[29]

2.7K 192 29
                                    

***

Baru saja tapak kaki terbalut sepatu hitam tebal tersebut memijaki rumput, suatu halaman tepat dihadapan bangunan megah markas yang ia puja-puja. Pemimpin dari kelompok yang kian meresahkan itu mengeram murka bahkan tatapannya semakin menajam. Sekian lama tak ada lagi penyergapan dari para polisi, namun setiap mata memandang hanya ada keporak-porandaan tempatnya.

Bangkai helicopter yang menjadi saksi sebuah luncuran Bazoka, salah satu yang membuat halaman depan dari markasnya kacau. Ditiap mata memandang hanya ada kesunyian, banyak para pengikutnya yang sempat berjaga di markas ini terluka. Jika saja ia datang sebelum musuh pergi, maka detik itu pula ia tidak akan peduli jumlah dan keunggulan. Yang pasti, peperangan sudah berkibar.

Kedua tangan tersebut mengepal seerat mungkin. Bibirnya berteriak sumpah serapah akan memberi suatu pembalasan. Tidak peduli jika lawan yang ia hadapi adalah satuan polisi ataupun rubah gesit. Sekalipun Orochimaru dan para anak buahnya, juga cucu dari Danzo sekaligus para pemberontak sialan, ia akan menghancurkan mereka semua.

"Lihat saja nanti." Nada tekanan yang ia keluarkan masih terkesan tertahan. Wajah memerah murka itu kian terlihat garang kala rahangnya mngeras berpadu dengan gertakan kasar semua giginya, detik itu pula ada senyuman iblis yang terpatri seolah menyembunyikan kemarahannya. Namun ketahuilah, dengan perwatakan seperti itulah Nagato sangat disanjung. "Tidak peduli siapapun itu. Tak akan gentar walau banyak sekutu yang kalian libatkan. Sedikitpun tidak akan pernah takut dengan apapun cara yang kalian rencanakan. Dikala sedikitpun aku tidak mengusik kalian, tapi kalian malah mengobarkan api peperangan, saat ini dan detik ini pula jangan pernah menyesali apa yang kalian lakukan padaku..."

Senormal mungkin ia menyembunyikan umpatan murka yang semata-mata hanya karena melihat semuanya kacau. Pada saat yang sama hatinya tertutupi oleh kabut dendam. Ia berjanji dan bersumpah, akan membalas seribu kali lipat dari ini.

Berbalik dengan wibawa yang mematen. Kepalanya !endongak dengan tatapan tegas pada semua komplotannya. Lebih dari 40 orang yang ia bawa kesini seakan terkena udara dingin mencekam kala Uzumaki Nagato berwajah penuh dendam.

"Aku kosongkan jadwal di markas utama mulai detik ini..." Terkesan sangat pelan namun begitu menekan. Jangan kira semuanya tidak mendengar, karena telinga mereka sudah terpasang sebaik mungkin untuk menjadi penurut. "Panggil semua Akatsuki malam ini dan hentikan misi mereka apapun itu. Kita berkumpul di markas cabang di wilayah selatan. Ini perintah mutlak dan tidak bisa dibantah dengan alasan apapun. Siapkan semua persenjataan dan perlengkapan yang ada. Besok pagi, kita sambut Uchiha Sasuke dan lainnya. Sambutan meriah yang tidak akan meninggalkan satupun korban. Jikapun perlu, akan kita bantai sanak saudara mereka."

Angin petang berhembus kencang menggoyangkan surai merah yang khas dengan marga Uzumaki miliknya. Pukul tujuh tepat menjadi saksi bisu bagaimana Uzumaki Nagato menemui puncak kemurkaannya.

"Tapi Nagato. kita—"

"Jangan membantah!!" Pandangannya begitu menajam. Sosok pria tegap berbada kekar tepat berdampingan dengannya itu langsung diam membisu. "Ini adalah kekacauan terburuk selama perjalanku memimpin Akatsuki. Jangan kira kau yang dikenal sebagai tangan kananku bisa begitu saja membantah. Ketahuilah, Kisame. Kali ini dan untuk pertama kalinya aku berada pada ujung kemarahanku. Jadi, jangan buat tubuhmu merangkak mencari keberadaan kepalamu hanya karena sedikit memberi bantahan."

Dan benar saja. Walaupun ingin sekali ia menghujam dada Nagato dengan pedang hingga tembus ke punggung, tapi tetap rasa takut lebih menjalari. Ia sebenarnya sudah bosan menanggapi sikap egois serta kekangan Nagato yang kian menjadi pada para anak buahnya, tapi inilah hidupnya. Dimana menjalani kriminalitas yang sesungguhnya. Tidak sekedar mencuri atau menjambret, tapi kejahatan berbagai macam yang bisa meraup keuntungan hingga berkali-kali lipat. Narkotika dan wanita tidak akan terlewatkan saat keuntungan berlimpah. Pesta besar yang beberapa kali pernah diselenggarakan bagaikan perayaan tahunan yang menjadi budaya.

Liver FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang