chapter 7

111 10 0
                                    

Karna aku menyadari bahwa kepercayaan itu tak ternilai harga nya maka aku tak pernah main main memberikan kepercayaan pada seseorang .

***

"Hacchimmm!!!"

ku usap usap hidung ku pelan yang mulai memerah . Rasanya gatal sekali . Ku ambil beberapa tissue dalam kotak persegi yang saat ini berada di pangkuan ku dan mengusapkan nya pelan pada hidung ku .

ku ubah posisi ku yang tadinya berbaring menjadi terduduk dengan bantal di punggungg ku sebagai penyangga . Ku ambil ponsel ku yang ku taruh di atas nakas dan melihat tanggal yang tertera di layar ponsel ku '07 maret 2016' .

"Hampir seminggu ga masuk kerja , pasti berkas berkas di meja ku semakin menumpuk" ujar ku kesal sambil mengunci kembali ponsel ku dan meletakan nya ke tempat nya semula .

"Ini semua gara gara mimpi sialan semalam , aku jadi demam begini ! karna mimpi sialan itu juga aku jadi ga bisa tidur sampe pagi . Arrghhhh ..." erang ku kesal .

tiba tiba perut ku berbunyi . Aku lupa kalo aku belum makan dari semalam . Aku ingin sekali pergi ke dapur mengecek kulkas yang aku sudah tak ingat kapan terakhir kali aku mengisi nya . Eummm .. mungkin minggu lalu . Tapi apa daya , seluruh tubuh ku lemas , kepala ku sangat berat di tambah rasa dingin yang menyerang walaupun aku sudah memakai jaket berlapis lapis yang membuat ku mengurungkan niat ku untuk pergi menuju dapur .

"Tapi .. aku lapar" ucap ku sambil memegangi perut ku yang sejak tadi berbunyi nyaring . Untung di sini hanya ada aku seorang . Jika ada radit pasti dia udah ketawain aku abis abisan terus keluar beli makanan . Ahhh .. aku rindu radit . Tunggu ... tunggu kenapa ga kefikiran yah . Telfon radit aja . Gara gara demam otak ku malah jadi berjalan lambat .

Segera ku sambar ganas ponsel ku di nakas dan menekan beberapa nomor lalu menekan tombol hijau . terdengar nada sambung yang cukup lama .

"Aneh ... radit ko ga ngangkat telfon yah" ku lihat jam di nakas .

"Emm pantesan aja ga di angkat pasti jam segini radit lagi sibuk sibuknya" dengan kesal ku letakan kembali ponsel ku ke tempat nya semula . Ku lirik jam di nakas itu sekali lagi . Jarum panjang menunjukan angka 1 dan jarum pendek menunjukan angka 8 . Jam 1 siang .

Aku terus saja memegangi perut ku yang mulai perih . Lapar sekali . Mau tidak mau dengan sekuat tenaga aku bangkit dari ranjang dan mulai berjalan pelan menuju dapur .

Aku berjalan gontai sambil memegangi tembok . Rasanya kepala ini seperti tertimpa ribuan kilo beban . Berat sekali ! Ditambah rasa dingin yang menusuk tulang yang membuat ku sedikit mengigil saat telapak kaki ku menyentuh ubin ubin lantai .

dengan perlahan ku buka pintu kulkas . Mata ku membelalak hebat saat ku lihat tak ada satu makanan pun yang berada di dalam nya . Hanya ada air putih dan beberapa botol jus jeruk .

"Ayolah lah aku itu lapar bukan haus yang berlebihan akibat dehidrasi seperti sedang berada di padang pasir" dengus ku kesal sambil menutup kembali pintu kulkas .

Sia sia usaha ku menahan sakit kepala dan dingin yang menusuk ini .

Aku pun berjalan gontai kembali menuju kamar dan berbaring kembali di atas ranjang . Ketika aku baru saja duduk di pinggir ranjang , tiba tiba terdengar bel apartement ku berbunyi .

Tett... tettt

Siapa yang bertamu siang siang begini ! Ga tau apa , orang rumah nya lagi sakit ! Lemes buat jalan ? Dengus ku kesal . Siapa coba orang yang bertamu siang siang begini ? Awas aja kalo orang ga penting !

Tetttt... tetttt..

"Iya iya sebentar" aku yang baru saja duduk di tepi ranjang pun kembali berjalan gontai menuju pintu .

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang