[39]

7.6K 318 109
                                    


***

Dengan sekuat tenaga, Zabuza terus mempertahankan diri agar tidak limbung. Tubuh kekar Menma sangatlah kuat dan berotot, sungguh pria Uzumaki yang diperkirakan memiliki fisik yang super bertenaga itu, tahan pukul ataupun sejenisnya.

Sudah tak terhitung berapa kali Zabuza terkena pukulan Menma yang berhasil lolos mengenai wajah atau bagian tubuh lainnya. Begitu pula dengan Menma, tapi entah kenapa hal itu tidak dirasa sama sekali, cenderung menikmati walau wajahnya sudah lebam membiru.

Kaki besar pria bergurat itu melesat hendak memberi tendangan kuat, seketika sang lawan menyadari dan berhasil menangis dengan kaki pula, tapi tidak untuk pukulan kali ini, yang mengarah tepat pada dadanya.

BUGH!!!

Zabuza terjungkal keras ke belakang. Ia mengerang, menekan dadanya yang terasa sangat sesak. Rasanya sulit bernafas, sesekali ia mundur dengan merangkak menghindari Menma yang berjalan pelan dan mulai melepas kaos hitamnya.

"Sudah aku bilang kau bukan tandinganku..." Merasa ada pergerakan dari arah belakang, langsung saja ia berbalik dan mencondongkan kepala sekuat mungkin. Hingga benturan sangat keras antara keningnya dan dada Sai terjadi. Di sini sudah jelas, Zabuza dan Saipun tidak bisa melawan Menma seorang diri. Pria itu terlalu kuat. "Pengganggu sialan!!"

Sai yang merasa dalam bahaya mundur merangkak. Dadanya juga terasa sangat sesak. Sudah pasti bila kepala dan dada keunggulan pasti ada di pihak Menma.

Sai memekik tak tertahankan kala tangan besar Menma mencekik batang lehernya. Tubuhnya terangkat hanya dengan kekuatan satu tangan Uzumaki bersurai hitam lawannya. Hingga ia hanya dapat berontak walau hasilnya percuma.

"Lepaskan keparat!!!" Meronta-ronta dari cekikan kuat tangan besar Uzumaki Menma. Cucu Shimura Danzo itu tak kuasa menahan nafas terlalu lama. Sudah cukup benturan dadanya yang membuatnya sesak, kini cekikan Menma yang bahkan mampu mengangkat tubuhnya hingga tak berpijak di tanah itu, sungguh dirasa menyiksa.

Seringai Menma kian menajam. Bola matanya dengan jelih dapat melihat bagaimana penderitaan mantan rekannya itu akan cengkraman kuat pada batang lehernya. Ya, Menma menantikan saat-saat seperti ini.

"Maaf, teman lama... Sepertinya kau akan mati hari ini."

Waktu seolah melambat dengan sendirinya. Bola mata hitam Sai membola sempurna kala pisau tajam kini sudah siap merobek perutnya. Matanya terpejam, menikmati sensasi bila saja ia akan mati di tangan Menma. Sai hanya berharap, misi ini berhasil sekalipun ia harus mengorbankan nyawa.

"JANGAN!! dia temanmu Menma! Jangan bodoh!!!"

Shikamaru yang menyadari hal itu mulai panik. Ia berlari kencang, ingin menerjang Menma dan menyelamatkan Sai sebagai sekutu sekaligus temannya.

Tubuh Sai semakin terangkat naik. Tangan kekar Menma yang kini menggenggam pisau mulai mengambil ancang-ancang untuk selanjutnya menyelesaikan semuanya.

Matanya menajam sempurna. Detik itu pula Menma mendorong genggaman pisau tersebut setelah lama mengambil persiapan dengan meletakkan tangan ke belakang. Hingga dekat dan kian dekat, Sai hanya bisa pasrah akan keadaan ini.

"MATI KAU!!!"

"MENMA!!!"

DUAGH!!!

Suasana mencekam yang dicipkatan Menma seketika lenyap. Bersamaan dengan itu sang empu yang berhasil melompat dan menerjang kepala Menma dari belakang dengan sebuah tendangan kuat murka menjadi-jadi.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang