[34]

3.9K 195 25
                                    


***

Dalam diamnya, Hiinata menatap punggung Naruto yang kini berdiri tegap dengan baju yang sudah dipakai pria itu. Tangannya terangkat seolah ingin meraih punggung sang pria. Ada harapan kecil setidaknya Naruto mau membantunya. Karena jujur, pengalaman pertama untuknya semalam masih terasa sakit di area kewanitaannya.

Dilihatnya Naruto hendak melangkah keluar. Tidak ingin ditinggal begitu saja, Hinata bersuara pelan memanggil sang pria sedikit nada ragu tersemat. "Na-naruto-kun..." Kali ini ia menunduk, kala Naruto menoleh ke arah samping di mana hanya sebelah wajah tampan sang pria yang dapat dilihat bola mata Hinata.

"Diamlah di situ jangan sampai kau keluar karena aku tidak mau ada yang mengetahui kejadian semalam." Perintahnya mutlak tanpa menyadari sesungguhnya Kiba dan Gaara sudah tau. "Aku akan mencari air untuk mandi..."

Menggigit bibir bawahnya sangat kuat. Hinata mendongak, ia melengkungkan bibir ke bawah karena sikap Naruto yang tidak berubah. Padahal tadi mereka sempat berpelukan.

'Ayah, ibu, Neji-nii... Maaf bila aku tidak bisa menjaga kehormatanku. Aku juga minta maaf karena sudah menjadi wanita bodoh seperti ini. Aku janji akan memperbaiki semuanya. Tolong do'akan aku agar bisa bersama Naruto-kun...'

***

Dua pria yang masih terenung satu sama lain itu dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang berwajah aneh. Kiba dan Gaara saling berpandangan seolah keduanya mengisyaratkan jangan bersikap seolah tau kejadian tadi.

"Kau mau ke mana?"

Naruto menoleh kala suara khas seorang pria memasuki telinganya. Langkahnya terhenti, lantas ia membalikkan badan menghadap Gaara dan Kiba yang duduk di sofa.

"Mencari air." Jawabnya pelan dan kembali berbalik.

Lagi-lagi Naruto berjalan tak acuh. Ia tidak ingin memperlamban waktu dengan bercakap bersama dua rekannya itu. Sekalipun ada sesuatu yang ingin dibicarakannya, Naruto masih menjagannya dan menyimpannya untuk nanti.

"Tidak perlu. Aku sudah mengisi bak mandi dengan air bersih." Kiba menginstrupsi, membuat Naruto seketika membalikkan badan dan berjalan memutar dari tujuan. "Semuanya. Persediaan air, botol air, tempat air, wadah air, dan apapun yang menyangkut air sudah aku bereskan..." Tampak berbangga diri dari segi manapun.

Naruto mengernyitkan dahi. Bukankah kemarin air tidak ada, pompa airpun juga rusak. "Dari mana kau mendapatkan air?"

Tangan kekar sang mantan bajingan yang kini sudah menjadi juru masak itu menjentikkan jari. Ia juga menepuk bahu teman merahnya sembari tersenyum berbangga diri.

"Kebetulan, rumah sebelah tidak ada orang, mungkin sedang berlibur atau pergi. Pagi-pagi buta Gaara membangunkanku, dan dia mengajakku mencari air. Ide terlintas, sedikit kejahatan juga tidak buruk bukan...?" Menaik turunkan kedua alis itu. Dilihatnya dari arah sebelah, Gaara malah ingin muntah melihat gelagat memalukan Kiba.

"Jadi kau menyalurkan air ke rumah ini, begitu?" Kiba menggangguk dengan polosnya. Sedangkan Naruto, ia hanya mengangkat tangan dan menepuk keningnya. Entah kenapa saat bersama Kiba, selalu ada hal lucu tersendiri. "Padahal kita di sini untuk berbuat baik. Tapi kau malah mencuri." Kepala Naruto menggeleng. Ia prihatin dengan Kiba yang tak sepenuhnya bertaubat. Tanpa menyadari sebenarnya ia malah lebih parah karena sudah membuat Hinata tidak lagi virgin di luar nikah.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang