chapter 4

127 10 0
                                    

Karna berkat doa kalian lah aku bisa sampai di titik ini sekarang , karna berkat doa kalian lah aku bisa menghadapi semua masalah yang datang silih berganti , dan berkat doa kalian juga aku bisa menjadi seorang wanita yang kuat . Terima kasih .. ayah ibu aku menyayangi kalian .

****

"Darimana lo ra ?" Tanya fani ketika aku baru saja duduk di kursi ku .

"Abis ngasihin laporan gue ke bu herlina" fani cuman manggut manggut sebagai tanda ia mengerti .

"Eh ra hari ini kan hari sabtu , gimana kalo besok kita nge-mall terus pulang nya kita nyalon ? Bete gue dimas lagi dinas ke aceh" ajak fani , sebenarnya aku ingin sekali pergi dengan fani itung itung ngerefresh otak karna sudah seminggu berkutat dengan berkas berkas yang bikin otak mumet dan cukup menguras tenaga . Aku juga ingin memanjakan diri di salon bersama fani . tapi besok sepertinya aku tidak bisa karna aku harus check up dan rencana nya aku akan pulang ke bandung , menjenguk orang tua ku .

"Sorry sorry aja ya fan , bukan nya gue ga mau atau apa , tapi besok itu jadwalnya gue check..." sontak saja aku membekam mulut ku sendiri . aku hampir saja membocorkan tentang penyakit ku pada fani . Iya memang aku sengaja tidak memberitahu tentang penyakit ku ini . Jika fani tau pasti nanti dia akan mengasihani ku . Aku tidak ingin di kasihani lagi pula aku tak ingin merepotkan nya jika sewaktu waktu penyakit ku kambuh . Jadi jika penyakit ku mulai kambuh aku akan segera menjauh dari fani . Yang mengetahui penyakit ku hanya keluarga ku saja . Kepala fani tiba tiba menoleh ke arah ku . Matanya seperti mengatakan 'jadwal apa?'

"Ehh maksud gue jadwalnya gue pulang ke bandung"

"oh gitu , yahh gue nge-mall sama siapa dong ?"

Aku menggedik kan bahu pertanda tak tahu . Fani pun memanyunkan bibirnya .

*

"Nah ini obat yang perlu kamu tebus . Untuk saat ini Kamu jangan terlalu  kecapean yah" ucap dokter reza . Dokter spesialis jantung pribadi ku . Ia memberikan sebuah kertas berisi obat obat yang harus ku tebus di apotek . Aku melihat kertas itu lalu beralih menatap nya heran . Kenapa obat obat yang harus ku tebus menjadi semakin banyak ?

"Loh dok ko obat nya jadi nambah lagi ?"

"Bukanya kamu bilang sewaktu kemaren penyakit kamu kambuh lagi sakit nya jadi dua kali lipat dari biasanya ? Dan debaran jantung kamu berdetak lebih cepat ? Nah Itu adalah obat obat pereda rasa sakit dan menstabilkan detak jantung" jelas nya . Memang aku selalu melaporkan segala perkembangan kondisi ku kepada dokter spesialis ku ini . Saat penyakit ku kambuh di rumah radit kemarin memang berbeda rasanya sedikit lebih sakit di tambah jantung yang berdebar kencang .

"Apa penyakitku semakin parah ? Apa aku akan sembuh ?" Aku mulai cemas

"Penyakit jantung di tubuh kamu ini sangat langka ra . Terlebih ini adalah penyakit bawaan lahir . Di dunia ini hanya beberapa persen penderita yang mempunyai penyakit serupa . Semakin hari kondisi jantung kamu akan melemah . Saya tidak bisa memberitahu kamu bisa sembuh atau tidak saya hanya bisa memperlambat berkembang penyakit kamu sampai ada donor jantung untuk kamu" aku tertunduk lesu . Kenapa dari milyaran manusia yang ada di dunia , aku salah satu yang menderita penyakit ini ? apa salah ku tuhan ? Selaput bening di mata ku mulai muncul . Segera ku hapus agar tak tumpah di depan dokter reza . Aku masih punya orang orang yang menyayangiku yang membuat ku bertahan selama ini . Ayah ibu radit dan sahabat sahabat ku

Aku bangkit dari kursi dan tersenyum pada dokter reza sekilas "baiklah kalo begitu . Terima kasih banyak dok . Saya pulang dulu" akupun menjabat tangan dokter reza .

Setelah menebus obat di apotek mobilku dengan cepat melaju menuju bandung . Kota kelahiran ku .

Mobil yang ku kendarai pun mulai masuk ke pekarangan rumah . Segera ku matikan mesin mobil dan berjalan keluar . Ku ketuk pintu perlahan

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang