CHAPTER 31

1.1K 96 15
                                    

Bonus CHAPTER 31

jadi triple updet ya

Target 40

tinggal nambahin dikit lagi loh wkwkw

JANGAN LUPA KOMEN!

JANGAN LUPA VOTE!

HAPPY READING😊😊😊

"Eh, kalian tau nggak? Azka ini punya fans fanatik anak SMP." Kata Wulan mengejek Azka yang sedang bermain game di ponselnya. Azka yang tidak terima langsung mengangkat kepalanya dan memberikan tatapan garang kepada Wulan. "Dari pada lo sukanya sama berondong" Azka membalas ucapan Wulan dengan fakta. Wulan memang sudah suka dengan salah satu adik kelas kami sejak 2 bulan yang lalu. Aku dan Lita tertawa melihat ekspresi skakmat yang muncul di wajah Wulan. Azka langsung menyunggingkan seringai kemenangan dan kembali fokus kelayar ponselnya.
"jahat banget" gerutu Wulan sambil menyeruput es jeruk di genggamannya. "Tapi fakta kan Lan" aku kembali menggigit biskuitku dengan santai tanpa memperdulikan tatapan kecewa Wulan yang ingin dibela. "Buruan habisin siomay lo Lan 10 menit lagi bell masuk" kata Lita sambil mengecek jam tangannya. Tiba tiba soundsytem menyala otomatis dari server.
'Pengumuman bagi siswa kelas dua belas. Pengumpulan fomulir pendaftaran ke perguruan tinggi terakhir adalah besok. Pengumpulan fomulir diserahkan kepada guru BK di ruanganya. Terimakasih' "Tahun depan itu pengumuman buat kita, kalian mau lanjut kemana?"Tanya Lita sambil menatap kami bergantian. "Masuk TI gue" ujar Azka tanpa keraguan.
"Kalau kalian berdua?" giliran aku dan Wulan yang ditatapnya penasaran. Aku menatap Wulan dengan senyum yang tertahan, begitu pula dengan dirinya. Mungkin apa yang sedang kami pikirkan sama.
"Belum Mikir"kami menjawab Lita secara bersamaan. Gue mau masuk Teknik Nuklir" ucap Lita tiba tiba. Kami bertiga langsut membulatkan mata terkejut bukan main. "Mau nyusul abang gue disana"lanjut Lita dengan senyum yang ditahan.
"Ohhh begitu" kataku mengangguk mengerti. Tentu saja aku faham benar tentang masalah yang Lita hadapi. Orang tua Lita telah wafat sejak dia SMP. Dan sekarang dia tinggal sendiri di rumah bersama beberapa pembantunya. Dan sekarang dia hanya punya abang yang sedang kulian di jurusan Teknik Nuklir di Universitas yang cukup jauh. Dia bilang abanya akan bekerja di luar negri setelah lulus nanti. Mungkin itu alasanya mengapa Lita ingin masuk jurusan yang sama dengan abangnya.
"Gue kira lo mau ternak Godzilla" ujar Azka dengan santainya. Wulan pun memukul bahunya Azka dan mengerutuinya. Aku dan Lita hanya terkekeh pelan melihat hal itu. "Ari mau lanjut kemana?" tanya Lita menatapku penasaran. "Gue belum dikasih tau" jawab ku miris kepada Lita dan dia hanya mengangguk pelan dan kembali mengingatkan Wulan untuk segera menghabiskan siomaynya. Diingatkan tentang kak Ari akupun juga belum tau dia ingin melanjutkan kemana. Suamiku itu tidak pernah mengingatkan masalah ini denganku lagi sejak kemenangan papa 5 bulan yang lalu. Papa menyuruhnya untuk kuliah diluar, tapi kak Ari sepertinya berat sekali untuk pergi. Apa karena aku? Kurasa kami perlu membahas hal ini secepatnya.

*****

Pulangnya aku berjalan menuju parkiran dan menemukan kak Ari yang sudah menungguiku sambil duduk di kap mobilnya. "Lama ya?" Tanyaku dengan senyum kubuat seolah merasa bersalah. "Enggak, baru aja duduk" katanya sambil bangkit dan membukakan pintu mobilnya untukku. Aku tersenyum kepadanya dan beranjak masuk ke dalam mobil. Tiba tiba dari dalam mobil aku melihat seseorang siswa kelas 12 menghampiri kak Ari. Lalu mereka terlibat pembicaraan singkat. Dari ekspresinya kurasa siswa itu sedang mengingatkan kak Ari tentang sesuatu. Kak Ari menganggukkan singkat setelah itu siswa itu pergi dan kak Ari masuk kedalam mobil.
"Siapa?" aku menoleh kearahnya. "Ketua kelas" kata Kak Ari sambil menghidupkan mesin mobil. "Ohh"

"habis ini mampir ditoko buku dulu ya?"dia melajukan mobilnya keluar dari sekolah. "Mau beli apa?" aku bertanya penasaran. "Mau beli map sama materai" ujarnya. "Buat BK ya?" aku tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengungkit hal itu. Kak Ari hanya mengangguk dan kembali fokus kejalanan. Selama beberapa hening pikiranku terus menerus bergejolak tidak tenang. Aku bingung sekali diantara dua pilihan untuk menanyainya atau tidak tentang keputusan sekolah lanjutannya. "Kamu mau ngomong apa ay? Ngomong aja?" kak Ari tiba tiba memecah keheningan diantara kami aku terkesiap dan langsung mengalihkan pandanganku darinya keluar jendela. "Ng..nggak ada apa apa "elakku ragu ragu.

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang