***Hatinya risau, pikirannya sulit menjelih, matanya terkatup rapat, syaraf dalam tubuhnya mendadak mati rasa, urat-urat nadinya membiru perlahan, badan ramping yang kini terbalut baju super terbuka itu bergetar hebat.
Mencoba kuat dan mengimbangi tubuh agar tak terjatuh lemas. Ingin menjelih memantapkan pikirannya. Menahan tangis dalam diam agar hatinya menjadi tenang. Memutar otak mengingat setiap tugas yang harus ia emban. Lalu dilanjutkan senyum penuh kerinduan pada seseorang yang amat dicintainya.
Ini tidak seperti yang ia bayangkan. Yang menjadi angannya sejak malam adalah tempat kumuh penuh serangga dan rumput liar, namun hal itu sangat jauh dari perkiraannya.
Bangunan didepannya bagai istana megah. Hanya sedikit beton yang terpasang disana, hanya kaca sebagai pelindung atau pengganti dinding. Ia ingat, sangat ingat bila kaca itu sangat kuat bahkan senjata laras panjang yang kemarin membuatnya takut tidak akan bisa menggores kaca tersebut. Singkat saja, itu adalah kaca anti peluru yang mengalahkan kokohnya dinding rumahnya.
Tapi apa yang ia lihat disekeliling? Hanya rimbunnya hutan dan banyak sekali wanita cantik disana. Apa benar ini markas para penjahat? Atau tempat terjalinnya prostitusi para jalang? Entahlah? Ia hanya menggeleng kuat menolak semua itu, satu tujuan dan satu niatan, yaitu hanya sekedar masuk dan menyamar menjadi pelayan disana lalu mencari tempat atau keberadaan Naruto.
Ia sangat risih sebenarnya, walau hanya rumput ilalang yang bisa melihat punggung terekspos itu, namun tetap saja ia tak rela menunjukan bagian tubuh yang harus ditutupi didepan para bajingan. Tapi apa daya? Jika ini bisa membuat Naruto kembali, maka sebesar apapun resiko, akan ia tanggung.
"Uhm...? A-apa setiap harinya Naruto-kun melihat wanita-wanita sexy itu yah? Aku tidak rela mata indah Naruto-kun melihat wanita setengah telanjang seperti itu, rasanya aku ingin memeluknya dan menutupi matanya... Lihatlah, bahkan ada yang hanya memakai bikini. Apa dia kira ini dipantai? Membawa nampan saja harus seperti itu. Sangat menjijikan."
Meracau tak jelas seraya menggembungkan pipinya. Ia tak rela saja jika Naruto tergoda dengan wanita seperti itu, padahal jika Hinata tau ia pasti menangis sejadi-jadinya. Dimana didalam sana ada gudang penuh senjata yang menjadi tempat tawanan elite seperti Naruto. Tentunya tidak mungkin para pelayan itu kesana bahkan mungkin ditetapkan wilayah non actived.
"Apa mereka dibayar? Kelihatannya tidak hanya para penjahat disana, seperti ada orang-orang kaya berjas hitam selayaknya Neji-nii saat dikantor. Apa mungkin ini juga tempat bisnis? Sebenarnya tempat apa ini? Aku, aku sangat takut... Naruto-kun, kau dimana?"
Hinata yakin, dia yakin rumah Hyuga yang sangat megah di Konoha tidak mungkin bisa menandingi cantiknya bangunan tersebut, bahkan dari jauh ia bisa melihat ada beberapa orang berjas yang tengah berbicara diatas sana, tepatnya lebih dari lantai dua. Bahkan terlihat dari sini, karena hanya kaca tembus pandang yang menjadi penghalang disana, sungguh mengagumkan dan tentunya tidak ada yang bisa disembunyikan dari intaian banyak mata dan kamera pengawas.
Bisnis Akatsuki tidak hanya menjarah pada tindakan kriminalitas, mereka juga akan meraup keuntungan dari kolega pembisnis yang tertarik dengan apapun yang mereka bisniskan pula. Entahlah apa itu? Yang pasti tempat ini semacam pusat pengumpulan para pengusaha kaya untuk bertemu dan mengadakan negosiasi penting. Meskipun mereka tau jika ini markas para bandit, tapi mereka seolah tak peduli, karena prinsip mereka time is money, money is danger, danger is happines.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liver Flavor
Fanfiction[Masashi Kishimoto] [NaruHina Story] [Alternative Universe] -Flow forth-