***Sesegera mungkin Naruto dan Hinata beranjak keluar dengan mundur, dipandu oleh Kiba dan juga Gaara yang masih mengacungkan senjata api. Yah, keempatnya keluar dengan berhati-hati jika sewaktu-waktu lawan menyerang dengan senjata sejenis.
Dari luar nampaklah langit yang sudah berubah tidak seterik tadi. Tepat pukul 04:50, sore menjelang dan sang suryapun mulai condong kearah barat. Mengakhiri hari lebih awal, negeri matahari terbit memang akan lebih dulu mengalami pengakhiran hari dan pergantian hari.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?" Kegugupan melanda hebat dari pria yang termangu mengamati bangkai helicopter yang masih mengeluarkan asap. Belum 2 jam ia membereskan dari dalam, kini dibagian luar sudah sangat kacau.
Berbeda dengan Naruto yang membeku setelah bergumam pelan. Hinata, tetap mengeratkan rengkuhannya menyamping. Melilit kuat tubuh jangkung yang berisikan cinta tulus untuknya. Suatu anugerah besar dari yang maha kuasa, juga sesuatu yang sempat ia sia-siakan hingga membawanya sejauh ini.
"Hiks.., hiks.., a..ayo pergi.., hiks, Naruto-kun..." Mengisak masih terkesan pelan. Ketakutan melanda hebat kala ia menciptakan lirikan dari persembunyian wajahnya pada sisi dada bidang sang terkasih.
Sebuah transportasi yang tidak dijadikan umum bernama helicopter yang hancur dan hangus terbakar, sudah mampu membuat tubuh mungil itu bergetar ketakutan. Cipratan film action yang pernah ia tonton juga bersanding dengan drama tragis terlintas pada otaknya. Ia takut, pria yang ia cintai terlibat dan sekaligus kata bahaya juga akan ikut dilibatkan.
Naruto sama sekali tidak menanggapi nada sesegukan Hinata yang sangat jelas tertangkap telinganya. Ia masih dalam mode terkejut, terlebih ada beberapa yang terluka termasuk sang komandan polisi.
Tak jauh dari tempatnya berpijak, pria keturunan Uchiha yang mengenyam tugas penting untuk memperjuangkan keadilan sedang terangah sembari mengerang tanda akan rasa sakit. Wajah yang sedikit hangus yang ia yakini akibat ledakan serta asap dari bangkai helicopter tersebut, menjadikan Sasuke prajurit militer yang membutuhkan pertolongan.
"Gaara..." Menyebut Nama Gaara tanpa mengalih pandang dari Sasuke. Ia sungguh ingin menolong rekan yang tanpa ia duga menjadi bala bantuan. "Amankan Hinata dan jaga dia di dalam baracuda milik Sasuke... Dan kau Kiba—" Kali ini ia menoleh. Entah apa yang terjadi malah ada seringai bringas untuk pria bertato di pipi tersebut. "Saatnya beraksi kawan. Kau masih mampu menghadapi anjing-anjing Danzo, bukan? Apa 5 pria bisa kau atasi sendirian seperti masa lalu? Kurasa, kau tidak sehebat dulu..."
Naruto bahkan semakin menajamkan seringainya kala mimik wajah Kiba berupa kesal kearahnya. Bersamaan dengan itu pula, sang empu malah menyingkap baju militer yang entah dari mana didapat. Memperlihatkan otot besar beruratnya, Kiba seolah membuktikan kebolehannya melalui bukti fisik yang sangat bagus.
"Bukankah matamu pernah bengkak karena kekuatan otot ini?" Menaikkan satu alis mengawali ucapan congkaknya. Kiba masih ingat pernah memukul mata Naruto walau terkesan tidak sengaja, dimana pukulannya melesat karena kecerobohannya, dan berakhir mata sang rekan atau salah satu pemimpin panutannya lebam biru hanya karena satu pukulan. "Aku ingin sekali mengulangi kejadian itu karena ucapan sialanmu itu. Tapi kali ini aku ingin sengaja..."
Naruto malah mendengus di tempat seraya memalingkan wajah sedikit malunya. Sesungguhnya Kiba sangatlah kuat saat berkontak fisik dengan siapapun bahkan dirinya. Tidak hanya kuat, namun juga sangat bengis, hingga menambah kesan kekuatannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liver Flavor
Fiksi Penggemar[Masashi Kishimoto] [NaruHina Story] [Alternative Universe] -Flow forth-