[2]

7.1K 412 34
                                    

Mohon dibaca A/N paling bawah setelahnya...
...

"N-naruto-kun, a-apa kau bercanda? K-kau tau kan, a-aku sudah memiliki kekasih, me-meskipun aku tak tau dimana dia sekarang." Hinata sungguh kaget, ia tak menyangka Naruto memiliki perasaan padanya.

"A-aku tau, tapi apa salah jika hati ini sudah memilih?" tetap menunduk. Naruto yakin ia akan sakit hati karena pernyataannya, "Tapi aku tau, kau masih menunggunya..."

Hinata berdiri, membuat Naruto menengadah.

"Hi-hinata?" hendak melagkah namun dengan cepat dicekalnya tangan itu, "K-kau mau kemana?"

Hinata menatap Naruto sendu, ia sungguh syok kali ini. "A-aku harus pulang, kumohon lepaskan Naruto-kun..."

"Hinata, aku tau kau tak memiliki perasaan padaku, dan aku bisa memahaminya... Tapi aku mohon, jangan menjauhiku hanya karena ini. Kita bisa melupakan yang tadi, anggap saja tak pernah terjadi... A-aku tidak ingin kau membenciku, aku sungguh bahagia jika selalu bersamamu..."

Hinata terdiam, ia sungguh terenyuh mendengarnya, namun satu hal, tak ada niatan untuknya menghianati kekasihnya yang kini entah dimana.

***

Hari sudah mulai gelap, senja tergantikan langit malam yang berhias bulan dengan taburan bintang, hawa dinginpun mulai dirasa.

"Hufftt—dingin sekali hari ini, padahal baru gelap." ucap pria pirang yang kini bersandar pada bangku panjang ditrotoar.

Ia tersenyum senang, rasanya lega saat pekerjaannya selesai lebih awal, padahal biasanya lebih malam harus selesai, tapi kali ini ia terlihat bersemangat.

"Dingin tapi aku sangat haus... Tapi apa cukup ya untuk makan malam?—fyuhh, besok jadwal membayar sewa, sepertinya tahan sampai malam saja."

Tanpa sadar ada sepasang manik lavender yang mengamatinya dari dekat, bahkan semua keluh kesah yang dikeluarkan sendiripun terdengar jelas olehnya.

"Andai ada Hinata. Pasti dia memberiku minum seperti biasanya," terkekeh pelan sembari menggelengkan kepala, "Mana mungkin ia rela melakukannya hanya demi kau Naruto, lagipula kekasihnya sudah kembali... Tak mungkin Hinata kembali bersamamu."

Meremas dadanya kuat. Hinata sangat terenyuh mendengarnya, ia tak menyangka sosok Naruto begitu mengharapkan kehadirannya. Pria itu begitu tegar menghadapi kehidupannya yang terlunta, ditambah sakit hati yang terus teringat pada angannya.

"Andai saja saat itu aku tak mengungkapkannya, pasti Hinata tak akan menjauhiku... Aku rela memendamnya sampai kapanpun asalkan dia mau bersamaku, setidaknya tak menjahuiku seperti sekarang ini." suaranya melirih, namun dari balik tudung jaketnya Hinata bisa mendengar semuanya.

***

"Hey!!!"

"Huaaaa!!" pekiknya berteriak kaget sesaat mendapat tepukan pelan pada bahunya, namun panggilan yang disengaja keras itu sangat mengagetkannya.

"Hihihi... Naruto-kun seperti wanita saja saat kaget." ujarnya tertawa kecil.

Memanyunkan bibir kedepan, Naruto kesal sekarang. "Aku lelah Hime, tapi kau malah membuatku hampir jantungan."

Hinata kembali terkekeh, ia mendekat dan mengusap pelan dahi Naruto yang mengucurkan keringat akibat lelah, membuat si pirang tertegun.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang