[16]

2.6K 184 27
                                    


"Aku sudah mendapat sidik jari murni dari gadismu..."

Langkah Toneri yang hendak pergi mendadak terhenti mendengar penuturan wanita bersurai merah yang tadinya sempat ada cekcok argument dengannya.

"Sidik jari? Sebenarnya untuk apa? Kita bisa saja menyuruh seseorang untuk mendapatkannya langsung dari Uzumaki itu..."

Saara, tersenyum mengejek mendengarnya. Sungguh baginya Toneri kurang cerdas dalam rencananya. Namun walau begitu peranan Yakuza dari garis marga yang tersemat pada nama pria itu cukup berguna selama ini.

"Kau tau? Menjerat seseorang berawal dari hati itu sangat licik dan berpeluang besar," tetap duduk hingga iris matanya mendapati Toneri berbalik mulai mengerti meskipun masih mencerna. "Jika Naruto kabur ditengah masalah yang ia ketahui, maka kita bisa menjadikan wanita tercintanya sebagai jembatan untuknya hadir. Berpikirlah luas..."

Iris biru pucat Toneri mulai meneduh. Sekarang ia tau rencana yang akan dimaksud Saara untuk menjerat Naruto. Mungkin ia harus meyakinkan Hinata lebih dan lebih agar dapat membuat Naruto membuka rahasia tersembunyi tentang—

Pedanto Ichizoku no Uzumaki.

"Menggunakan GPS untuk mengintai gadismu dan saat Naruto hilang dari jangkauan, memungkinkan si rubah gesit itu kembali hadir hanya untuk Hyuga Hinata.Yah—kita memiliki kecanggihan untuk melacak yang akan digabungkan antara sidik jari dan GPS..."

Toneri tersenyum licik. Ini sungguh diluar pemikirannya, kalau boleh jujur Saara memang cukup cerdas dan licik. Membuatnya sangat terbantu dengan rekannya itu. Sosok Uzumaki Saara yang dulunya adalah wanita malam lalu bertranformasi menjadi sosok yang sangat dibanggakan kelompoknya dibawah kepemimpinan sikembar Namikaze.

"Aku sudah merencanakan sesuatu, maka jangan khawatir. Hinata akan aku buat mengungkap semuanya, dengan itu kita dapat leluasa menerkam hatinya..." ucap Toneri dengan seringai liciknya.

Sara berdiri setelah mendengarnya, tampaknya ia ragu akan sesuatu, "Itupun jika dia mau..."

***

Naruto terkesiap. Kayuhan sepeda yang tadinya melirih kini terhenti mendadak kala dihadapannya hadir sosok yang membuatnya sulit berpikir.

"Bersiaplah untuk permainan yang akan dimulai..."

Uchiha Sasuke. Pria dengan segudang bakat dan kecerdasan itu menyeringai puas melihat keterkejutan lelaki dihadapannya yang masih bertengger pada jok sepeda.

Naruto mulai bangun dari rasa kagetnya. Tatapannya mulai menajam bersamaan perasaan cemas. "Jangan ganggu aku, aku sudah diluar garis pencarianmu."

Sasuke tertawa renyah. Sebenarnya ingin rasanya saat ini juga ia menghantam kepala sipirang dengan bogemnya, namun pengendalian emosi yang mematen pada darah Uchiha begitu menguntungkannya.

"Setelah apa yang kau lakukan dan pembantaian dimasa lalumu? Apa aku begitu saja melepasmu saat kau pernah membantu Itachi kabur dari penjara...? Keh! Jangan harap..."

Naruto mengepalkan erat genggaman tangannya. Ia tak akan lupa, yah—Uchiha Itachi yang dengan susah payah ditangkap oleh adiknya sendiri kala itu dengan bengisnya ia membor-bardir tempat jeruji besi Itachi yang kala itu tengah lemah dari segi pertahanan. Apalagi jika mengingat kemolekan Uzumaki Saara, dengan mudah ia mengelabuhi dan menarik perhatian para polisi untuk menjauh.

Kali ini Naruto menatap meneduh iris hitam kelam sang kepala kepolisian. Ia sadar tentang masa lalunya, dan sekarang mungkin berdampak pada kebencian dari banyak pihak yang mengarah padanya.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang