CHAPTER 14

1.4K 78 5
                                    

JANGAN LUPA KOMEN!

JANGAN LUPA VOTE!

📖Happy readings📖😘


Aku terbangun, mendengar suara gemerisik yang mengganggu tidur ku, dan menarikku paksa untuk kembali ke dunia nyata. Aku mengintip dari balik bulu mata ku, melihat Aisyah di ujung kamar sedang memasukkan buku buku pelajarannya kedalam tas sekolah. Gadis itu biasanya selalu menyiapkan keperluan sekolahnya saat malam hari, namun mengingat kami pulang cukup larut tadi malam, Aisyah jadi tidak sempat karena buru buru naik keatas ranjang kemudian tidur.

"Pagi kak Ari!" sapanya.

Sepertinya dia menyadari aku sudah terbangun.

"Pagi Ay!" aku bangkit memposisikan diriku bersandar di kepala ranjang, kemudian melirik ke arah jam yang tergantung di dinding kamar, dan menyadari ini masih pagi buta karena saat ini masih pukul 5 pagi.

"Ini masih pagi buta Ay."  Kulihat Aisyah hanya tersenyum kecil dan melangkah mendekat.

Dia duduk disisi ranjang dan memberikan tatapan mempesona nya kepadaku.

"Well, itu bagus" tangan ku terulur mengacak ngacak rambutnya lembut sebagai penghargaan untuk apa yang sudah dilakukannya.

"Mama sama Papa kan nggak ada, jadi Ais udah bikinin susu sama sandwich buat kak Ari" matanya tampak memancarkan semangat ketika mengatakan itu.

Tumben sekali dia serajin ini? Tapi itu tidak apa, karena dia jadi semakin menggemaskan bagiku.

Jika di pikir pikir apa semua ini karena kejadian semalam?

Apa ini karena aku menciumnya?

Ah, benar aku menciumnya di atas atap semalam. Dan itu adalah ciuman pertama kami. Itu cukup mengejutkan bagaimana aku menjadi merasa begitu terancam mendengar tuduhannya bahwa aku pernah berciuman dengan orang lain. Matanya semalam memancarkan rasa kesedihan dan putus asa yang sangat terlihat, dan itu membuatku begitu gusar. Dan kegusaran ku membuatku melakukan sesuatu yang tidak pernah aku duga akan kulakukan malam tadi, yaitu menciumnya. Sempat ada rasa terkejut dan tidak percaya darimana aku memiliki keberanian untuk melakukannya pada waktu itu.

Namun, tidak butuh waktu lama untuk membuatku tersadar bahwa di relung hati yang paling dalam aku memang menantikan momen itu untuk datang. Tidak sedikitpun aku merasa menyesali apa yang sudah kami lakukan, dan kurasa Aisyah pun begitu. Lihat saja bagaimana semangat dan riangnya dia di pagi ini. Jika dia tidak menyukai ciuman itu, maka dia tidak akan bertingkah seperti saat ini.

Bolehkah aku menyimpulkan keadaan?

Aku rasa ciumanku sudah manakhlukan gadis ini sepenuhnya.

"Kak Ari mandi dulu gih, nanti Ais siapin seragamnya!"
dia meraih selimut yang aku pakai lalu melipatnya.

Aku baru menyadari bahwa gadisku ini sepertinya dia sedang mengajakku untuk memainkan peran sebagai suami istri yang sesungguhnya. Aku terkekeh gemas pagi ini.

Dasar istriku ini.

"Kenapa?" tanyanya bingung menatapku.

"kamu lagi main peran istri yang baik?" Tanyaku yang membuat pipinya merona malu.

Dia sepertinya tidak berniat untuk menjawab pertanyaanku, dan itu berarti dugaanku memang benar. Seperti apa orang orang bilang.

'kata iya dari perempuan, ia ungkapkan dengan diam. Diam berarti iya.'

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang