Dokter kembali memeriksa keaadan clara . Terhitung sudah hampir tiga kali dokter bolak balik ke kamar clara untuk mengecek apakah ia sudah siuman atau belum .
Iya , sudah hampir tiga jam berlalu . Tapi clara belum sadar juga .
Ibu clara yang setia mengenggam tangan di samping ranjang nya terus saja menangis sambil terus merapalkan doa dalam hati nya .
Sementara rio yang berada sedikit jauh dari mereka yaitu dekat pintu terus berusaha menghubungi ponsel radit yang hasilnya tetap sama sejak tiga jam yang lalu .
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi ...
Rio menekan kasar layar ponselnya , memutuskan sambungan seraya mendengus kesal .
"Sebenernya radit kemana sih? Tanya nya pada dirinya sendiri . Mondar mandir rio mengusap wajah nya dengan kasar .
Setelah itu Dokter terlihat keluar kamar disusul dengan ibu clara dan suster yang membawa kantung infus kosong .
"Rio.." suara berat dan parau terdengar , membuat rio yang sedang frustasi menoleh pada sumber suara .
*
Nana mengusap layar ponsel nya pelan saat ia melihat pop up message line dari vina muncul .
Revina zahrani : na lo dimana ? Gue udah di depan cafe nih
Mata nana menelusuri keadaan di luar cafe , mencoba mencari sahabat nya itu . Lalu mata nya berhenti pada satu sosok wanita tinggi yang mengenakan gaun floral berwarna biru muda tanpa lengan . Rambut yang sengaja ia urai , sedikit berterbangan di tiup angin membuat leher jenjang nya terlihat indah . Tak lupa tas slempang kecil yang tali nya menggantung manis di pundak nya serta kacamata hitam santai yang ia pakai semakin membuat gadis itu terlihat semakin cantik .
Nana melambaikan tangan saat mata vina menemukan orang yang ia cari . Vina membalas lambaian tangan nana dengan semangat lantas segera berjalan masuk ke dalam cafe menghampiri nana .
"Sorry nih lama . Tadi nganter dulu mamah ke tempat arisan" ujar vina ketika pantat nya baru saja menyentuh kursi cafe . "Udah lama ?" Lanjut nya
Nana menggeleng pelan " ngga ko vin , gue juga baru nyampe"Vina mengangguk ramah dan pertemuan mereka dimulai dengan memanggil pelayan dan memesan minuman dan makanan masing masing . Setelah itu disusul obrolan obrolan ringan diantara dua sahabat itu . Membicarakan tentang masa lalu mereka yang indah tak pernah bosan mereka bahas .
*
"Kita harus segera mendapat pendonor jantung untuk clara" dokter dengan tegas berkata apa alasan ibu clara di panggil menuju ruangan nya .
Ibu clara hanya diam dengan pandangan kosong ke depan . Air mata nya sudah mengering hanya untuk sekedar menetes . Ia sudah berfirasat buruk saat pertama kali dokter memanggil nya kemari .
"Jantung nya semakin lama semakin lemah dan jika di biarkan lebih lama lagi jantung nya bisa saja tiba tiba berhenti berfungsi"
"Dokter bisa atur jadwal operasi pengambilan jantung saya dalam waktu dekat" ujar ibu clara mantaap dalam satu tarikan nafas . Ia sudah memikirkan ini dengan matang . Ia akan melakukan apapun untuk bisa menyelamat kan anak sulung nya itu termasuk mengorbankan nyawa nya sendiri .
"Apakah ibu sudah yakin ?"
Ibu clara mengangguk lemah .
"Baiklah kalau begitu besok kita akan segera meminta tandatangan clara untuk.."
"Tolong jangan" sergah nya . "Jangan beritahu clara tentang hal ini karna pasti clara akan menolak"
"Baiklah kalau begitu" putus dokter akhirnya "kita akan melakukan operasi pengangkatan jantung tiga hari lagi"
Ibu clara mengangguk pasrah . Ini memang harus dilakukan demi menyelamatkan anak sulung yang di sayangi nya . Fikiran nya benar benar kalut . Ia tidak bisa berfikir apa apa selain keselematan clara . Maka jalan ini yang harus ia lalui . Mengambil jantung nya dan memberikan pada clara .
Tak apa ia harus pergi , yang penting ia bisa melihat clara sembuh dan bisa menjalani hidup seperti sedia kala . Melihat senyum dan ceria clara seperti dulu .
Walaupun mungkin ia hanya bisa melihat clara dari dunia yang berbeda .
Sementara di sisi lain . Clara yang baru saja siuman , meringis pelan ketika ia mencoba untuk terduduk di ranjang nya .
"Jangan bangun dulu ra" sergah rio . Tapi clara tetap bersikeras ingin tetap bangun . Rio pun mengambil bantal dan meletakan nya di belakang punggung clara .
"Aku baik baik aja ko" ujar clara saat melihat raut wajah cemas rio . Kini tangan kanan nya terangkat mengusap pipi rio "kamu ga usah khawatir" clara mencoba tersenyum .
Melihat senyum clara entah kenapa membuat rio juga ikut tersenyum . Rio tau di balik senyum itu clara sebenarnya lemah . Tapi ia tau sifat clara . Dari dulu ia tidak ingin jika orang di sekitar nya mencemaskan dirinya . Entah kenapa ia selalu bisa terlihat kuat .
"Kamu mau makan ?" Tanya rio .
Clara menggeleng "aku cuman mau kamu tetap disini"
Raut wajah rio berubah lesu .
Bukan aku yang harus nya disini ra tapi radit pacar kamu . Dia yang kamu butuh kan bukan aku . -batin nya . Ia ingin sekali mengatakan itu . Tapi entah kenapa setiap kebenaran yang akan ia ucap kan selalu tertahan di ujung lidah .
"Kamu mau kan ?" Melihat rio yang hanya diam saja . Clara pun bertanya kembali .
Rio tetap diam .
Ketika mulut rio terbuka hendak berkata , tiba tiba ponsel nya berdering . Sebuah panggilan masuk ke ponsel rio . Melihat nama si penelpon rio pun segera berjalan menjauh dari clara .
Clara yang melihat tingkah aneh rio hanya menatap nya heran . Pasalnya dari pertama mereka bertemu , jika rio menerima telepon , lelaki itu akan pergi menjauh . Seperti rio tidak ingin clara tau siapa si penelpon itu . Tidak hanya itu , rio kerap kali terlihat asik dengan ponsel nya . Dan saat clara bertanya siapa , laki laki itu malah mengalihkan pembicaraan mereka .
Hal ini cukup membuat rasa penasaran nya muncul .
***
A/n :Radit sengaja diumpetin dulu di part ini . Hihi . Kasian clara nya bentar lagi kena php rio .
Tenang ra , sebentar lagi kamu akan mengetahui semua nya . :) wkwk
Jangan lupa vote dan komen :)
(Sabtu 11 februari 2017 , 10:36)