CHAPTER 32

1K 106 8
                                    

Target 50

Mau cepet next?

Langsung vote ya!!!

Jangan lupa komen

Happy reading😊

Aisyah Point Of View

Aku benci menyadari betapa cepatnya waktu berlalu pergi. Pagi menjadi malam, malam menjadi pagi terus seperti itu tanpa mengikuti apa yang aku mau. Waktu membawa perpisahan menjadi semakin dekat. Perpisahan ku dengan dia. Ari Maximilian Alexander.
Tiba-tiba saja hari ini datang Graduation untuk kak Ari dan semua siswa kelas 12 di sekolah kami. Pagi tadi Kak Ari bersama mama dan papa sudah pergi ke sekolah untuk menerima surat kelulusannya, dan nanti malam adalah puncak acara yaitu Prom Night. Pesta dansa sekaligus pesta perpisahan untuk mereka yang sudah lulus dari SMA ini. Jika pagi harinya kami selaku adik-adik kelas tidak boleh datang ke sekolah alias diliburkan. Maka lain halnya dengan malam ini, setiap orang bebas membawa pasangannya masing-masing. Dan tentu saja aku akan datang bersama Kak Ari. Lihat saja dia di ujung sana tepat di depan cermin yang berdiri di pojok kamar, sedang kesulitan memasang dasi. Membuatku terkekeh diam-diam melihat kerutan di dahinya, itu pertanda bahwa dia sedang kesal. Dasar Suamiku itu, sepertinya lupa caranya meminta tolong. Aku pun berjalan menghampirinya yang sedang dalam posisi membelakangi Ku.
"butuh bantuan?" aku menatap pantulan wajahnya di cermin. Dia balas menatapku dengan senyum dan lalu berbalik badan ke arahku. "butuh kamu" ucapnya. Aku tercengang namun kemudian tertawa setelah menyadari tatapan jenaka dimatanya. Kakiku maju selangkah lebih dekat sehingga aku tepat berada di hadapannya. kudongakkan kepalaku untuk menatap wajahnya. tinggi ku hanya setinggi bawah telinganya saja. Kulurkan tanganku untuk merapikan dasinya yang tampak kacau pada simpulnya. padahal asal tau saja, tadi pagi dia masih bisa memasang dasi nya sendiri. Mengherankan bagaimana bisa kak Ari lupa cara mengikat dasi dalam hitungan jam seperti ini. "Masih lama ay, santai saja" ucapnya yang hanya aku balas dengan anggukan karena aku sedang fokus kepada dasinya. Kenapa memasang dasi bisa sesusah ini? Aku memberegut sebal dengan tangan masih mengutak-atik simpul dasi kak Ari. Satu dua kali aku merombaknya lagi dan tiap kalinya kak Ari selalu terkekeh menyikapinya. Sudah syukur kubantu malah ditertawakan. kan menyebalkan. Apa kali ini aku sudah benar? Aku menatap simpul yang baru saja aku selesaikan. Tapi kenapa tidak berbentuk segitiga? ini malah hampir seperti persegi. Ya biar saja anggap saja ini gaya khusus aku ciptakan untuk kak Ari. Aku bersiap untuk mendorongnya agar lebih ke atas. Namun Kenapa ini tersangkut? Mungkin sedikit lebih kuat pikirku. Jadi langsung saja kudorong simpul itu lebih kuat, namun malah terlalu kuat. "Aduh ay" kak Ari dengan secepat kilat melonggarkan simpul dasi yang tidak sengaja kubuat menjadi mencekik lehernya. "Ma...maaf"  aku mundur dengan terkejut. Kak Ari melepas simpul yang aku buat lalu melingkarkan dasi itu kembali ke lehernya.
"Sini ay" katanya nenarik tangan ku kembali mendekat. Dituntunya tanganku untuk menggenggam kedua ujung dasinya.
"Cara pasangnya itu begini ay, di inget ya" kemudian dia mengajariku tahap demi tahap bagaimana memasang dasi dengan rapi dan benar. "Begini?" tanyaku setelah mendorong simpul yang sudah aku buat secara perlahan. "Bagus" tangannya mengusap pucuk kepalaku dengan sayang. Aku tidak bisa menahan diriku untuk menghambur ke dalam pelukannya saat ini juga. "Maafin Aisyah tadi" ucapku pelan. "Gak papa kak Ari yang harusnya gak pura pura butuh bantuan" aku masih menggeleng pelan didalam pelukannya. "Tapi sekarang Aisyah udah bisa pasang dasi kak Ari"

"terus?" tanyanya bingung.
"terus Ais udah setahap jadi istri yang baikkan?" aku mendongak menatapnya. Kak Ari bukan menjawab namun dia malah terkekeh dengan tatapan lurus ke mataku.

*****

"Waaaah"aku tidak bisa menahan diri untuk mengagumi kerja keras panitia yang sukses membuat area penataan Prom Night di salah satu hotel ini menjadi luar biasa indah.
"Keren banget kak Ari!" aku berbisik pelan didekat telingannya. Kak Ari tersenyum dan menuntunku untuk duduk di salah satu kursi yang sudah menjadi jatah untuk kami berdua.  "Aldo woii!" kak Ari memanggil sahabatnya kearah kami. " hei bro" ucap Aldo sambil merangkul kak Ari.
"Haii Aisyah" sapanya dengan senyum genit jahilnya kepadaku. "Hai kak Aldo" balasku dengan senyum manis.  "Duuh Aisyah makin cantik  aja malam ini" ucap Aldo dengan mata genit jahilnya.
"makasih kak" ucapku kulirik kak Ari sekilas yang sedang menatap kak Aldo dengan tatapan mata setajam silet.
"Heeh bangke jangan godain cewek gue inget pacar lo" ucap kak Ari sambil merankul pinggang ku agar lebih dekat. "Pacar?" tanyaku bingung. Karna setau ku kak Aldo belum punya pacar. "Dia pacar Wulan sahabat kamu ay" ucap Kak Ari yang mengerti kebingunganku. "Ap...apa!" aku sedikit terkejut mengetahui bahwa pacar kak Aldo adalah Wulan yang notabene adalah sahabatku sendiri. Yang ku tahu memang beberapa bulan akhir ini Wulan lagi dekat dengan kakak kelas kami. Ternyata kakak kelas yang akhir-akhir ini dekat dengan Wulan itu kak Aldo yang notabene sahabat kak Ari. Oh my good ternyata dunia begitu sempit. 

Kak Aldo memang cukup tampan, dengan tatapan tegasnya yang mungkin berbanding lurus dengan kepribadiannya yang persis seperti Wulan. Mereka pasti jadi pasangan yang serasi. "Jadi? Kak Aldo udah lama pacaran sama Wulan?" Tanyaku kepada kak Aldo. "Lama. Anak basket dan anak cheers yang cinta lokasi" Bukannya kak Aldo yang menjawab tapi malah kak Ari. Aku meliriknya memprotes seharusnya yang menjawabku kan kak Aldo bukan Kak Ari tentu saja. Kak Aldo hanya tertawa kecil menatap kami berdua. "Gosipin gue ya, pantesan gue bersin  bersin dari tadi" Wulan muncul tiba tiba dan duduk disamping kak Aldo. Aku menatap Wulan dengan tatapan 'lo harus ceritain secepatnya' yang dibalas Wulan dengan cengiran dan dua  jari tangan ke atas lalu mengangguk dengan tatapan 'iya iya entar gue ceritain'. "Maaf sayang lama ya?" Wulan memasang wajah bersalah kepada kak Aldo. Tuh kan, kubilang juga apa, mereka cocok sekali. Aku bahkam tidak bisa menahan senyum melihat kecocokan mereka. "Ngapain senyum senyum gitu sayang?"Aku menoleh dan mendapati kak Ari menatapku dengan  jenaka. "Apasih Kak Ari? Geli ih" aku menekuk alis sambil menahan tawa. Kak Ari terkekeh lalu  menggenggam tanganku. Pipiku langsung memerah tidak terkendali. "Bobby sama Kenzo kemana?" kak Aldo sukses memecah udara  romantis yang baru saja mengambang diantara kami berdua. "Mungkin terlambat seperti biasa" jawab kak Ari acuh. "Kak Kenzo dateng sama siapa nanti?" tanya Wulan.
"Dia bilang sama Adiknya" ujar kak Aldo. "Yang masih SMP itu?" Wulan tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya bercampur gelinya. Kak Ari hanya mengangguk dan tertawa pelan. Jangan tanya Bobby berpasangan dengan siapa?

******

Semakin lama, semakin banyak kursi yang terisi. Dan kemudian acara pun di mulai. Kak Kenzo dan kak Bobby  benar benar datang terlambat setelah acara lima menit di mulai.

*****

"Mau dansa?" tawar kak Ari selagi kami meperhatikan  beberapa pasangan di lantai dansa. Aku menggeleng pelan dan mengulum senyum.
"Malu diliatin orang orang" kataku. "ayolah ay" kak Ari  mengangkat alisnya tampak memohon. Aku malu sekali. Banyak mata yang terarah kelantai dansa itu. Menurutku itu sangat memalukan.
"Tapi..." Kataku terpotong.
" sekali aja" kak Ari masih memohon. "Em..." aku berfikir lebih dalam. "Ya sudahlah" lanjutku. Anggap saja  sebagai hadiah kelulusan kak Ari untuk malam ini.  Kak Ari bangkit menarikku  ke arah lantai dansa. Area kosong yang berada di tengah tengah semua orang. Aku melingkarkan  kedua tanganku di lehernya dan tangan kak Ari berada di sisi tubuhku. Kami bergerak beriringan secara perlahan. "Malu kak Ari" aku melirik orang orang yang sedang memperhatikan kami.
"Sst liat kak Ari" katanya menyentuh daguku membuatku menatap lurus matanya.
"Jangan liat yang lain oke? Fokus ke kak Arimu ini saja" aku menurut. Meskipun dalam keremangan lantai dansa ini dan dengan posisinya membelakangi sumber cahaya, namun aku masih bisa menangkap sinar kelembutan di manik matanya. Sangat indah dan membiusku di dalam udara. "Besok disekolah terus temenin aku ya ay?" tanyanya tiba-tiba. "Temenin?" tanyaku bingung. "Iya seharian sama aku, jangan sama orang lain. Gak usah ikut pelajaran.  Kita nikmatin aja hari terakhir kak Ari pakai seragam putih abu-abu itu. Mau?"  tanyanya. Mataku melebar sedikit terkejut. Namun kemudian aku bisa mengerti maksudnya. "Mau" jawabku tersenyum. Besok adalah hari terakhir kelas dua belas menghadiri sekolah. Aku tidak tau kenapa kak Ari menginginkanku untuk berada disisinya besok, namun satu hal yang pasti, bahwa aku pun ingin begitu.

TBC

Target 50

Mau cepet next

Habis baca langsung VOTE!!!!

Jangan lupa komen!!!

Salam: 1000BC🎈

BY: Varah Lovely👸

Pay pay🙋🙋

#766 in romance
#855 in romance

1000 BALON CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang