[30]

3.1K 205 34
                                    

***

Sedetik saja terasa berharga untuk terlepas. Hawa dingin menyeruak menerpa kulit mulus seolah sang empu tercipta dari susu. Rangkulan menyamping dirasa sangat hangat walau tubuh bergetar kedinginan. Hati bersuara, jika ini adalah malam indah bisa bersama sosok tercinta.

Sudah dari tadi Hinata berbicara atau bergerak-gerak untuk mendapat perhatian Naruto. Pertanyaan demi ucapan ia suarakan agar sang terkasih merespon walau hanya sebentar. Namun seolah angin lalu, ia bahkan hanya diacuhkan tanpa ada respon.

"Na-naruto-kun..." Suaranya begitu imut bahkan terkesan disengaja. Hinata juga harus bekerja keras untuk mengembalikan kasih sayang pria itu untuknya. "Apa masih jauh?"

Mendadak Hinata heran. Tapak kaki pria yang masih ia rangkul lengannya itu terhenti, membuatnya juga menghentikan langkah.

Menengadah menghadap tepat pada wajah sang pujaan yang terlihat tampan dan berseri-seri. Hinata yakin, wajahnya kali ini memerah bahkan tidak bisa dikatakan tipis.

"Bisa kau melepaakan tanganku? Aku hanya tidak suka saat banyak yang melihat seolah kita sedang memamerkan skinsip." Nada bicaranya kali ini lebih dingin dari sebelumnya. "Jika kau kedinginan, kau bisa memeluk Kiba ataupun Gaara."

Perasaannya tercubit atas ucapan Naruto itu. Dulu, jika ia bermanja dan menyandarkan kepala pada pria itu, maka tanggapan yang diterima selalu membuat hati menghangat. Namun kembali Hinata tersadar, bahwasannya semua ini terpicu akibat karma yang ia terima.

Menggeleng tak lupa dua sudut bibirnya yang melengkung ke bawah, "Aku hanya ingin memeluk Naruto-kun. Tujuanku datang kemari adalah untuk membawa Naruto-kun pukang ke Konoha." Ujarnya lirih.

"Setelah apa yang kau lakukan padaku?" Detik ini suaranya tidak lagi datar. Semua pasti menyadari bila nada serak sang pria tentu menandakan bila Naruto menahan tangis. "Saat kau memelukku, lalu berucap kau mencintaiku, kau tau bagaimana tingginya hati ini terbang menuju angkasa. Setiap saat kau menemuiku, memelukku dan membelai wajahku. Aku bahagia karena cintaku terbalas. Aku juga sering menyandarkan kepala agar terbaring sembari menatap wajahmu saat kugunakan pahamu sebagai tumpuan beban berat di kepala. Tanpa diduga, tanpa aku duga, tanpa sedikitpun aku bayangkan, ternyata kau menjebakku dan membawaku padanya... Kau tau rasanya hati ini saat kau datang dan masuk dalam pelukan Toneri? Andai kau menjadi diriku sebentar saja saat itu, kau akan tau bagaimana rasanya tertipu atas dasar cinta..."

Mata Naruto berkaca-kaca. Jutaan air mata siap tumpah namun entah kenapa ia masih tetap menahannya, dimana bukti akan sakitnya hati.

Hingga rangkulan itu dilepas olehnya. Sudah tak kuat hati untuk terus mengingat kejadian itu, kejadian yang kini menjadi kenangan pahit. Cinta yang ia jaga sepenuh hati tak lebih hanyalah sebuah pengharapan.

"Setelah semuanya selesai, aku akan mengantarmu pulang ke Konoha. Maaf, kali ini aku tidak bisa melepas kekasihmu, Toneri adalah penjahat nasional beridentitas Yakuza pangkat tinggi."

Deg

Hinata tercekat bahkan membatu di tempat. Masih mengalirkan air mata akibat Naruto yang berucap panjang memggambarkan hatinya, kini pria itu malah berkata tentang kekasihnya.

Tidak! Hinata menggeleng kuat bahkan mengambil rengkuhan dari belakang. Toneri bukan lagi kekasihnya, pria yang sempat menghasutnya itu sudah ia anggap tidak pernah hadir dalam kehidupannya.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang