[14]

2.8K 198 22
                                    


Tundukan kepala itu semakin dalam, teringat pada otaknya memori kala tangan kekar pria yang masih menjadi kekasihnya itu menampar pipi miliknya, mendadak matanya mulai berkaca-kaca menyiratkan luka.

Enggan untuk bertatap, lara hati lebih memihak kebanding pemahaman lain, untuk kali ini biarlah waktu terus bergulir menjadi penengah antara dirinya dengan sang kekasih.

"Lihat dirimu," matanya menyendu, lelaki dengan surai putih itu meraih tangan gadisnya, "Kau sangat menyedihkan dengan keadaan seperti ini... Cobalah untuk merenungi semuanya. Aku disini Hinata, menjadi seorang lelaki yang ingin membuat gadis tersayangnya tidak salah berteman dengan orang yang salah..."

Kali ini menampakan wajahnya yang tidak bisa dikatakan baik, raut kesedihan terpatri pada tiap guratan wajahnya, bola mata seindah rembulan itu meredup, pancaran sosok Hyuga Hinata seolah hilang terselimuti keterpurukan.

"Maafkan aku sempat berbuat kasar padamu," menatap gadisnya penuh rasa sesal, genggaman tangannya semakin erat seiring hanyutnya batin sang kekasih, "Kau tau bukan? Semua pria akan tidak rela jika wanita yang mereka sayangi begitu dekat dengan lelaki lain, apalagi kau dan aku kini tau fakta tentang siapa dia. Kumohon jangan membuatku cemas..."

Entah kenapa rasa hangat menjalar begitu saja. Kata-kata kekasihnya itu langsung masuk dan merong-rong palung hatinya, membuatnya sedikit bangun akan kesedihannya.

"Dia seorang yang sangat jauh dari dugaanmu. Lihatlah banyak orang yang berlalu-lalang mencari tujuan mereka—" mengedarkan pandang pada jalan ramai disiang hari seperti ini, Toneri sedikit tersenyum mengamati gadisnya yang mengikuti arah pandangnya, "Kita tidak tau apa tujuan mereka. Kita juga sulit mengerti apa yang mereka inginkan. Cobalah mengenali seseorang tidak hanya dari kebersamaan, tapi pahami semuanya termasuk masa lalu seseorang yang mungkin kelam..."

Tangannya terulur hingga telapaknya menyentuh pipi sembab memucat tersebut, mengelusnya pelan mencoba mencari nuansa familiar dan hangat, sampai sang kekasih menoleh dan menatap matanya sembari mengukir senyum yang terlihat dipaksakan.

"Aku tidak pernah berfikir sampai sejauh itu, Toneri-kun. Aku juga tidak menyangka jika semuanya begitu saja membuatku sedih sampai seperti ini."

Toneri tersenyum menanggapi. Dapat dengan jelas iris biru pucat miliknya menangkap raut penyesalan pada wajah sang kekasih. Lantas tangannya terulur keatas mengusap pelan puncak surai indigo sang gadis, membuat sang empu menunduk tak kuasa membendung tetesan hangat dari matanya.

"Menangislah—" memeluk tubuh mungil tersebut hangat, cukup dengan seperti ini Toneri bisa menenangkan Hinata. Hingga tangan milik Hinata membalas rengkuhannya, menjadi saksi dimana sosok Hyuga Hinata begitu rapuh dengan menumpahkan segalanya pada dada sang kekasih tanpa peduli jika mereka sudah lama berdiam didalam mobil.

Kali ini rengkuhan tersebut terlepas dengan cepat dan mendadak, membuat sang pria terpekik dengan atensi gadis tersebut yang langsung mengarah keluar kaca mobil.

Mendengus dalam hati mendapati Hinata yang memandang luar. Ternyata bunyi dering keras tadi yang membuat Hinata begitu saja melepas rengkuhan tersebut. Dan dapat dilihat kini pria kuning diseberang sana yang tampak membawa sejumlah kertas berita atau koran.

"Naruto-kun..." gumam Hinata semakin terhanyut dalam rasa iba, hatinya entah kenapa tersayat melihat pria disana yang berjalan sedikit tertatih setelah mengantar koran dan kembali pada sepeda atau yang sering disebut pria itu beradu nasib.

"Hinata..." panggilan tersebut segera menyadarkannya, ia membuang muka kearah pria disebelahnya yang bermimik wajah serius, "Aku ingin bicara sesuatu denganmu..."

***

"Apa Naruto-kun sudah mengganti ban sepedamu yang meletus?" tanya Hinata pada pria disebelahnya yang masih lahap memakan makanan belian darinya.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang