H-2 a wedding day's
dari jendela kamar rawat clara , radit bisa melihat jalanan kota jakarta yang masih sangat padat meski langit sudah gelap . Dia terdiam termenung memandang ke luar jendela , tubuh nya mungkin menapak di tanah tapi jiwa dan fikiranya berada jauh dari tempat raga nya berada . entah kenapa kenangan kenangan indah tiba tiba berputar di dalam otak nya bagai sebuah proyektor . Jika waktu dapat ia putar kembali , tak akan sedetikpun waktu akan ia sia sia kan saat bersama clara . Setiap sentuhan nya , dekapan nya , bahkan perdebatan kecil yang dulu sering mereka lakukan kini sangat ia rindukan . Tapi apa yang bisa ia buat sekarang ? Jika dulu ketika ia rindu pada clara ia dapat dengan mudah nya menelpon nya atau mengajak nya bertemu dimana saja . Tapi sekarang ? Ia tak bisa melakukan apa apa . Ia hanya bisa berdoa supaya clara cepat sadar dan kembali memeluk nya seperti dulu .
"Kamu belum pulang nak radit" sebuah suara membuyarkan lamunan nya . Radit menoleh .
"Radit ingin menemani clara bu"
"Tapi seharian kamu sudah menemani clara . Pulanglah dit , kamu pasti cape" radit menggeleng .
"Ngga bu , radit ingin menginap disini"
"Tapi.."
"Saya mohon bu"
Tanpa berkata kata lagi ibu clara pun mengangguk lemah seraya berjalan keluar meninggalkan radit bersama clara di sana .
*
Ibu clara berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit yang semakin sepi menuju sebuah ruangan . Saat sudah berada di depan pintu ruangan tersebut ia pun mengetuk pintu nya pelan .
"Silahkan masuk" terdengar jawaban dari dalam lantas ibu clara pun masuk dan duduk di hadapan dokter yang menangani clara .
"Ada apa dokter memanggil saya kemari ?"
"Begini bu ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan ibu , ini soal clara"
"Apa clara baik baik aja dok?" nada kekhawatir sangat terdengar jelas dalam kalimat nya .
"Begini bu tapi sebelum nya ibu harus kuat yah"
mendengar dokter berkata seperti itu , ibu clara tiba tiba tak enak hati . Apa semuanya akan selesai ? Ia harap fikiran bodonya salah .
"cepat katakan dokter ada apa dengan clara" ujar nya . Dokter terlihat mehela nafas sejenak .
"Sepertinya dari hari ke hari kondisi clara semakin memburuk" katanya "bahkan semua cairan obat yang saya suntikan pada cairan infus clara sudah tak di terima lagi oleh jantung clara yang rusak"
Mata ibu clara mulai berkaca kaca . "harapan untuk dia sembuh itu kecil sekali bu""Apakah tidak ada cara lain dok? Saya akan bayar berapapun harga nya" ucap nya lirih . Kini air mata mulai berlomba lomba keluar dari pelupuk matanya . Dada nya benar benar sesak .
"Hanya ada satu cara bu"
Seperti mendapat secercah harapan ibu clara menghapus perlahan pipi nya yang sudah basah .
"bagaimana cara nya dok ?"
"Kita harus mendapat pendonor jantung yang sehat untuk clara"
Tiba tiba waktu seakan berhenti . Mencari pendonor itu sulit ! tak ada satupun orang yang berani di bayar mahal untuk memberikan jantung nya begitu saja . Tidak seperti ginjal , karna manusia memiliki dua ginjal dan seorang pendonor bisa hidup dengan satu ginjal saja kan bila satu ginjal nya di donorkan . Tapi jantung ? Dia dipastikan tidak akan bisa lagi menghirup udara di dunia . mungkin hanya orang putus asa saja yang mau memberikan jantung nya . Tapi keputusasaan itu yang kini menghinggapi ibu clara . Dengan tegar ia berkata .