Clara merasa ada yang aneh dengan ibu nya . Sejak kemarin clara diam diam sering melihat ibunya melamun sendirian . Seperti sekarang ini , ibu nya yang sedang menyuapi semangkuk bubur padanya malah tiba tiba diam dengan tangan kanan memegang sendok yang terangkat di udara . Ibunya melamun lagi .
"Ibu ?" Ucap clara pelan sambil memegang tangan ibu nya lembut .
Ibu clara bergeming . Sendok yang ibunya pegang segera ia taruh di mangkuk yang sudah di taruh di atas nakas . "Iya kenapa ra ?"
"Ibu kenapa ? Ko dari kemaren clara liat ibu ngelamun terus ?"
Ibu clara tersenyum . " ibu ga apa apa ko ra"
Clara tau ibunya berbohong . Dari dulu clara tau kalau ibu nya itu tidak pandai bohong . Entah ekpresinya , gelagat nya atau apapun bisa membuat clara tau kalau ada yang tidak beres dengan ibu nya dan Kalau sudah seperti ini , clara tau kalau ibu nya sedang punya masalah atau mungkin menyembunyikan sesuatu dari nya .
"Ibu ga usah bohong sama clara . Ibu kenapa ?" Tanya nya dengan penuh selidik . Dan benar saja sedetik berikut nya wajah ibu clara berubah menjadi gelisah .
Tiba tiba ibu clara bangkit dan mengambil mangkuk yang setengah habis itu dari nakas . "Ibu mau keluar sebentar ngasih dulu mangkuk ke suster ya"
Pengalihan pembicaraan .
Jelas clara tau ibu nya menyimpan sesuatu dari nya saat ini . Maka dari itu ketika ibu nya hendak melangkah menjauh , clara segera meraih pergelangan tangan ibu nya .
Clara tak bicara apa apa . Begitupun ibu nya . Tapi clara heran karna sedetik berikut nya clara lihat bahu ibunya bergetar disusul dengan isakan pelan lebih seperti tangis yang di tahan tetapi Walaupun pelan clara masih bisa mendengar nya .
"Ibu.." ucap clara pelan .
"Ibu mau kamu sembuh ra" dengan terisak ibunya berkata . Clara yang mendengar nya tiba tiba tertunduk lesu . Ia sudah duga hal itu yang sejak kemarin mengganggu ibu nya . Clara tak bisa berkata apa apa . Karna ia sendiri pun tau . Kemungkinan ia bisa sembuh itu sangat kecil . Beberapa hari yang lalu secara tak sengaja ia melihat hasil perkembangan penyakit nya yang ia baca dari sebuah map yang di bawa suster . Satu kenyataan yang ketahui semenjak ia sadar koma .
Dan kenyataan yang sangat membuat ia syok adalah bahwa ia mengalami amnesia . Dada nya benar benar sesak saat mengetahui hal itu . Dan hal itu pula yang sebenar nya memengaruhi memburuk nya penyakit clara . Semenjak ia mengetahui hal itu clara bertekad ingin mengingat lagi semua memori nya , yang membuat ia mencoba mengingat terlalu keras .
Sampai akhir nya kemarin clara tumbang . Tepat saat dirinya mengatakan isi hati nya . Permintaan terkahir yang clara harap bisa dikabulkan rio . Orang yang ia sayangi saat ini .
Tanpa sadar setitik air mata jatuh di pipi clara. "clara pasti sembuh ko bu"
Semoga saja ada harapan . Doa clara diam diam dalam hati nya .Ibu hanya mengangguk pelan lantas mengusap air mata di pipi nya .
"Ibu keluar dulu"
Selangkah .. dua langkah .
Ibu nya berbalik . "Ibu menaruh ponsel mu di dalam laci . Kemarin sudah ibu charge" ibu nya tersenyum .
Ibupun keluar membawa mangkuk tadi .
Setelah nya clara diam . Tak melakukan apapun . Mencoba lagi usaha yang sejak kemarin ia lakukan . Anggap clara keras kepala . Tapi .. ia rasa ia melupakan hal sangat berharga untuk nya . Entah apa , tapi ia akan terus berusaha mengingat nya .
Ponsel
Lalu ia ingat tadi ibu nya bilang ia menaruh ponsel nya di dalam laci . Mungkin ada sesuatu di dalamnya yang bisa membuat clara ingat sesuatu .
Ia terbangun dan mencoba meraih pegangan laci . Tapi saat ini tubuh nya benar benar lemas . Ia menggeser sedikit tubuh nya agar semakin dekat dengan laci . Sedikit lagi tangan nya meraih pegangan laci tapi tiba tiba kepala nya terasa sakit hingga clara terpaksa menundukan kepalan nya . Clara meringgis memegangi kepala nya , tapi sedetik berikut nya kening nya berkerut melihat sebuah dus tergeletak di pinggir nakas . Ia merasa pernah melihat , tapi dimana ?
Oh iyah , seingat nya dus itu pernah ia lihat di bawah kasur nya saat ia mengambil novel yang terjatuh . Tapi kok bisa ada disini ?
*
Radit sedang berdiri di depan jendela apartement nya sambil memandang ke luar jendela . Memperhatikan jalanan yang di penuhi mobil mobil sepanjang jalan dari ketinggian apartement menjadi rutinitas nya belakangan ini . Melihat mobil mobil berjalan merayap akibat macet yang sangat panjang menjadi hiburan tersendiri untuk nya .
Berdiri memandang ke luar seperti ini mengingatkan nya pada clara . Malam itu di rumah sakit tepat nya kamar rawat clara , ia berdiri di depan jendela rumah sakit sambil melihat keluar jendela sambil diam diam mendoakan kesembuhan wanita-nya itu , sama persis seperti yang sekarang ia lakukan . Hanya saja bedanya kali ini selain mendoakan kesembuhan nya , ia juga mendoakan kebahagiaan clara juga , bersama rio bukan dengan nya . Oh iyah dan mungkin sekarang clara bukan lagi wanita-nya .
Radit berbalik , berjalan menuju meja dengan figura berdiri manis di atas nya . Radit meraih figura itu , memperhatikan foto didalam nya . Foto nya bersama clara . Menyentuh permukaan kaca tepat di wajah gadis yang sedang tersenyum ke arah kamera dan mengalungkan lengan nya pada radit . Lalu membawa figura itu ke kasur dan memasukan nya ke dalam koper .
Ia siap pergi besok . Meninggalkan indonesia , kakanya , ayah dan ibunya , juga clara . Kata kan radit seorang pengecut yang tak memperjuangkan cinta nya . Tapi saat ini radit benar benar putus asa . Memikirkan senyum itu lagi , radit rasanya tak sanggup . Sampai sampai ia meninggalkan cinta nya begitu saja . Ia hanya butuh waktu menata kembali semua nya . Ia berjanji jika saat nya sudah tiba ia akan kembali . Pada clara-nya . Mungkin saja .
Suara dering dari ponsel membuyarkan lamunan nya . Sebuah panggilan masuk dari bang rama .
"Halo bang"
"Dit kamu jadi berangkat besok?"
Radit diam sesaat "iyah bang"
"Kamu yakin ? Gimana dengan clara ?"
"Bang udah . Clara sudah menemukan kebahagian lain , dan itu bukan radit"
"Tapi dia amnesia , yang berarti clara hanya lupa . Dan abang yakin cepat atau lambat dia pasti bakal inget lagi"
Inget lagi .. gumam nya dalam hati . Mungkin kesempatan itu masih ada . Tapi , sekali lagi ingatanya kembali saat melihat clara memeluk rio dengan binar bahagia melintas begitu saja .
"Abang ga akan ngerti" ga akan pernah ngerti- fikirnya .
"Apa yang ga akan abang ngerti ? Kamu itu adik abang dit . Dan Abang tau kamu itu sangat mencintai clara"
"Ga ada harapan buat radit-"
"Jangan hanya karna clara sekarang inget rio sebagai pacar nya kamu gak punya harapan , kamu nyerah kaya gini . Kamu inget , waktu kamu ngotot sama abang pas bikin burung kertas kamu bilang clara bakal sembuh ? Kamu punya harapan yang besar dit kalau kamu mau berjuang"
"Sampai kapan pun abang ga akan pernah ngerti"
Terdengat helaan nafas berat dari ujung sana "yaudah terserah , abang ga bakal maksa kamu . Abang cuman ga mau kamu menghindari ini . Tapi inget dit , jangan jadi laki laki pengecut"
Sambungan pun terputus , bersamaan dengan kebimbangan yang diam dian merayap pada hati nya .
***
(Jum'at 17 februari 2017)