chapter 36

14 4 0
                                    

Setelah yakin bahwa ibu nya sudah tertidur dengan nyenyak , Nana pun segera beranjak dari kamar rawat ibunya setelah sebelum nya menyempatkan untuk mengelus pelan serta mengecup sekilas dahi ibu setelah itu menutup pintu kamar rawat ibu dari luar .

Nana menghembuskan nafas berat seraya berjalan menuju kursi panjang di sebelah kamar rawat ibu nya kemudian duduk disana dengan gelisah .

Beberapa jam yang lalu ketika ia sedang membantu ayah nya di toko tiba tiba nana mendapat telpon dari rumah sakit yang memberitahu bahwa kondisi ibu nya kian memburuk setiap hari nya . Hal itu tentu membuat nana sangat cemas tapi ia berusaha tidak menunjukan di hadapan ayah nya . Ayah nya sudah cukup sedih dengan mengetahui bahwa ibu nya divonis gagal ginjal yang mengharuskan istri nya itu di rawat di rumah sakit , nana tak ingin membuat ayah tambah sedih dengan mengetahui bahwa keadaan ibu nya semakin memburuk . Maka dari itu selepas mematikan sambungan telepon , saat ayah nya bertanya siapa si penelpon nana hanya berkata bahwa itu hanya teman nya saja lalu pamit untuk menemuinya .

Keadaan , mengharuskan nana berbohong .

Nana meraih ponsel nya dalam tas selempang yang ia bawa lalu membuka ruang obrolan bersama vina-sahabat karib nya dan mengetikan pesan , memberitahu keaadaan ibunya . Bagaimana pun nana butuh seseorang saat ini .

Nana tidak memiliki banyak teman . Dan hanya vina satu satu nya bisa mengerti dirinya dan nana butuh vina saat ini . Sepertinya .. Atau mungkin ..

remember the day you told me you were leaving
I remember the make up running down your face
And the dreams you left behind you didn't need them..

Suara dering panggilan dari ayah nya membuyarkan lamunan nana .

Duh bagaimana ini ? Nana takut jika ayah nya tau kalau ia berbohong . Dengan satu hembusan nafas , mencoba menetralkan kecemasaan nya nana pun menjawab panggilan .

"Ya , ayah ?"

"Na , dimana ? Ayah mau ke rumah sakit jenguk ibu ? Nana mau ikut ga?"

Nana cemas .
Nana melirik ke arah pintu rawat ibu nya sebentar .

"Emm.. Ituu , i..iya nana ini lagi sama vina bentar lagi juga ke rumah sakit . Kita ketemu di sana aja yah . Ayah gausah nunggu nana" ujar nana gelagapan .

"Yaudah ayah berangkat sekarang"

"Iyah , ayah hati hati"

Sambungan telepon pun terputus . Nana membuang nafas berat dan nana sadar bahwa setelah ini ia harus kembali berbohong pada ayah nya .


*

Rio mendorong kursi roda clara menuju taman rumah sakit . Tangan nya tak henti clara genggam . Senyum tak pernah luntur dari wajah clara . Jujur saja clara sangat bahagia dengan adanya rio di samping nya saat ini , semuanya jadi terasa lengkap . Tapi , seperti nya tidak bagi rio . Sejak beberapa hari kemarin rio datang , clara tak melihat kebahagiaan di wajah rio . Jangan kan bahagia , tersenyum saja clara jarang melihat nya . Memang rio sering tersenyum tapi bukan senyum tulus melainkan senyum terpaksa .

Dan itu membuat clara heran .

"Kamu kenapa sih ?" Tanya clara ketika mereka sudah sampai di taman rumah sakit . Clara sudah terduduk di bangku taman .

Rio yang sedang menaruh kursi roda clara di samping bangku pun menoleh . "Kenapa apanya?" Jelas sebenarnya rio tau apa maksud pertanyaan yang clara lontar kan . Hanya saja .. Ia tidak ingin mebahas nya sekarang . Tidak setelah kemarin rio tau kalau keadaan clara semakin melemah .

"Kamu pasti tau maksud aku kan rio ? Ayolah bilang kamu kenapa ? Kamu gak bahagia ketemu aku ? Atau kamu lagi punya masalah ? Sini cerita sama aku , aku kan pacar kamu"

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang