CHAPTER 4

1.8K 88 3
                                    

Jakarta di pagi hari.

Aisyah sudah mandi dengan air segar di temani dengan wangi sabun yang menenangkan, tapi wajahnya tidak bersemangat, terlalu malas untuk bergerak.

Ada banyak alasan yang menyebabkan gadis itu tak bersemangat.

Tok tok tok

"Sayang udah selesai belum siap-siapnya? Ari nya udah datang nih!" teriak mommy yang memasuki gendang telinga Aisyah.

"Haa kak Ari kesini mau ngapain!" gumam Aisyah dalam hati.

"Aisyah!" panggil mommy
karna tidak ada jawaban.

"I..iya mom sebentar!"aisyah membalas berteriak.

Selesai bersiap-siap Aisyah menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan.

*****

Mobil Ari dan kendaraan lainnya berhenti di beberapa titik jalan, suara klakson bersahutan.  Ambisi mereka untuk menjadi yang terdepan itu hanya secuil potret kehidupan manusia metropolitan yang hidupnya selalu dikejar waktu.

Mereka mempunyai satu tujuan sama dan berada pada waktu dan jalur yang sama.

Selalu saja seperti ini ibu kota di pagi hari. Padat merayap menguji kesabaran setiap penduduknya.

Tapi karena hal ini sudah menjadi makanan mereka sehari-hari, hal yang dapat dilakukan hanya mencoba untuk menikmatinya. Bertahan pada satu keadaan, dimana fasilitas umum yang telah di sediakan harus difungsikan semaksimal mungkin.

Aisyah hanya memandang pemandangan luar dari dalam mobil karna di dalam mobil hanya ada keheningan dan belum ada yang memulai pembicaraan.

Ari masih fokus menyeti. Dari kejauhan tampak lampu lalu lintas kembali menyala merah.

"Jadi orang Jakarta emang harus sabar, kalo nggak sabar ya jalan kaki aja biar nggak macet!" Ari memecah keheningan.

"Naik sepeda juga kasian sama paru-paru nya kak. Udaranya kotor banget kan. Soalnya kendaraan penuh sesak kaya gini!"

"Kalau yang nggak kuat bakalan bengek deh!" Ari melajukan mobilnya kembali. Aisyah melempar senyum, kembali memandang apa saja di luar sana.

"Syah disana seneng nggak waktu kamu lagi di Singapura?" kembali Ari yang membuka percakapan.

"Seneng kok kak"

"Pasti enak dong di manja terus dari kecil!" komentar Ari sambil sesekali melihat kearah Aisyah.

"Dimanja sih nggak terlalu, lebih tepatnya di sayang, karena kalo di manja kan kesannya anak bakal jadi ketergantungan gitu sama orang tua, kalo disayang artinya lebih luas kak. Sayang nggak selalu soal kita di benarkan dan di ijinkan ngelakuin sesuatu, tapi ada masanya kita di larang dan di beri peringatan, kalo apa yang kita lakuin udah kelewatan. Aku pribadi sih mikirnya gitu kak!" Ari terhenyak.

"Pemikiran lo dewasa juga ya!" u

"Belum cukup dikatakan dewasa sih kak. Cuma semampunya kan aku belajar buat memahami apa itu pendewasaan diri. Dan kasih sayang dari daddy sama mommy jadi bekal aku buat menggapai itu." Ari yang mendengar di sebelahnya malah
senyun-senyum sendiri.

"Duh maaf ya kak, aku malah jadi ceramah."

"Santai aja kali gue seneng kok dengernya.

Di sekolah Ari langsung memakirkan mobilnya. Saat Aisyah ingin berajak keluar dari mobil.
Tiba-tiba Ari memegang tangan Aisyah. Aisyah terkejut dibuatnya.

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang