CHAPTER 24

856 88 2
                                    

Untuk chapter 24 ini aku targetin 30 vote

karna UNTUK CHAPTER 25 DAN 26 AKAN AKAN VARA UPDET SECARA DOUBLE. JADI SETELAH CHAPTER 24 INI MEMENUHI TARGET. VARA LANGSUNG DOUBLE UPDET HARI ITU JUGA.

MASIH MAU NEXT??? KOMEN YA!

JANGAN LUPA VOTE ℹℹℹ

INGAT

ARI POINT OF VIEW

 Latihan untuk turnamen basket ini menyita semua waktuku. Bahkan hanya untuk bertemu Aisyah saja sangat sulit. Kami hanya bertemu saat pagi hari saja, saat sarapan dan perjalanan menuju sekolah.
Awalnya semua baik-baik saja namun entah kenapa
akhir-akhir ini pembicaraan yang tercipta hanya menyangkut hal-hal kecil dan tidak penting. Seperti pagi tadi, ketika aku pergi sekolah bersamanya, kami hanya berdialog kecil tentang  jarangnya Papa dan Mama di rumah. Aku merasa sedikit khawatir dengan situasi ini. Namun aku hanya bisa berharap bahwa kekhawatiranku tidaklah beralasan. Ada keyakinan didalam hatiku bahwa Aisyah benar-benar mengerti tentang pentingnya turnamen ini bagiku. Kuharap dia bisa bersikap dewasa tentang situasi sulit yang menerpa kami. Masih teringat dikenangan ketika di hari kedua latihan intensifku yang membuatku pulang sampai larut malam. Di rumah dia menungguku hanya untuk mengungkapkan rasa rindunya yang tidak bisa melewati hari bersamaku. Aku bisa merasakan bahwa di hari itu aku melihat seorang Aisyah yang polos bisa berubah menjadi Aisyah yang berbeda hanya karena sebuah rasa rindu. Disitulah aku menyimpulkan bahwa rindu bisa mempengaruhi gadis itu begitu besar. Jujur ingin aku tanyakan apa yang dia rasakan atas ketidak hadiranku disisinya lebih dari seminggu ini. Aku ingin tahu apa isi hatinya. karena seperti yang kubilang sebelumnya aku khawatir.

*****

"Ngelamun mulu lo" Aldo menepuk bahuku dari belakang. Aku tengah terduduk di tribun lapangan basket karena ini adalah waktu istirahat bagi kami. 

"Gue butuh hubungin Aisyah"  kumenatap jam tangan yang ada di genggamanku ini sudah pukul 18.00 malam aku merasa sedih jika dia harus makan malam sendiri, mengingat kedua orang tuaku sedang ada urusan keluar kota.

"Kenapa lo nggak coba izin ke pak John?" kali ini Kenzo memberi saran, namun aku hanya bisa menggeleng tidak setuju. Pak John memberi peraturan tegas bahwa tidak ada ponsel saat latihan, itu adalah peraturan pentingnya. Semua ponsel anggota tim akan dikumpulkan dalam sebuah kotak dan kunci kotak itu ada di dalam kuasa pak John sendiri. Dia tidak pernah melonggarkan peraturannya bahkan untukku selaku ketua tim. Dia baru akan melonggarkannya ketika ada kepentingan mendesak bagi anggota tim.

"Lo yakin bener bener butuh ponsel?" tanya Aldo.

"Kenapa?" tanyaku bersemangat.

"Lo punya cadangan?" tanyaku.

"Ehehehe nggak lah" kata Aldo cengengesan, membuatku ingin menggunakan kepalanya sebagai pengganti bola basket.

"Bangke" gerutuku.

"Maksud gue, lo kan jenius tuh, jadi apa nggak ada ide buat dapetin ponsel lo yang ada di pak John gitu?"Kata Aldo sambil mengangkat alisnya sok cerdik.

"Ide apaan?" tanyaku.

"Apa aja. pura-pura anjing lo mati atau gimana gitu" Aldo mengedikkan bahu.

"Gue ngga punya anjing. Kalau temen kaya anjing ada,satu" Aku sengaja menyindirnya sekedar candaan.

"Sekarang lo yang bangke kan. Bodo lah gue ngambek" Aldo langsung bangkit dan turun dari tribun ke lapangan dengan gaya kekanak-kanakan. Dia berbalik  berjalan pergi setelah sebelumnya mendengus seolah-seolah merajuk. Dasar Bocah gila.
 Dan tiba-tiba saja dia berbalik dan mendongak menatap ku dari bawah.

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang