CHAPTER 29

858 85 3
                                    

Hai vara balik lagi.

Chapter 29 ini tambahan part terakhir ya dan part selanjutnya sambungan dari part yang sebelumnya yang pernah vara publish. Di part selanjutnya nanti ada beberapa  part yang vara revisi dan vara ubah sedikit. Sebelelum vara publish ulang.

Makasih buat Rank #873 in romance kemarin.

 Alhamdulillah 1000BC Rank nya bisa meningkat lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alhamdulillah 1000BC Rank nya bisa meningkat lagi. Semoga Rank 1000 BC bisa meningkat lagi ya.  👉Selalu budayakan vote sebelum atau sesudah membaca👈

Hari ini masih double updet

Mau double updet lagi?

Mau next cepet?
Kalau mau next cepet!
Habis  baca atau sebelum baca langsung vote!

Updetnya pasti lama?
Kalau pengen cepet updet. nggak mau nunggu lama lama jangan jadi silent readers. Budayakan vote oke!

Double updet 1/2

Target 35

JANGAN LUPA KOMEN!

JANGAN LUPA VOTE!

HAPPY READING 😊


Ari Point Of View

Semuanya tampak abu abu saat itu,  ketika tim kami menerima kekalahan turnamen basket tersebut. Saat itu aku merasa di jatuhkan dari atas bukit pengharapan. Itu adalah turnamen terakhirku di SMA, jadi pantas jika aku begitu ingin menang. Bahkan aku rela meninggalkan Aisyah selama hampir dua Minggu untuk mempersiapkan pertandingan itu. Semuanya menjadi semakin buruk ketika sampai pertandingan berakhir aku tidak melihat batang hidung Aisyah diantara penonton penonton. Padahal aku sudah berharap dan meminta khusus kepadanya untuk datang sebagai penyemangatku,namun dia tidak menepatinya. Dia baru datang ketika kami sudah berganti baju diruang ganti. Saat itu dia menerobos masuk keruangan. Ketika melihatnya datang, aku tidak tau pasti apa yang aku rasakan saat itu. Ada rasa lega, senang, namun juga banyak rasa kesal dan kecewa. Saat itu aku merasa tidak ingin bertatap muka dengannya. Aku merasa sedikit malu untuk kekalahannku. Aku merasa dia pastilah kehilangan sedikit minatnya kepada pencundang sepertiku. Aku mengerti jika kalian menganggapku kelewatan. Tapi aku mengeluarkan semua harga diriku dan sekolahku di turnamen itu. Dan kami kalah. Jatuh, semuannya jatuh kedasar terendah. Setelah pertandingan itu aku langsung pulang kerumah. Bahkan ponsel aku matikan demi untuk menghindari gangguan. Seluruh anggota tim berkata bahwa ini bukanlah salahku, ini hanyalah ketidakberuntungan semata. Namun, aku adalah kapten mereka. Tentu saja aku yang bertanggung jawab untuk apa yang terjadi. 

******

Saat itu sudah pukul sembilan malam ketika mommy Aisyah menelfon ke telefon rumah. Beliau mengatakan bahwa pak Yud supir keluarga mereka akan mengantarkan koper Aisyah esok pagi pagi sekali sebelum Aisyah sekolah. Aku tentu saja langsung terkejut karena itu berarti Aisyah tidak ada dirumahnya malam itu. Seketika rasa khawatir mencuat keluar dari dasar hatiku. Pergi kemana dia? Aku langsung menelfon Aisyah setelah itu dan ketika dia mengatakan bahwa dia berada di rumah sakit, tanpa pikir panjang aku langsung pergi menjemputnya saat itu juga. Dan ketika aku melihat wajah cantiknya. Perasaanku luluh. Aku langsung saja merasa bersalah. Atas apa yang sudah aku lakukan kepadanya. Kak Ari mu ini memang pantas disalahkan sayang.

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang