"tapi apakah clara bisa sembuh dari amnesianya ? Lalu bagaimana perkembangan penyakit jantung nya ?"

"Amnesia nya mungkin bisa sembuh tapi kalau penyakitnya .. saya belum tau pasti karna selama ini pun saya sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyembuhkan clara , kita berdoa saja yang terbaik untuknya"

*

"Bu ponsel aku mana ?" Tanya clara sambil mencari cari benda pipih itu ke segala sudut ruangan .

Ponsel clara ? Ah entah sejak kapan benda itu tak tersentuh oleh nya . ponsel nya masih tetap setia berada di kamar di rumah clara di bandung . Mungkin saat ini benda itu sudah mati total . Saking lama nya tak ada yang menyadari keberadaan benda itu .

"Ibu ga tau ra , emang buat apa ?"

"Aku mau ngehubungin rio , kebangetan banget dia , masa pacar nya sakit dia ga ada jengukin aku"

Hati ibu clara mencelos . ia memikirkan bagaimana perasaan radit jika ia mendengar apa yang di katakan clara barusan . Pasti sedihh . orang yang selama ini ia tunggu selama koma berharap namanya yang pertama kali ia sebut malah menyebut nama orang lain .

Memang menyakitkan Sepertinya . Karna sekarang , sepersekian detik ibu clara menoleh ke arah pintu , disana ia tengah melihat radit berdiri mematung dengan raut wajah berantakan , lingkaran hitam tercetak jelas di sekitar matanya .

Walaupun radit Sempat tersenyum sebelum ia masuk , tapi ibu clara tau , jauh di dalam hatinya kini tengah hancur . Hancur sehancur hancur nya .

Ia menyalami ibu clara lantas memberikan buah buahan yang ia bawa .

"Ra.." ucap nya pelan . Clara pun menoleh .

"Eh mas nya yang kemarin ngaku ngaku pacar aku ya ?" Ujar clara mengingat kejadian kemarin . Entah mengapa radit hanya bisa menghembuskan nafas berat lalu berkata .

"Aku memang pacar kamu ra , rio itu mantan kamu"

"Mas nya lucu deh . Denger ya mas aku ini tipe cewe setia . aku inget ko aku sayang banget sama rio . Jadi aku ga bakalan mungkin putusin dia , begitupun dia . Apalagi jadiin mantan . Jangan ngarang deh mas"

hati radit benar benar hancur . Apa baru saja clara membentak nya ? Dia tak mengira jika akan sejauh ini perubahan nya .

Clara mulai tak habis fikir dengan lelaki yang sekarang sedang berjalan mendekatinya yang sedang duduk menyila di atas kasur . tiba tiba tangan laki laki itu mengenggam tangan clara tapi buru buru di tepis kasar oleh nya .

Lagi lagi radit hanya menghembuskan nafas berat .

"Segitu gak inget nya ya ra kamu sama aku ? Kamu ga inget dulu kita pernah bahagia?"

"Pernah bahagia ?" Ulang nya sambil mencoba mengingat ngingat apa yang laki laki di hadapanya ini katakan .  Tapi entah mengapa jika ia berusaha mengingat sesuatu malah membuat ia merasakan sakit di kepala . Tangan nya terulur memegangi kepalanya sambil meringis kecil .

"Kamu kenapa ra" ucap radit panik .

Clara hanya menggeleng masih dengan tanganya yang memegangi kepalanya . clara rasa ingatan nya ini benar , bahwa clara hanya milik rio dan lelaki di hadapan nya hanya orang yang clara rasa ingin menghancurkan hubungan mereka .

"mending sekarang mas keluar" ucap clara mulai kesal .

"Tapi ra.."

"Keluar mas . Aku bilang keluar . Apa kurang jelas?"

"Aku cuma mau kamu ing.."

"Mas aku mohon .." clara semakin menguatkan pegangan tangan nya pada kepala . Karna saat ini kepala nya mulai terasa sangat sakit . Keseimbanganya nya duduk dengan tegak mulai goyah dan hampir saja ia terjatuh . Tapi dengan sigap radit menangkap nya . 

"Udah mas aku gapapa . Mending mas keluar aja . Bu tolong bilangin sama dia biar keluar , clara mohon"

Lalu setelah itu radit merasakan pundaknya di pegang . "Sebaiknya kamu pulang dulu dit , besok Kamu bisa temui clara lagi"

Radit hanya bisa mengangguk pasrah .

*

Radit memang keluar dari kamar clara tapi ia tidak pulang . Ia malah duduk di bangku taman rumah sakit dekat pohon yang rindang .

Ia duduk termenung disana sambil menatap kosong pada kolam kecil di hadapan nya sambil sesekali melemparkan batu kerikil kecil yang ia ambil sembarang .

"Kenapa?" Gumam nya pelan . "Kenapa jadi kaya gini ra" matanya mulai berkaca kaca . kini hatinya sudah mulai sesak hingga air mata itu tak kuasa ia tahan . "Aku sayang banget sama kamu ra" gumam nya serak .

Lalu tiba tiba ia merasakan sentuhan lembut pada pundak nya . Ia pun menoleh . Seorang wanita . Wanita itu berdiri membelakangi cahaya hingga hanya siluet nya saja yang terlihat . Radit menyipit kan matanya agar wanita itu terlihat jelas .

"Mas lagi ngapain disini?" Tanya nya .

"Nana?"
iapun duduk di sebelah radit lalu memandang lurus lurus ke arah kolam dan menghembuskan nafas berat .

"Ternyata bukan aku aja yang selalu kesini kalau lagi nenangin diri "

Radit pun menoleh sebentar mengahapus sisa air di matanya lalu mengikuti arah pandangan nana .

"Saya cuman .." ucap radit ragu dengan apa yang akan ia katakan . Masalahnya nana adalah orang yang baru ia kenal .

Seakan tau keraguan radit nana pun berujar "gapapa kalau ga mau cerita . Nana ngerti ko" katanya "oh iyah ko mas manggil aku nana ? Biasanya kalo sama orang yang baru kenal , manggil pake nama asli" ujarnya lagi mencoba mencairkan suasana .

Radit menautkan sebelah alisnya "emang nana bukan nama asli kamu ? Saya kira.." belum sempat radit meneruskan ucapanya , nana sudah menjulurkan tangan nya .

"Kenalin nama aku raina putri"

Radit tertawa kecil sambil menyambut uluran tangan nana . "Raditya arnandika"

lalu mereka tertawa bersama , saling menatap selama beberapa saat . Nana menatap tepat di manik mata radit begitupun sebalik nya . Tangan mereka masih dalam posisi saling mengait , tiba tiba  jantung nana berdetak dua kali lebih cepat dari biasa nya . Nana tak tau kenapa . Untuk sejenak ia membayangkan radit sebagai pangeran yang menjemput nya dengan kuda putih , seperti mimpi nya semalam . Indah sekali .

Tiba tiba deringan sebuah ponsel membuyarkan lamunan nya .

"Ehh sorry" ucap radit melepaskan tangan nana dan refleks menjauh beberapa meter untuk menerima panggilan yang masuk dari ponsel nya . Sementara nana masih terdiam menatap tangan nya yang tadi terasa hangat tetapi kini menjadi dingin dan terasa kosong . Sedetik berikutnya nana tersadar dan mencoba menjauhkan fikiran fikiran aneh dari dalam kepalanya .

"Iya halo bu"

"...."

"Radit masih di rumah sakit ko , ditaman . Kenapa?"

"...."

"apa? Kobisa ? Iyah radit segera kesana" . Radit pun memutuskan panggilan dan segera berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada nana . Dan Nana hanya menatap kepergian radit dengan tatapan bertanya tanya .









***
A/n :

Kayak nya makin gaje aja ini cerita :( maaf kalau chapter ini rada rada alay gimana gitu . Maklumin , masih amatirannn :)

(Sabtu , 21 januari 2017)

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang