[11]

2.9K 224 43
                                    


Hinata terus menagis dalam gendongan nyaman Naruto. Tangan mungilnya memukul-mukul dada bidang tersebut. Ia ingin berjalan, bukan seperti ini yang menjadi beban apalagi mereka tengah dikejar oleh seseorang.

"Hiks... Hentikan dan turunkan aku... Hiks... Kalau begitni terus kau bisa tertangkap... Hiks... Hiks..."

Tarikan naik dari sudut bibirnya menjadi saksi akan kebahagian kecil yang menjalar kala mendengar nada penuh kecemasan dari gadis digendongannya.

Naruto tau dari nadanya saja Hinata sudah sangat cemas akan keadaannya yang sangat terdesak, dan malah itu membuatmya senang karena ternyata gadis dengan permata lavender itu masih mempunyai rasa khawatir tentang dirinya.

"Berhenti!!!"

Naruto menurut, ia berhenti tepat pada gang sepi berniat memancing Jugo disini. Mungkin ia tak akan mau terlihat berkelahi diluar sana dan banyak pasang mata yang melihat.

"Sssthh—jangan menangis." menurunkan Hinata pelan. Naruto terpekik kala tangan mungil itu melingkar pada tubuhnya dan Hinata mengisak didadanya.

"Ja-jangan se-seperti ini... Hiks... Aku tidak akan pernah bisa membencimu Naruto-kun, jangan sampai hanya karena aku kau tertangkap..." mengeratkan rengkuhannya, Hinata gemetar takut jika bayang-bayang Naruto tertangkap dan mendekam dipenjara.

Kali ini pandangannya teralih pada pria besar dengan surai orange tepat dihadapannya. Tak jauh memang, tapi ia cukup was-was mengingat Jugo memiliki pistol dan ia sama sekali tidak memiliki senjata satupun, ditambah Hinata yang kini menangis sesegukan memeluknya, cukup untuk membuatnya mudah ditangkap begitu saja.

"Ini akan menjadi perkelahian Hime. Larilah dan menjauh dari sini, hubungi Neji dan beri tau dia jika kau dalam masalah, maka kau akan aman, yakinlah..."

Hinata menggeleng dan semakin menangis. Itu tidak akan dilakukannya, meninggalkan Naruto yang terlanjur terpojok karenanya, dan membiarkan pria yang kini selalu membuatnya berdebar berkelahi dan berakhir mendekam dibalik jeruji besi, itu tidak akan ia lakukan.

"Aku adalah buronan, aku sosok liar dan menakutkan bahkan kejam. Sudah sangat sering aku dalam situasi seperti ini, dan ini bukan masalah besar untukku Hime, maka jangan buat dirimu terjerat dalam masalahku. Larilah, kumohon kali ini buat aku tenang, aku akan membuatnya terluka dan aku juga berjanji tidak akan membunuh seseorang..."

Hinata tetap tak menggubris, hanya isak tangis yang menjadi dasar akan situasi seperti ini. Jujur Hinata sangat takut jika Naruto akan tertangkap dan masuk penjara, padahal sempat terlintas pada benaknya tempo waktu lalu untuk menjebloskan pria yang masih ia rengkuh pada balik sel tahanan.

Dari sisi seberang tapak kaki dilapisi sepatu tebal itu semakin mendekat. Langkahnya sangat pelan namun begitu menggema, membuat siapapun merinding akan tatapan itu tapi tidak termasuk Naruto didalamnya.

Dengan cepat dan mendadak Naruto melerai pelukan pada Hinata lalu menarik tubuh mungil tersebut berlindung dibalik tubuh tegapnya. Ia cukup cemas melihat salah satu tangan pria besar didepannya bersiaga dengan tangan yang menggengam gagang pistol pada sisi pinggangnya.

"Biarkan dia pergi dulu!" ucap Naruto dengan nafas yang tersengal akibat Hinata yang meringkuk memeluk tubuhnya sangat erat, "Berhenti! Jangan buat aku bertindak nekad!"

Jugo tertawa renyah seraya menghetikan langkahnya. Sorot matanya cukup menakutkan meski masih memperlihatkan sisi congkak meremehkan.

"Aku bukan bajingan sepertimu. Suruh dia pergi dan kita bisa sedikit beradu bakat dalam pertarungan..." menjatuhkan dua pistol miliknya kebawah, ia cukup serius dan tidak bermain-main tentang ucapannya. "Kau terlihat masih sangat hebat walau dibalik perban yang melilit tangan kirimu itu adalah imitasi..."

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang