[10]

3.1K 217 38
                                    


Terkesiap dalam keterkejutan, bahkan gadis yang masih tetap berjalan itu seperti sangat risih meski hanya sedikit bersentuhan kulit dengannya.

"Hime... Dengarkan aku, kumohon berhenti sebentar, Hime—" masih mengimbangi langkah cepat gadis itu, Naruto bahkan tidak menggubris pandangan aneh dari banyak arah.

Gadis yang dipanggil Hime itu mendadak berhenti, tatapannya tetap kosong, namun tersirat kesedihan mendalam disana.

"Hime... Aku bisa—"

"Berhenti memanggilku Hime!" menghadap sang pria dan menatapnya nyalang, "Kau tidak pantas memanggilku seperti itu!!"

Naruto terkejut, Hinata manis yang begitu lembut itu membentaknya bahkan tersirat kata-kata kasar disana

"Ba-baikalah, maafkan aku," menundukan kepala berojigi meminta maaf, namun sang gadis hanya diam tanpa peduli.

Naruto mengangkat kepalanya, bisa dilihat sekilas sang putri Hyuga didekatnya itu sempat mengusap sudut mata yang diyakini sempat basah tadi.

"Pergilah..." ucapnya pelan namun sangat dingin.

"Ta-tapi, bukankah aku ingin menjelaskan sesuatu, kumohon dengarkan aku sebentar saja..."

"Mendengarkan pembunuh sepertimu? Itu sangat memalukan dan tidak akan kulakukan untuk kedua kalinya, tidak akan terjadi dan tak akan pernah terjadi!" kembali berjalan namun tangannya dicekal.

"Hime, kumohon."  menatap Hinata dengan wajah memohon, ia sungguh tak sanggup dan terus tersiksa jika setiap malam mengingat wajah Hinata yang menangis karena suatu kebenaran yang ia katakan.

"Lepaskan Uzumaki-san! Kau tidak perlu menjelskan sesuatu!" meronta kuat mencoba melepaskan cengkraman tersebut.

"Tidak, Hime. Sebelum—"

"Lepaskan dia."

Naruto dan Hinata terkesiap mendengar suara datar dari belakang mereka, sontak saja keduanya menoleh dan sedikit memincing mencoba mengenali, namun sama sekali tidak mengenali sedikitpun.

"Lepaskan dia, Namikaze Naruto."

Lengan mulus yang dicekalnya itu terlepas dibarengi keterkejutan luar biasa yang melanda. Naruto sangat tak menyangka ada yang memanggilnya dengan sebutan marga itu, sosok dirinya dengan marga yang sangat bengis.

"Si-siapa kau?" bertanya terbata mencoba mengenali, tapi Naruto sama sekali tak mengenal pria besar didepannya.

Hinata juga sama, ia tentu tau marga Namikaze yang sempat diceritakan Naruto padanya. Sontak saja ia tak kalah kaget dengan sebutan nama itu, namun ia hanya diam memandangi pria yang sama sekali tak dikenalinya.

"Mungkin kau sama sekali tidak mengenalku, tapi seorang Namikaze sepertimu cukup mudah aku kenali..." ucapnya masih tenang sembari memandang pria yang dikenali sebagai pembunuh berantai dimasa lalunya.

Gigi Naruto bergesekan, wajahnya mulai memerah karena merasa dipermainkan. "Katakan siapa dirimu? Jangan pernah mengungkit diriku sebagai Namikaze! Aku Uzumaki!"

"Aku tau," kekehan pelan namun sangat mengejek itu keluar, "Jadi, begini rupanya dirimu selama ini. Setelah aksi pembantaian yang kau lakukan saat masih muda, sekarang kau mempunyai rencana untuk memaksa seorang wanita—sungguh mengesankan."

"Berhenti!!" menarik kerah pria itu kasar, Naruto sangat tak rela disebut pemaksa wanita apalagi Hinata, "Kau tidak tau apapun tentangku, jangan ikut campur dalam urusanku!!"

Naruto menghentikan aksinya setelah membentak sangat keras, ia menoleh kearah gadis disebelahnya setelah mendengar tapakan kaki menjauh, dan benar saja, Hinata sudah berlari.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang