chapter 35

21 3 0
                                    

Laki laki berkemeja maroon itu turun dari dalam mobilnya menuju sebuah cafe . Ia menggulung lengan kemeja nya sampai di sikut lalu mengedarkan pandangan pada seisi cafe mencari seseorang yang beberapa jam yang lalu menghubungi nya ketika ia masih berada di kantor dan mengatakan ingin membicarakan sesuatu yang penting .

Ia melirik arloji di pergelangan tangan nya sesaat lalu ia melihat seseorang melambaikan tangan padanya . Ia tersenyum sekilas lalu segera menghampiri laki laki yang tadi melambaikan tangan padanya .

*

Sehari sebelum nya ..

Radit segera berlari ke kamar rawat clara setelah ia mematikan sambungan telepon dari ibu clara . Radit panik saat ibu clara mengatakan bahwa anak nya tak sadarkan diri sesaat setelah ia pergi ke taman tadi sambil terus saja memanggil manggil nama rio .

Ketika ia membuka pintu putih di hadapan nya dan masuk ke dalam . Kini panik nya bercampur dengan rasa sakit saat mendengar nama seseorang yang di sebut oleh orang yang paling ia cintai dan jelas bahwa itu bukan namanya .

"Clara kenapa bu" tanya radit ketika ia sudah berada di samping ibu clara yang menatap anak sulung nya tak sadar kan diri dengan linangan air mata yang mengalir di pipi nya . Di sisi lain kasur , dokter sedang memeriksa kodisi clara dan mencoba membuat ia tenang . Radit pun mengikuti arah pandangan nya . Peluh di dahi nya sudah bercucuran , wajah nya pucat dan clara terus saja memanggil satu nama yang ia tahu itu bukan namanya .

Ibu clara beralih memandang radit meraih tangan radit dan menggengam tangan nya lalu meminta sesuatu yang sama sekali tak pernah ia fikirkan sebelum nya .

"Tolong cari rio" ucap nya parau .

Radit masih menatap datar pada laki laki yang saat ini masih tersenyum kecil padanya sejak pertama kali menginjakan kaki nya di cafe , bahkan sampai laki laki itu duduk di hadapannya pun radit masih menatap kosong padanya . Baru setelah laki laki di hadapanya mengulurkan tangan berniat menyalaminya akhir nya ia bergeming .

"Halo dit apa kabar?"

Radit membalas uluran tangan nya .

"Baik" ujar nya singkat. "Oke langsung aja , saya mau minta bantuan kamu rio"

"Bantuan ?"

*

Clara baru saja keluar dari kamar mandi saat ibu nya pamit pulang dulu kerumah untuk memeriksa keadaan ayah dan adik nya disana sekaligus mencari ponselnya yang sejak beberapa hari lalu terus clara tanyakan pada sang ibu .

Begitu ibu menutup pintu kamar rawat nya , ia yang sedang berdiri di ambang pintu kamar mandi pun segera menyeret tiang infus nya dan berjalan gontai menuju ranjang sambil sesekali meringis memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit pusing . Setelah pantat nya menyentuh kasur , clara diam sesaat . Apa yang harus ia lakukan dikala sendirian di kamar rawat seperti ini ? Makan ? Minum obat ? Tidur ? Ia sungguh bosan saat ini .

Clara duduk menyila di atas kasur dan menopang dagu nya dengan kedua tangan . Ada banyak hal yang sempat mengganjal dalam fikiran nya sejak ia pertama kali membuka mata di tempat ini .

Seperti , Apakah yang terjadi sebelum ia sadar ? Atau , sebenarnya ia sakit apa sampai ibu nya bilang bahwa ia baru saja sadar dari koma berbulan bulan ? Kenapa ia tidak ingat sama sekali ? Clara meringis lagi memegangi kepalanya yang kembali berdenyut .

Obat obat yang berserakan di meja , selang infus yang menancap pada lengan nya , Mengapa membuat ia merasa bahwa dirinya .. Sangat lemah ?

Mengingat ini sungguh tidak ada gunanya , malah semakin ia ingin mengingat sesuatu semakin sakit yang ia rasakan . Maka dari itu ia berhenti berusaha dan memilih meraih novel yang tergeletak di meja .

Tangan nya terulur meraih benda persegi panjang yang memiliki cover berwarna biru cerah itu . Tapi entah kenapa tangan nya terpeleset yang malah membuat buku itu terjatuh ke kolong tempat tidur nya .

Clara mendecih .

Ogah ogahan ia merangkak turun dari tempat tidur nya meraih novel yang hanya setengah terlihat , dan setengahnya lagi tenggelam di kolong kasur . Ketika tanganya berhasil meraih buku itu , ujung ekor mata nya tak sengaja melihat sebuah kotak kardus yang sudah lumayan berdebu , mungkin karna diletakan disana .

Penasaran mulai menyelimuti nya saat melihat benda kotak berwarna coklat itu . Tangan nya mulai berusaha meraih kardus yang jauh tenggelam di bawah tempat tidur nya itu . Ketika ujung jemari nya berhasil menyentuh sedikit  permukaan kardus tiba tiba suara ketukan pintu mengurungkan niat nya mengambil kardus . Meredam dalam dalam rasa penasaranya . Berfikir  Mungkin itu hanya baju baju yang dibawa ibu nya .

Oyah ngomong ngomong Siapa itu ? Ibu ? Secepat itu ?

"Masuk" teriak nya .

Ia mulai bangkit dan dan memilih naik kembali ke tempat tidur nya . Suara pintu dibuka terdengar .

"Ibu ko cepet ba- , rio?" ia terlonjak ketika mendapati rio berada di ambang pintu . Senyum cerah terbit di wajah nya ketika Rio mulai mendekat dan sampai di sisi tempat tidur . Lalu Clara diam , masih dengan senyum yang tak kuasa ia tahan , lalu tiba tiba clara bangun dan memeluk nya erat . Sangat erat . Ia memeluk seperti ia tidak akan melepaskan rio lagi .

Tapi rio tidak membalas pelukan nya .

Rio tak tau apa yang dirinya sendiri fikirkan . Terlebih saat mendengar penjelas radit di cafe tadi . Ia memang menyayangi clara . Tapi kini semua nya telah berbeda .

"Aku kangen kamu"

Rio mulai membalas pelukan nya . Tapi tak seerat pelukan clara . Tepat saat clara melepaskan pelukan nya dan hendak menginterogasi rio yang ia fikir kekasih nya itu , raut wajah nya malah berubah saat melihat seorang lelaki yang beberapa hari ini ia anggap menganggu sedang berdiri mematung di ambang pintu .

"Ngapain mas kesini ?" desis sinis clara pada radit . Bahkan kini clara seperti membenci nya . Padahal tanpa clara tau kalau yang membawa rio kesini adalah radit .

"Kamu ga inget sama dia ? Dia itu pa-"

Radit menghentikan ucapan rio lewat tatapan mata nya . Dan mengingat tentang percakapan nya tadi dengan radit di cafe membuat rio bungkam , lesu dan malah berkata .

"Dia temen aku ra"

Setelah nya Clara hanya ber-oh ria tanpa perduli dan kini ia malah mulai menceramahi rio , mencoba tak acuh pada sosok yang masih berdiri di tempat tanpa ia persilahkan masuk sama sekali .

"Kamu kemana aja ? Ko baru nengok sekarang sih ? Aku mau hubungin kamu tapi ponsel aku dirumah terus..."

Setelah nya radit tak mendengar apa apa lagi hanya sebuah keheningan .

Sepi yang ia ciptakan sendiri .

Terlebih karna kini di otak nya terus mengiang sebuah pertanyaan yang ia tujukan lebih kepada dasar terdalam hati nya .

Apakah yang ia lakukan ini benar?








***

A/n :

Cuma mau berterima kasih buat kalian yang masih setia baca cerita abal , gaje , alay , lebay bin menjijikan saya ini . 😊

Terima kasih 😘

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang