Entah apa yang dirasakan Hinata saat ini. Seolah ada sesuatu yang begitu ngilu menusuk dengan perlahan uluh hatinya. Rasanya aneh dan itu hadir tanpa ia duga dan sadari namun dapat dirasakannya."Anda seorang dokter?"
Sang empu hanya tersenyum menanggapi lalu kembali fokus membalut luka tembakan yang sempat merong-rong pada paha pria bersurai kuning itu.
"Lukanya tidak terlalu dalam, mungkin peluru yang kau bilang nyasar tadi terlalu jauh untuk bisa menembus area vital-nya, untungnya aku memiliki perlengkapan yang lumayan lengkap meski hanya seorang perawat..." ucap sosok wanita yang mengaku seorang perawat tadi. Dilihat dari cara mengobatinya ada rasa ragu untuk percaya kalau wanita itu hanya seorang perawat.
Dari dekat ada poni tebal rata yang menutupi wajah gadis yang entah kenapa tidak mau melihat interaksi tebar senyum dan saling bercakap itu. Meski wajahnya ditekuk dan menggembung, tapi sebenarnya ia cukup ingin menjauhkan pria pirang didekatnya yang masih asyik bercakap dan saling bertukar pandang.
'Kenapa aku seperti tak diacuhkan seperti ini? Kenapa Naruto-kun terus tersenyum seperti itu? Dasar tidak ada kerjaan!" meracau tak jelas dalam hati masih dengan melirik tak suka dua orang berbeda gender itu.
"Terimakasih dokter, Sakura Haruno..."
Sang wanita yang dipanggil dokter tadi menaikkan satu alisnya, ia cukup heran melihat pria yang bisa disebut pasiennya itu tau namanya begitu saja.
"Maaf—name tag identitas itu, aku melihatnya." ujar Naruto sembari mengangkat telunjuk dan mengarahkan pada sisi dada sang dokter.
Hinata mengedipkan mata berulang, lantas ia memalingkan wajah mendapati Naruto begitu saja menunjuk dada seorang perempuan tanpa sungkan sedikitpun, bahkan bisa dibilang jarak telunjuk Naruto dan dada sang dokter tidak bisa dikatakan jauh, yah~bisa dibilang sangat dekat.
'Huh!! Dasar pria tidak peka!' racaunya lagi mulai menampakan semburat merah tipis mengingat kebodohan Naruto.
Sang dokter yang diketahui bernama lengkap Haruno Sakura tadi hanya mengangguk dan tersenyim kikuk. Ia juga sedikit tersipu dengan kepolosan pasiennya. Padahal sosok itu adalah mantan bajingan kelas kakap, tapi entah kenapa ada sisi polosnya dalam menghadapi hal semacam ini.
"Coba gerakkan kakimu, tapi jangan terkesan mendadak atau tiba-tiba, lakukan secara pelan dan bertahap." intruksi sang dokter pada pria didekatnya.
"Hm,"
Naruto mencoba menggerakkan kakinya pelan bertahap sesuai instruksi Sakura, sang dokter. Dan benar saja, sangat mudah dan tidak kaku meski sedikit nyeri diarea tertentu.
"Bagaiamana dokter? Apa Naruto-kun sudah bisa berjalan?" kali ini suara Hinata. Terdengar tak selembut biasanya, malah terkesan sedikit ketus dan menuntut.
Naruto menatap Hinata heran, tidak biasanya sisulung dari keluarga Hyuga itu bersikap seperti itu, biasanya sangat sopan dan tentunya lembut. Tapi ada yang aneh saat ini.
"Sudah bisa. Tapi untuk sekarang sebaiknya nona Hyuga anda harus memapahnya, saya sedang buru-buru ingin menemui seseorang..." mengemasi peralatan medisnya, sang dokter memang terlihat buru-buru. "Semuanya gratis, lagipula ini diluar jam kerjaku dan diluar rumah sakit, jadi aku hanya ingin menolong seorang yang terlihat terluka..."
Hinata segera menghadap sang dokter dan sikapnya mulai berubah dari ketus mdnjadi lebih familiar.
"Ta-tapi dokter, kami tidak enak jika tidak melakukan sesuatu untukmu, mungkin dokter bisa memberi kartu nama anda dan secepat mungkin aku akan membayar semua biaya pengobat tadi..." ucap Hinata mulai sungkan. Sesungguhnya ia kagum mengamati dokter Haruno itu dalam mengobati. Selain cepat, dia juga terlihat sangat handal bahkan dalam situasi tidak layak seperti ini, tepatnya dibawah pohon tempat dimana Naruto sudah tidak kuat untuk berjalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/99075664-288-k709451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Liver Flavor
Fanfiction[Masashi Kishimoto] [NaruHina Story] [Alternative Universe] -Flow forth-