***Terpekik kaget sejadi-jadinya. Tak kuasa semua iris mata berbeda jenis itu melebar, mengetahui ada yang bisa masuk pesawat kepemilikan pribadi yang kini tengah ditumpangi banyak bajingan dan satu anggota polisi, atau lebih tepatnya dialah kepala polisi itu.
Kenapa mereka sangat ceroboh? Memang tadi semua memakai topeng dan masker berantisipasi bila ada hal buruk, dan nyatanya satu dari sekian banyak dari semuanya ada sosok wanita. Setelah semua topeng atau tudung kepala dilepas, ternyata yang terakhir adalah seorang gadis berambut panjang jila saja tidak digelung seperti itu.
Ingin rasanya memutar haluan kembali dan memulangkan sosok itu, namun ini sudah terlalu jauh. Pikiran negatif menjarah pikiran sosok pria pemimpin dari pemberontak para mafia, hingga ia juga terpikir untuk menjatuhkan gadis itu atau menembaknya hingga kepalanya berlubang.
"Siapa kau?" Suaranya menekan cukup menakutkan, namun siapa sangka hatinya bergetar hebat takut bila gadis itu adalah pesuruh atau mata-mata Danzo. Lalu meledaklan pesawat tersebut mengorbankan dirinya.
Bukan lagi pistol, tapi senjata laras panjang yang kini mengacung tepat pada wajah sang gadis. Sai cukup waspada dan berjaga bila asumsinya benar. Tapi, sepertinya ia sangat mengenal bola mata bersinar keunguan tersebut.
"Ma-maaf..." Cicit sang gadis meringkuk takut karena pertanyaan dan senjata api tersebut. Wajahnya berkeringat dingin, raut wajah bersalah mematen namun niatnya sudah bulat.
"Jawab pertanyaanku!" Kali ini Sai menyentak, memandang tajam gadis itu walau hanya tundukan kepala yang ia dapati.
"Periksa dia!"
Perintah itu, perintah untuk para rekannya agar memeriksa sosok itu. Dilihat dari penampilannya memang tidak ada yang mencurigakan, sama sepertinya memakai rompi hitam tebal penuh dengan wadah senjata. Dan, dari mana gadis itu mendapatkannya?
"Hentikan, Sai!"
Suara lain menginstrupsi. Berjalan pelan tak lupa raut keterkejutannya, hingga tepat ia berjongkok pada sang gadis membelakangi Sai seolah melindungi gadis itu dari senjata laras panjang yang kapan saja pelurunya meletup.
"Menyingkir, Kiba!" Menyingkirkan Kiba dengan kakinya. Sai heran ada apa dengan rekannya itu?
Sekarang Sai tau apa yang dipikiran Kiba. Yah—pria itu cukup mudah dikelabuhi dengan seorang gadis cantik sejak dulu, dan kini sepertinya terulang. Sosok cantik yang mungkin untuk mengelabuhi semua pria diawak pesawat.
"Bukankah kau—" Mengangkat dagu sang gadis, Kiba tercengang setelah mengenal betul siapa sosok itu, "K-kau Hi-hinata?"
Nafas Kiba terengah hebat. Pertanyaan demi terkaan menyelubingi pikirannya, tentang kedatang atau lebih tepatnya penyusupan gadis bernama Hinata itu kedalam pesawat. Bagaimana bisa mereka tidak tau? Bahkan disana juga ada Uchiha Sasuke yang dikenal sangat teliti.
"Sedang apa kau disini?" Tatapan Kiba menajam, ia juga mulai berpikir negatif, tak disangka pula malah sosok yang ia kenal kini menjadi pusat perhatian.
"A-aku ingin i-ikut..." Kembali mencicit meremas baju rompi yang ia kenakan. "A-aku ingin ke Hokaido, aku me-mendengar semua percakapan kalian dengan Neji-nii, ja-jadi aku ingin ikut dan menyelamatkan Naruto-kun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Liver Flavor
Fanfic[Masashi Kishimoto] [NaruHina Story] [Alternative Universe] -Flow forth-