Hai everybody vara balik lagi.
Oke karna udah sampai target vara nextKalau mau cepet next sebelum baca vote!!! Selesai baca komen!!! Langsung vote ya Tinggal tekan bintang ⭐ di pojok bawah kiri. Gampangkan😊
JANGAN LUPA!!!
Cepat lamanya updet itu ada di tangan kalian. Kalau kalian baca langsung vote! terus langsung sampai target hari itu juga. Vara bakal langsung next hari itu juga.Tapi kalau kalian cuman jadi silent readers😒 ya harus siap siap aja nunggu vote dari orang lain yang mau vote. Jangan salahkan vara kalau next nya lama oke. Karna cepat atau lama updetnya ada ditangan kalian sendiri😊 ingat!!!
Oke cusss kecerita😃
Target 40
Jangan lupa komen!!!!
Jangan lupa vote!!!
Langsung vote!!!
Happy reding😊
AISYAH POINT OF VIEW
Hari pertama tanpa kak Ari
"Halo kak Ari" sapaku. "Aisyah" dia menyapa balik.
"Udah bangun kak? Ais lagi ada dikantin sekolah sekarang"ucapku sambil duduk di kursi kantin. "Ini jam berapa Ay?" terdengar suaranya serak. Sepertinya suamiku baru saja bangun tidur. "Ini udah jam 9 kak! baru bangun ya?" aku berseru mendengar suarannya. "Oh ya? Untung kamu telfon Ay. Aku ada acara jam 1 nanti" kak Ari terdengar terkejut. Aku bisa membayangkan dia pasti langsung bangkit dari posisi tidurnya. "Tumben ih kak Ari bangun telat begitu" ada nada cemas disuaraku. "Semalem habis beres beres Ay. Sampe malem sampai jam berapa gitu" aku bisa mendengar suara helaan nafasnya yang masih sedikit berat. Mungkin sisa dari terkejutannya tadi. "Ohh...ospek kapan kak?"tanyaku.
"Minggu depan" jawabnya setelah mengambil jeda untuk berfikir. "Ais nggak suka sekolah kita yang sekarang" aku berucap dengan menggerutu.
"Hah? Kenapa?" tanya kak Ari penasaran. "Nggak ada kak Ari sekolahnya jadi jelek"ucapku sambil mengerucutkan bibir. "Berarti kak Ari ganteng dong Ay?" dia bertanya dengan pedenya. Aku hampir tertawa namun menahannya.
"Ih nggak!" kataku bernada galak, namun yang sebernanya terjadi adalah aku sedang tersenyum. "Hahahaha" kak Ari langsung tertawa mendengar protesku. Aku mengulum bibirku untuk menahan tawa yang hampir keluar juga. Ah Tuhan aku ingin melihat senyumnya. Setelahnya aku melirik sekitar kantin, ternyata tempat ini sudah mulai ramai. Karena itu aku lekas lekas mengakhiri obrolan kami. "Udah dulu ya kak Ari, udah mulai rame" meskipun ada sedikit rasa tidak rela untuk memutus panggilan ini. Sebenarnya aku tidak merasa nyaman jika menelfon ditengah keramaian semacam ini. "Iya Ay" jawab kak Ari dengan suara terdengar berbeda. Nadanya terasa lesu. Aisyah tau apa yang kak Ari rasakan,percayalah kak. "Aisyah sudah kangen" ucapku entah mengapa mendengar suaranya begitu aku jadi tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya. "Nggak cuma kamu Ay. Ka Ari juga sudah kangen kamu. Kak Ari pengen cepet pulang nemuin kamu" ughh rasanya seperti ada seribu kupu-kupu yang berterbangan di perutku. Aku bahagia sekaligus sedih mendengarnya.
"Jadi kapan?" maksudku disini adalah kapan kak Ari akan pulang. "Bulan depan Ay. Sebulan ini jadwal kak Ari padat" rasanya aku bisa menangkap sinyal berat saat dia mengatakannya. "Iya nggak papa kak. Ais musti dewasa kan kata kak Ari" aku berusaha keras menahan air mataku. Aku tidak boleh cengeng seperti dulu.
"Iya sayang""Jangan lupa makan ya kak" dengan berat hati aku menyampaikan kalimat terakhirku. "Iya Ay, kamu juga ya" ujarnya. "Iya" jawabku. Dan kemudian jariku bergerak menekan warna merah di layar ponselku. Dan panggilan terputus.
Minggu pertama tanpa kak Ari
Aku sedang membahas tentang beberapa bimbingan belajar favorit bersama beberapa anak ekstrakurikuler ketika telefonku berdering. Itu adalah panggilan dari kak Ari. Sudah seminggu sejak kepindahannya. Dan setiap hari terasa berat tanpa dia. Rumah terasa sepi dan kosong. Aku merindukannya sampai dadaku terasa perih tiap memikirkan kebersamaan kami dulu. Aku tiba tiba merasa benci berada di kelas tiga saat ini. Orang orang berkata jika inilah resiko jika berhubungan dengan senior sendiri. Ketika mereka pergi, kamu akan tertinggal melewati hari hari terakhirmu di sekolah. Tapi bagaimanapun, manusia tidak pernah bisa memilih akan jatuh hati pada siapa. Tidak pernah aku merasakan tahun ajaran seberat ini sebelumnya. Aku merasa mendapatkan tekanan yang sangat berat. Tidak ada semangat, tidak ada motivasi. Tapi kak Ari selalu menelfonku setiap hari. Dan terkadang dia mengingatkan bahwa aku harus percaya diri. Dia bilang akan menungguku di universitasnya. Ketika dia mengatakan itu aku merasa optimis. Aku mulai merasa ingin mulai serius belajar. Itulah mengapa aku sampai bertanya tempat bimbel terbaik yang ada kepada kawan kawanku. Sebelum mengangkat panggilannya, aku permisi untuk keluar ruangan eskul kepada yang lainnya.
"Halo, kak Ari" aku menyapanya pelan. Sengaja agar anak anak didalam tidak bisa mendengarnya. "Kamu dimana Ay?" kak Ari bertanya seperti ini mungkin karena mendengar suara anak bermain voli dilapangan samping ruang eskulku saat ini. "Di sekolah kak""Jam segini?" dia terdengar heran. "Ada eskul kak. Kenapa?" tanyaku. "Jangan lupa minta jemput pak Yud ya Ay" Katanya memerintahku. "Iya kak"
"Yaudah hati hati,Aisyah" dia tiba tiba mengakhiri obrolan kami. Mataku membulat terkejut. Secepat ini?
"Loh, kak mau kemana?" aku bertanya dengan spontan.
"mau beli makanan sayang" jawabnya. Kata sayang itu membuatku sedikit rileks. "Ohh...hati hati kak" kataku mengalah. Seharusnya aku cukup senang karena kak Ari masih meluangkan waktu sibuknya untuk menelfonku bukan? "Nanti aku telfon lagi ya Ay" ujarnya disebrang sana.
"Iya kak" dan kemudian panggilan terputus di sisi sana. Aku menatap layar ponselku dan berusaha membuat tidak ada perasaan negatif yang muncul dihatiku. Tenang saja Aisyah. Semuanya masih sama seperti dulu. Dia tidak berubah pikirku saat itu.Bulan pertama tanpa kak Ari
Ingatkah saat aku berusaha menanamkan pikiran pada diriku sendiri bahwa semuanya selalu sama dan tidak akan ada yang berubah? Kurasa itu tidak berhasil. Aku tidak tau apa yang aku rasakan saat ini memanglah sesuatu yang sedang terjadi atau bagaimana, tapi aku mulai merasakan perbedaan yang mulai muncul. Contohnya Minggu lalu. Kurang lebih tiga Minggu setelah kepergian kak Ari. Dia tidak menelfonku sama sekali. Selama tiga hari penuh. Aku sudah berusaha menghubunginya, namun nomornya tidak aktif. Aku bahkan sudah mencoba menanyakan keberadaannya kepada kak Aldo. Namun, kak Aldo bilang dia tidak bisa menghubungi kak Ariku juga. Saat itu aku khawatir. Bahkan disekolah aku terus menerus gelisah memikirkannya. Sampai Wulan dan Lita mendapat imbas dari mood ku yang hancur selama tiga hari itu. Di hari ketiga pada malam harinya kak Ari menelfonku. Itu sudah pukul sebelas malam kalau tidak salah. Ketika itu dia meminta maaf sudah membuatku khawatir. Aku tidak bisa menahan air mataku yang lansung tumpah saat dia berkata "maaf sayang kamu pasti khawatir" saat itu.
Rasanya sangat bahagia ketika bisa mendengar suaranya lagi. Semua umpatan yang ingin aku keluarkan tiba tiba menguap dan menghilang entah kemana. kak Ari kemudian menjelaskan secara garis besarnya bahwa dia harus mengumpulkan ponselnya tanpa pemberitahuan sebelumnya saat pengukuhan anggota unit kegiatan mahasiswa baru. Walau aku tidak mengerti apa itu unit kegiatan mahasiswa, namun aku lega bahwa dia baik baik saja selama tiga hari itu. Meskipun jujur saja, aku sedikit kecewa mengetahui kenapa dia tidak berusaha mencari jalan keluar agar setidaknya memberikan satu sms pemberitahuan kepadaku. Ketika memikirkan itu aku menyadari bahwa dia sudah berbeda. Dulu, ketika dia masih sekolah, dia akan melakukan apapun agar dapat selalu mengabariku. Ingatkan kalian ketika dia harus mengumpulkan ponselnya saat latihan basket? Aku masih ingat betul saat itu kak Aldo memberitahuku bahwa kak Ari berusaha keras mencetak point yang banyak agar dapat menggunakan ponselnya untuk menghubungiku. Kenapa sekarang aku merasa kau berbeda, kak? Tapi bukan cuma itu masalahnya. Kurasa tidak hanya kak Ari yamg mulai berbeda. Aku merasa diriku sendiripun juga berbeda. Aku marah pada diriku sendiri. Mengapa aku tidak bisa mengatakan keluh kesahku kepada dia? Dulu aku selalu menyampaikan apapun yang selalu aku rasakan dengan mudah. Tapi sekarang hanya untuk menanyakan kenapa dia sangat sibuk saja aku tidak sanggup. Ketika aku sudah siap untuk menanyakannya, rasanya semua kata kata yang aku siapkan terasa tercekat di tenggorokan. Beberapa terakhir ini aku terus memikirkan kenapa aku tidak bisa mengatannya? Aku merasa menyesal. Karena sebelumnya sebelum kak Ari pergi, dia sempat mengatakan padaku bahwa kunci dari hubungan dengan sebuah jarak didalamnya adalah dengan keterbukaan. Aku menyesal kenapa aku tidak sanggup terbuka tentang apa yang aku rasakan saat kami sedang mengobrol di telefon tadi. Ini sudah satu bulan. Dan jika dia menepati janjinya maka dia harus pulang kerumah besok. Aku tidak tahu akan ada perbedaan atau tidak jika menghadapinya secara langsung. Namun aku akan berusaha menanyakan pertanyaan dan mengeluarkan semua perasaan yang aku simpan selama ini.Doakan aku ya agar aku sanggup.
TBC
Kalau mau cepet next sebelum baca vote!!! Selesai baca komen!!!
JANGAN LUPA!!!
Cepat lamanya updet itu ada di tangan kalian. Kalau kalian baca langsung vote! terus langsung sampai target hari itu juga. Vara bakal langsung next hari itu juga.Target 40
Jangan lupa komen!!!!
Jangan lupa vote!!!
Langsung vote YA!!!
SALAM 1000BC🎈
BY VARA LOVELY👸
PAY PAY PAY🙋🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 BALON CINTA
Romance(Aisyah Farah Moela Dirgantara dan Ari Maximiliam Alexander) Highest Rank #519 in romance 02.01.2018