CHAPTER 33

978 103 14
                                    

Ini part terakhir yang kemarin vara unpublish part berikutnya part baru. Jadi jangan lupa terus vote ya!

Target 60

Mau cepet next?

Langsung vote!!!

Jangan lupa komen!

Jangan lupa vote!

😊HAPPY READING😊

Aisyah Point Of View

"gue pergi dulu ya" pamitku kepada ketiga kawanku.
"mau kemana?" Lita bertanya tertarik. "kencan? Wulan juga bertanya dengan nada menggoda. "iya kencan terakhir di sekolah, udah ah bye semua" aku melemparkan senyum singkat untuk kemudian beranjak pergi. Setelah sampai di kantin kulihat kak Ari tengah duduk sendiri menungguku di salah satu meja. Aku menghampirinya dan langsung duduk dihadapannya.
"hai"  sapaku ceria.
"Hai"dia balas tersenyum, sangat tampan sungguh. "Jadi kita mau ngapain?" aku bertanya antusias.
"bobol brankas kantin?" alisnya terangkat setengah dan tatapannya tampak geli, aku tertawa melihatnya.
"mana punya brankas kantin doang mah, ayo!" tidak menunggu lama kak Ari langsung bangkit menarikku pergi. "Mau kemana kak Ari?" aku mengikutinya dengan susah payah dia berjalan sangat cepat. Nyatanya dia membawaku ke atas atap sekolah berupa tempat kosong yang menghamparkan pemandangan di sekitar sekolah. "ini sekolah kita" katanya sambil menatap ke area sekolah dari atas sini. Aku berdiri disampingnya dan ikut menatap apa yang sedang ditatapnya. "sekolah kamu dan bekas sekolah kak Ari setelah ini" suaranya menggambarkan sedikit ketidakrelaan untuk pergi. Aku menoleh menatapnya. "Iya" kataku lagi dengan lebih pelan.
"kamu tahu apa yang bikin kak Ari nyesel selama sekolah di sini?" kak Ari menghadapku, aku melemparkan tatapan bertanya-tanya kepadanya.
"kak Ari nyesel waktu kita bersama terlalu singkat di sekolah ini. andai bisa diulang. Kak Ari nggak akan jadi pengecut yang nggak bisa memberanikan diri deketin kamu" tangannya bergerak menyelipkan anak rambutku yang tertiup angin ke belakang telingaku. "Tapi akhirnya kak Ari beranikan" sedikit silau karena sinar mentari aku menatap lurus kepadanya berusaha untuk meninggikan hatinya. "Tapi telat"

"Gak ada kata terlambat untuk cinta Kak Ari! kesempatan itu ada kapan saja, dimana saja, dan untuk siapa saja!" aku mengulurkan tangan ku untuk menggenggam tangannya. kurasa dia sedang merasa berat meninggalkan ku.
"Kak Ari tahu? setelah ini nggak akan ada yang sama lagi di sini. Tanpa kak Ari semuanya akan beda untuk Aisyah. tapi Aisyah berusaha untuk nggak sedih untuk nggak larut meratapi sebuah kehilangan karena merasa cukup dengan semuanya di sini" perkataanku ini membuat kak Ari menatapku dengan tatapan yang tidak dapat kumengerti namun penuh dengan hal yang membuat hatiku senang. "Selamanya cinta dan kenangan Kak Ari di sini. selama itu  juga hari-hari Ais tetap akan mudah untuk Ais jalani" lanjutku. Sejujurnya pasti ada hal yang tidak menyenangkan dari perpisahan. Apapun bentuk perpisahan itu. Tapi kali ini biarkan aku untuk menyimpannya untuk diriku sendiri.  Semua ini agar kak Ari dapat dengan tenang melanjutkan pendidikannya tanpa aku disisinya. Selama kak Ari masih milik Ais. Selama itu juga Ais akan kuat untuk melakukan apapun demi hubungan ini. Dan inilah saatnya menerima kenyataan bahwa mulai besok sekolah sudah tidak akan sama lagi untukku.

Ari Point Of View

Masa putih abu-abu ku telah resmi berakhir. Tidak akan ada lagi senyum ceria Aisyah di kantin sekolah. Tidak ada lagi rutinitas sarapan bersama, dan kemudian berangkat sekolah bersama dengannya. Dan tidak akan ada lagi perasaan menggebu-gebu saat tanpa sengaja berpapasan. Bagaimanapun sekolah adalah tempat bersejarah bagi kisah kami berdua.

*****

Aku sudah menciumi tangannya dahinya,hidungnya, pipinya. Namun gadis ini belum ada niatan untuk bangun dari tidurnya sama sekali. Dia terlalu dalam memasuki alam mimpi kurasa. "Ay" panggilku sayang sembari membelai pipinya lembut. "Bangun sayang matahari sudah pamer cahayanya diluar sana" Dia hanya mengerang pelan. "Bangun Aisyah" ujarku lembut sekali lagi, dan kali ini berhasil, karena matanya mengerjab dengan malas. "Kak Ari" dia menyapa dengan mata masih tidak terbuka sempurna.
"Iya ini kak Ari Ay. Kenapa?" aku menyingkirkan helaian rambut yang jatuh diwajah cantiknya perlahan. "Kak ariiiiiiii" rengeknya tiba-tiba. Aku sedikit bingung dengan reaksinya. Lalu tiba-tiba Aisyah merenggangkan kedua tangannya dan menarikku kedalam pelukannya.
"Kenapa Ay?" Tanyaku sekali Lagi dengan dilimpungi kebingungan didalam pelukannya. Namun, tentu saja ada rasa senang didalam sini. "Jangan jauh jauh dari Aisyah kak. Aisyah nggak sanggup jauh jauh sama kak Ari. Please kak Ari" suaranya serak selayaknya orang menahan tangis. Jantungku seketika berdebar mendengar apa yang diucapkannya itu. Perasaan yang ingin kusimpan terungkap keluar akhirnya. Perasaanku  yang enggan untuk berpisah darinya. Tanganku terulur untuk mengelus belakang kepalannya. "Bodoh kalau aku mau ninggalin kamu Ay. Kamu itu segalannya buat kak Ari. Kamu itu sudah seperti oksigen khusus buat kak Ari. Kamu jauh lebih berarti dari apa yang kamu pikir Ay" Aisyah langsung melepas pelukannya dan menatap mataku. Memberiku pemandangan yang jelas genangan yang ada dipelupuk matanya. "Jangan nangis, please Ay. Jangaan nangis didepanku. Itu bikin aku ngerasa bersalah karena sudah bikin ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna ini nangis" aku merubah posisi tidurku menjadi duduk. Diikuti Aisyah sesudahnya. Dia mengangkat tangannya dan menggosok matanya pelan lalu tersenyum simpul menatapku. "Air matanya keluar sendiri nggak Ais suruh,kak Ari" dengan sedikit terkekeh dia berkata.  Aku yang mendengar lelucon kecilnya pun ikut terkekeh bersamanya. Ah Tuhan, lihat senyumnya itu. Senyum sendu namun penuh pesona itu. Seperti candu bagiku. Tanganku bergerak meraihnya dan menariknya kedalam pelukanku.. Gadis ini dengan nyaman menyandarkan kepalanya didadaku meringsek disana seperti anak kucing yang mencari kehangatan. Tangannya melingkar mesra  dibelakang perutku. Membuatku merasa bahwa tidak ada apapun di dunia ini yang mampu memisahkan aku dan Aisyah untuk sekarang. "Kak Ari cinta kamu. Jangan lepas. Cukup aku yang bisa memiliki kamu seperti ini Ay. Cukup Kak Ari" bisikku di sisi telinganya. Aisyah langsung mengangguk yakin di dalam pelukannku. "Aisyah juga cinta kak Ari. Nggak bakal dilepas. Aisyah dan kak Ari bakal gini terus selamanya" jawabnya.

"Selamanya?"

"Iya"

"Hari sudah terang waktunya kamu mandi Ay. Sebenarnya kak Ari nggak mau nolak, tapi kamu bilang selamanya begini, jadi...ayo mandi bareng Ay" aku memilih bersifat sedikit nakal untuk menggodanya dan demi melihat tawanya. Dan benar saja dia mengankat kepalanya dan menatapku dengan alis menyatu. Kemudian tertawa bahagia. "Ayo" jawabnya yang membuatku melongo.
" tapi di mimpi aja hahahaha" Aisyah tertawa dan kembali memelukku erat. Oh Tuhan jadikan aku dan dia abadi dalam kisah cinta kami. Karena tanpa dia aku seperti kehilangan memori. Tanpa tempat untuk menyimpan apapun.

*****

"kak Ari ini Minggu loh" Aisyah yang baru saja selesai mandi menghampiriku di garasi. Aku sedang mengelap motorku pagi ini. Aku mengangkat wajahku dan menatap kepadanya.
"Iya ini hari Minggu. Memangnya ada apa Ay?"

"Ini hari libur?"

"iya ini hari libur Aisyah. Terus kenapa?" Aisyah mendengus dan lalu ikut berjongkok disampingku. Diraihnya kanebo yang sedang aku genggam dan lalu mengelap motorku pelan. "Kak Ari nggak mau ngajak Aisyah kemana gitu?" dia berucap ragu tanpa menatap mataku. Oh jadi begitu. Ku kira mau bilang apa. Sepertinya kepekaanku berkurang pagi ini. Lucu sekali melihat dia terpaksa mengutarakan keinginanya seperti itu. "Habis ini aku mesti pergi ke perkumpulan mahasiswa di Universitas" dengan berat hati aku mengatakannya. Aisyah menoleh dan menjawab
" gitu ya hmm ya gimana lagi. Lain kali aja gak papa" dia tersenyum simpul. Aku mengacak ngacak rambutnya, dan lantas merebut kanebo yang dipengangnya.
"Makasih Ay. Siniin ya kanebonya. Masa baru kelar mandi udah pegang lap begini" kataku dia hanya terkekeh kecil menyikapi perkataanku. "Ngapain kumpul begitu kak Ari?" tanyanya tiba-tiba.
"Disana itu nanti bakal ada mahasiswa mahasiswa universitas itu yang asalnya dari kota ini. Dan mereka bakal bantuin Para calon MAMA (mahasiswa-mahasiswa) yang mau masuk sana juga dari kota ini"

"Ohh"

"Mau iku?"

"Haah?"

"Mau?"

"Nggak"

Dia menggeleng cepat.
"Pasti ngebosenin, kak Ari aja" lanjutnya. Aku mengacak ngacak rambutnya gemas.
"Tahun depan kamu juga begitulah"

"Tahun depan" dia mengelak dan bangkit berdiri untuk kemudian
masuk kedalam rumah. Dasar anak kucing itu. Untung cinta. Pikirku menatap kepergiannya.

TBC...

Terget 60

Mau cepet next?

Langsung vote!!!

Jangan lupa komen

Jangan lupa vote!!


BAKAL UP LAGI KALAU UDAH SAMPAI TARGET

SALAM 1000BC🎈

BY: VARAH LOVELY👸

PAY PAY🙋😘❤❤

#977 in romamce

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang