CHAPTER 27

658 79 3
                                    

Haii everybody🙋 vara balik lagi muehehehe.

Lama ya nunggunya😑 kapan updetnya sih?

Kapan updetnya. Vara juga nunggu kalian😒.

Kalau ditanya vara updetnya kapan sih kok lama banget? cepetan next dong?

Vara bakal updet kalau sudah memenuhi target.

Vara Kalau  belum memenuhi target, berarti lama updetnya dong?

Iya betul. Karna cepat atau lama updetnya karna ada pada kalian sendiri. Vara mah tinggal nunggu  kalian aja. Kalau kalian baca langsung vote dan nggak jadi silent riders pasti updetnya cepet. Tapi kalau kalian jadi silent riders nunggu biar orang lain aja yang vote pasti updetnya bakal lama. Nah maka dari itu vara kan selalu mengingatkan budayakan vote sebelum atau sesudah membaca👌 jadi kalau kalian selalu ingat pesan  vara itu biar bisa cepet updetnya.

Masih mau double updet lagi atau mau triple updet?

Atau

Updet satu kali part satu aja?

Komen ya kalian mau vara updet berapa kali

1. Updet sekali 1part(dengan target 30)

2. Updet sekali 2 part/ double updet (target35)

3. Updet sekali 3part/ triple updet part ( target 40)

Kalian Pilih yang mana? Salah satu yang paling banyak komen yang vara pilih.

Nggak ada yang komen berarti kalian pilih opsi yang pertama.

Nah karna sekarang udah memenuhi target vara langsung double updet aja.
sesuai janji vara kemarin.

JANGAN LUPA VOTE!!!!

Happy reading😊

AISYAH POINT OF VIEW

Aku langsung berlari turun dari mobil. Aku bahkan tidak mempedulikan tatapan dari orang-orang di sekitar. Peduli ku hanya untuk Ari seorang saat ini. Ya Tuhan, Aisyah harus bagaimana? Seluruh perasaan campur ada di dalam hatiku. Aku tidak sanggup membayangkan kekecewaan di wajah kak Ari. Masih teringat bagaimana dia berkata bahwa dia menantikanku saat pertandingan tadi pagi. Aku sudah mematahkan harapannya. Aku bersalah. "Aisyah!!!" sebuah suara meneriakkan namaku. Aku menoleh kekiri dan mendapati Wulan dan Lita berlari kearahku.
"Lo ke mana aja?" Lita tampak bingung. "Ari dimana?  Pertandingannya gimana?" aku tidak memperdulikan apa yang dikatakannya sebelumnya. Warna wajah mereka berdua langsung berubah tidak nyaman. Jantungku semakin berdetak tidak karuan. Apa yang terjadi! "Pertandingannya selesai?" ucap Wulan pelan. "mereka kalah" lanjutnya. Aku merasakan perih karena ada luka yang baru tertoreh begitu dalam di hatiku. Aku seperti langsung bisa membayangkan bagaimana kecewanya kak Ari. Seketika air mata tertumpuk di pelupuk mataku. Wulan lalu menjelaskan secara cepat bahwa Bobby cidera pada saat skor seri. kemudian karena itu, kekuatan di tim berkurang dan kemudian entah bagaimana tim lawan mencetak 2 point dan mengakhiri pertandingan saat itu juga dengan kekalahan tim Ari. "Lapangannya dimana?" aku bertanya tidak sabar. "Disana" Lita menunjuk arah tempatnya datang tadi. Tidak perlu lama berfikir, aku langsung berlari meninggalkan mereka tanpa pamit.  Sekarang hanya Ari yang ini aku temui. Aku memasuki sebuah lapangan indoor yang dikelilingi Tribun tinggi di sekitarnya. Aku menoleh ke sekitar dan mataku menemukan seseorang yang aku ketahui itu adalah pria yang Kapan hari itu menarik Ari pergi dariku di kantin sekolah. Aku langsung berlari menghampirinya. Saat melihatku dia nampak sedikit terkejut. "Kak Ari di mana?" tanyaku tanpa basa basi. Dia tampak linglung tiba-tiba aku beri pertanyaan begitu. Namun kemudian dia menjawab. "di dalam sana" dia menunjuk ke sebuah pintu berdaun double berwarna putih yang ada di sisi kiri pintu masuk. "Makasih" aku langsung beranjak ke arah pintu itu. Dengan rasa kekhawatirannya yang sudah mencapai puncak aku mendorong daun pintu itu hingga terbuka. Aku bisa melihat beberapa orang sedang terduduk di kursi kursi. Itu adalah ruang tunggu tim.  Beberapa pria berkostum basket sekolah kami yang berwarna biru menoleh menatapku terkejut. Mata ku memindai mereka satu persatu dan menemukan kak Ari di sisi kiri ruangan. Aku bisa melihat bahwa awalnya dia sedang menunduk, dan baru mengangkat wajahnya ketika aku masuk ke ruangan ini. Aku masih menatapnya lurus lurus dengan pandangan sedih. kak Ari langsung bangkit dan kemudian berjalan kearahku. "Kak Ari" lirihku pelan setelah dia berdiri dihadapanku. "Jangan di sini" dia kemudian menarik tanganku keluar dari ruangan. Dia menarikku keluar arena lapangan. Aku terus menatap dirinya dari belakang. Apa yang dia rasakan saat ini? Betapa kecewanya dia? Aku tidak ingin dia bersedih. Apa yang bisa aku lakukan untuknya? "Kakak kalah"dia berbalik menghadapku setelah kami berhenti di area samping lapangan yang tampaknya seperti tempat parkir kosong. Aku melemparkan tatapan bersedih kepadanya. Fakta nya aku jadi turut sedih untuk apa yang terjadi. Tanganku terulur untuk menggenggam tangannya. Kak Ari tanpa menunduk menatap genggaman tangan kami dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.
"Maafin Aisyah kak" aku menatap matanya, namun dia tidak membalasnya.
"mungkin aku belum hebat" katanya tampak merutuki diri.
" nggak! kak Ari udah hebat!" aku nyaris berteriak memprotes ucapannya. "Anggota yang lain pasti kecewa"

"Mungkin. Tapi mereka siap menang, dan tentu juga siap kalah" aku mengeratkan genggamanku. Kak Ari tampak diam beberapa saat. "kamu" katanya tiba-tiba memecah keheningan. "Tadi ke mana?" lanjutnya. Seketika ucapkannya menohokku begitu dalam. Rasa bersalah langsung menyelubungi diriku sepenuhnya. "Maaf, Aisyah terlambat. Tapi Aisyah punya alasan buat itu. Kak Ari mau ngerti kan?"  aku maju selangkah lebih dekat kepadanya. Aisyah mohon, maafin Aisyah kak, Ais tau Ais salah. Please kak,  maafin.
"Hari ini aku mau sendiri. Kamu jangan pulang ke rumah dulu" kak Ari melepaskan genggaman tanganku lembut. Dan kemudian dia langsung berbalik pergi meninggalkanku tanpa sedikitpun menatap aku. Aku merasa sangat terpukul. Aku ingin mengejarnya namun ada perasaan untuk tidak melakukan itu. Mungkin karena aku merasa penting memberikan waktu kepadanya untuk sendiri dan memikirkan segalanya. Apalagi setelah kau baru saja melakukan kesalahan kepadanya. Jangan memaksakan diri untuk diterima, karena dia masih butuh waktu meyakinkan diri untuk menerima dirinya sendiri terlebih dahulu. Aku berbalik pergi dengan linangan Air mata dipipi. Hari ini aku seperti mimpi buruk. Aku ingin cepat mengakhirinya.

******

Aku berjalan sangat cepat. Secepat keinginanku untuk melupakan kesedihan yang menimpa. Aku ingin menghilangkan perasaan sendu yang muncul karena Ari. Meskipun aku tau mungkin dia merasa kecewa dengan kekalahannya, ditambah lagi dengan tidak hadirnya aku menontonya. Tentu saja itu pasti menjadi pukulan hebat baginya. Namun, bagaimanpun juga aku hanyalah seorang wanita yang bisa sedih jika diperlakukan seperti itu. Lebih lebih aku juga merasa diriku bersalah disini. Kalian harus mengerti bagaimana kemudian pergolakan perasaanku menghasilkan aliran air mata di pipi. Aku merasa tidak sanggup menahan perasaan itu, dan tubuhku berkata bahwa air mata mungkin bisa menjadi salah satu jalan meluapkannya meski tanpa suara. Kakiku melangkah keluar sekolah. Demi tuhan Air mataku tak bisa berhenti mengalir. Aku menghapusnya dengan punggung tanganku.











BRAK!!!







TBC

DOUBLE UPDET 1/2

JANGAN LUPA VOTE!!!

TARGET 30 VOTE

SALAM 1000 BC 🎈

BY VARA LOVELY👸

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang